Pernikahan dan Suami Impian

Mandala Wangi datang dengan senyum terbaiknya. Ia mengenakan celana jeans yang dipadukan dengan turtle neck warna hitam dan jas warna biru doungker. Senada dengan warna celana jeans yang Ia kenakan.

Ganteng as always. Kedua lesung pipinya terlihat, membuat siapapun yang melihat senyumnya merasa terbuai. Meleleh...

Mandala menatap Jenaka seperti mengingat-ingat wanita di depannya. Ia yakin pernah melihat wanita ini sebelumnya. Tapi dimana?

"Kak Mandala?" Jenaka tersenyum dan tanpa sadar berdiri dari duduknya. Ia menyambut kedatangan Mandala dengan senyum terbaiknya.

"Wah! Kalian rupanya sudah saling mengenal ya? Bagus sekali! Jodoh memang enggak kemana ya?!" ujar Om Prabu yang terlihat amat bahagia.

"Duduk dulu Nak Mandala!" Bunda mempersilahkan Mandala yang sejak tadi berdiri untuk duduk.

Dengan sopan Mandala duduk disamping Tante Nina. Sebelumnya Ia menghampiri Bunda dan Ayah untuk cium tangan. Jenaka semakin terpesona dengan attitude Mandala yang sopan dan hormat terhadap orang tua.

"Kamu sudah kenal sama Jenaka?" tanya Tante Nina pada Mandala.

"Aku agak lupa nama sih Mi. Inget mukanya aja. Lesung pipinya sih Mi yang bikin Mandala langsung inget." Mandala kini menatap lekat ke arah Jenaka. Wajah Jenaka langsung bersemu merah.

"Lesung pipi? Kak Mandala inget lesung pipi aku? Wah.... Aku harus cerita sama anak-anak nih!" Jenaka bahagia sekali hatinya.

"Yaudah kenalan dulu dong!" pinta Tante Nina. "Mandala, ini Jenaka. Jenaka, ini Mandala."

"Mandala." Mandala mengulurkan tangannya pertama kali.

"Jenaka." Jenaka menyambut uluran tangan Mandala dengan tangannya yang dingin karena grogi.

"Nah apa saya bilang, mereka tuh cocok! Jadi gimana? Besok bisa kita langsungkan pernikahannya?" pertanyaan Om Prabu membuat Jenaka amat terkejut.

"Pernikahan Om? Pernikahan Jena dan Kak Mandala?" Jenaka memastikan lagi.

"Loh? Memangnya Ayah dan Bunda Jena belum kasih tau?" tanya balik Om Prabu.

Jenaka menggelengkan kepalanya. "Baru tau mau dijodohkan aja barusan, Om. Belum tau kalau mau dinikahkan sama Kak Mandala."

"Maaf, Prabu. Tadi Jenaka pulang kerja udah maghrib. Belum sempat kami beri tahu. Biar surprise gitu rencananya." Ayah yang menjawab pertanyaan Om Prabu.

"Kak Mandala udah tau?" tanya Jena pada Mandala.

Mandala mengangguk. "Justru karena aku menyetujui pernikahan ini makanya aku datang. Aku menyetujui apa yang kedua orang tuaku pilihkan. Apapun yang baik menurut mereka, pasti aku turuti. Asalkan Mami dan Papi bahagia."

Hati Jenaka terenyuh. Sungguh Mandala memang anak yang baik dan berbakti pada kedua orang tua.

"Saya setuju!" ujar Ayah. "Besok pun saya setuju menikahkan Jena dengan Mandala. Saya enggak akan menyesal punya menantu sebaik Nak Mandala." ujar Ayah penuh semangat.

"Sayang! Jena yang mau menikah kok kamu yang semangat sih?!" tegur Bunda.

"Menurut pandangan Ayah ya Bun, anak yang berbakti pada kedua orang tua adalah anak yang paling baik yang akan menjadi menantu dan suami idaman buat anak Ayah. Apalagi kedua orangtuanya sudah bersahabat dengan kita sejak kita masih muda. Kurang apalagi coba?" ujar Ayah.

"Jadi kamu setuju ya kita nikahin besok? Mumpung saya dan Nina lagi di Jakarta nih. Kita nikahkan anak-anak kita secepatnya. Enggak perlu lama-lama, malah numpuk dosa. Biarkan mereka berpacaran setelah menikah. Mau dibawa kemana aja udah halal!" Om Prabu tertawa bahagia.

"Kalau Mandala dan keluarga sudah setuju, bagaimana dengan Jena? Jenaka mau kan menikah dengan anak Tante, Mandala?" tanya Tante Nina dengan lembut. Sorot mata Tante Nina penuh pengharapan agar Jena mau menerima pinangan keluarganya.

"Mi, seharusnya Mandala yang bertanya secara resmi dong! Masa Mami yang nanya?" protes Mandala.

"Maaf... Maaf... Mami terlalu bersemangat. Sok atuh kamu yang nanya sama Jena."

Mandala lalu bangun dari duduknya dan mendekati Jenaka. Senyum yang menghiasi wajahnya membuat Ia tampak lebih tampan.

"Jenaka, hari ini aku memintamu untuk menjadi teman hidupku." Mandala mengeluarkan sebuah kotak dari dalam saku jasnya. Ia membuka kotak tersebut dan mengeluarkan cincin cantik bertahtakan berlian. "Maukah kamu menjadi istriku?"

Jenaka menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Semua ini bagaikan mimpi. Semua terasa tak nyata. Jenaka bahkan sampai mencubit pipinya sendiri untuk memastikan apakah semuanya nyata atau hanya mimpi belaka.

"Aww! Sakit!"

Mandala tersenyum dengan ulah menggemaskan Jenaka. "Ini bukan mimpi kok Jen. Semuanya nyata. Jadi gimana? Mau enggak nerima pinangan aku?"

"Mau!" jawab Jenaka cepat. "Aku mau!" Jenaka menjawab dengan penuh semangat. Semua yang ada tertawa dibuatnya. Bahkan Mandala tak bisa menyembunyikan tawanya. Jenaka memang semenggemaskan itu. Selalu tampil apa adanya.

Mandala memakaikan cincin di jari manis Jenaka. Pas sekali cincin di jarinya. Terlihat indah dan bersinar. Semua bertepuk tangan dan tersenyum bahagia. Rencana perjodohan kedua keluarga berlangsung tanpa halangan.

"Maaf Prabu dan Nina, kayaknya pernikahan mereka terlalu cepat ya kalau besok? Meskipun akad nikah dulu namun tetap saja semuanya perlu dipersiapkan. Jangan terlalu terburu-buru. Saya juga harus memberitahu keluarga besar saya. Boleh minta waktu seminggu?" Bunda mengajukan protes. Baginya pernikahan bukan sekedar mengatakan iya dan langsung terlaksana. Semua ada persiapannya sendiri.

"Oh maaf. Kita berdua terlalu bersemangat menikahkan Mandala jadi tidak memikirkan kalau kalian butuh persiapan matang. Baiklah, seminggu lagi. Saya setuju. Tapi langsung dipestakan saja! Biar sekalian gitu!" ujar Om Prabu.

"Masalah gedung dan keperluannya biar kita serahkan pada wedding organizer karena waktunya sempit. Paling kedua mempelai yang akan repot karena harus fitting baju dan segala macam. Kalian setuju kan kalau kami yang menentukan pestanya mau gimana?" tambah Tante Nina.

"Tentu saja kami tidak keberatan. Apapun yang terbaik buat kebahagiaan anak-anak, kami berdua setuju saja." jawab Bunda.

Makan malam pun menghasilkan keputusan kalau pernikahan Jenaka dan Mandala akan dilangsungkan seminggu lagi.

Hati Jenaka penuh sukacita. Ia tak menyangka surprise yang kedua orangtuanya berikan adalah hadiah terindah yang selama ini Ia harapkan.

*****

"Kak Mandala akan menjadi suamiku? Ya Allah mimpi apa aku semalam? Apa aku di masa lalu pernah menjadi pahlawan bagi bangsa dan negara sehingga diberikan keistimewaan seperti ini?" senyum Jenaka di depan kaca lemarinya.

"Seminggu lagi! Seminggu lagi Kak Mandala akan jadi suamiku. Wooooowww.... Amazing!" Jenaka meloncat kegirangan.

Jenaka lalu mengabari kedua sahabatnya Lily dan Lulu tentang kabar membahagiakan ini.

"Beneran lo mau nikah sama Kak Mandala? Lo cuma berkhayal aja kali Jen!" ujar Lily.

"Iya. Kebanyakan berkhayal lo!" tambah Lulu.

Kedua sahabatnya ini memang mengenal Mandala karena mereka satu SMA. Siapa sih yang tidak mengenal Mandala? Kakak kelas terganteng dengan banyak kemampuan yang dimiliki.

Jago taekwondo, basket, bola dan juga didapuk sebagai Ketua Osis pula! Orangnya juga ramah dan sopan, membuat namanya harum dan banyak dipuja-puja oleh banyak wanita.

Mandala Wangi, namanya seperti nama sebuah kecamatan di Pandeglang yang dikelilingi oleh pegunungan. Mandala yang ini juga dikelilingi oleh banyak perempuan.

Baik Lily maupun Lulu tak ada yang mempercayai perkataan Jenaka. Mereka berpikir kalau Jenaka hanya berkhayal saja. Biarlah, seminggu lagi mereka akan melihat kalau Jenaka memang tidak berbohong.

****

Jenaka sudah siap untuk pulang kerja. Wajahnya lelah dan berkeringat. Kemejanya juga agak kusut. Hari ini audit laporan stok barang di beberapa outlet membuatnya tidak sempat memperhatikan penampilan.

Dengan langkah tak bersemangat Jenaka keluar kantor dan terkejut ketika suara klakson mengagetkannya. Jenaka menunggu pemilik mobil keluar dan lebih terkejut lagi ketika mengetahui kalau pemilik mobil tersebut adalah Mandala.

"Kak Mandala?" Jenaka tersenyum lebar menampilkan lesung pipi di wajahnya yang kucel.

"Hi Jen!" sapa Mandala sambil tersenyum memamerkan deretan gigi indahnya. "Mama nyuruh kita ke butik untuk fitting baju. Ayo masuk!" Mandala membukakan pintu untuk Jenaka.

"Oh... Iya Kak!" Jenaka mengumpat dirinya sendiri yang tidak mementingkan penampilan dan terlihat berantakan seperti sekarang.

Jena merapihkan sedikit rambutnya agar lebih terlihat cantik dimata Mandala. Cepat-cepat Ia menyemprot parfum saat Mandala berjalan memutari mobilnya dan duduk di kursi pengemudi.

"Pakai seat belt dulu ya!" tanpa permisi Mandala memakaikan Jenaka seat belt. Membuat jantung Jenaka berdegup kencang dibuatnya. Jenaka bahkan sampai menahan nafas karena terkejut oleh sikap tiba-tiba Mandala.

"Makasih Kak." jawab Jenaka gugup. Mandala hanya membalasnya dengan seulas senyum.

Mandala mengemudikan mobilnya menuju butik tempat mereka harus fitting baju pengantin. Beberapa kali mencoba akhirnya pilihan jatuh pada kebaya putih untuk akad dan gaun warna merah maroon dengan payet gold yang terlihat cocok di tubuh Jenaka.

"Kita makan dulu yuk Jen!" ajak Mandala setelah selesai fitting baju.

"Iya Kak!" Jenaka setuju saja. Dia terlalu sibuk menenangkan debaran jantungnya yang bertalu semakin cepat.

Mandala lebih banyak diam sepanjang perjalanan. Hanya berkata seperlunya saja. Jenaka tak mempermasalahkannya. Toh Ia tak tahu mau membahas apa. Diajak makan bareng saja sudah anugerah baginya.

Makan malam juga tanpa banyak mengobrol. Kadang Mandala sibuk mengetikkan pesan di handphone miliknya. Jenaka maklum, Mandala adalah pengusaha yang punya banyak pekerjaan untuk diselesaikan. Justru Jenaka senang, saat Mandala asyik dengan Hp miliknya, Jenaka justru asyik memandangi wajah gantengnya hihihi...

****

Waktu berjalan dengan cepat. Seminggu berlalu tanpa terasa. Tibalah hari pernikahan Jenaka dan Mandala dilangsungkan.

Mereka menikah di masjid dan melangsungkan pesta pernikahan di hotel tempat mereka pertama kali bertemu waktu itu.

"Saya terima nikah dan kawinnya Jenaka Putri Binti Lukman Hadi dengan mas kawin emas 100 gram dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!" dengan sekali tarikan nafas Mandala resmi memperistri Jenaka.

Jenaka mencium tangan Mandala yang kini menjadi suaminya. Mandala mencium kening Jenaka, istri yang baru dinikahinya. Jenaka tersenyum lebar. Lelaki impiannya sudah menjadi suaminya sekarang.

*****

Pesta pernikahan berlangsung amat megah dan meriah. Tamu yang hadir pun hanya orang pilihan. Ada pejabat dan pengusaha terkenal. Maklum saja, Om Prabu adalah salah seorang pengusaha yang memiliki banyak perusahaan besar, dan Mandala adalah calon penerusnya.

Dari pihak keluarga Jenaka pun hanya keluarga Ayah dan Bunda serta teman dekat Jenaka saja yang diundang. Ayah dan Bunda malu jika mengundang banyak tamu, semua karena Om Prabu yang membiayai pestanya dan juga karena merasa minder dengan tamu yang hadir.

Jenaka yang masih merasa semua ini bak mimpi terus tersenyum bahagia di hari spesialnya. Bahkan Lulu dan Lily yang awalnya tak percaya hanya bisa menatap iri kebahagiaan sahabatnya.

Jenaka melirik lelaki gagah yang berdiri di sampingnya. Mandala nampak sangat tampan saat mengenakan tuksedo hitam dengan dasi kupu-kupu. Bak porselen mahal yang dipahat sempurna oleh Yang Maha Kuasa.

Saat pesta berakhir, Jenaka yang sudah mengganti gaunnya dengan dress lalu mengikuti Mandala pulang ke rumah milik Mandala. Rumah mereka kini.

Rumah milik Mandala amat besar. Dengan taman besar di depannya dan sebuah mobil yang diparkirkan di halaman rumahnya.

Mandala membawakan koper milik Jenaka dan mengantarnya ke kamar atas. "Ini kamar kamu."

"Kamar aku? Bukannya.... kamar kita?" tanya Jenaka malu-malu.

"Iya. Kamar kamu. Kamar aku ada disana!" Mandala menunjuk kamar di seberang kamar Jenaka yang dipisahkan sebuah balkon.

"Mm... Maksudnya Kak Mandala, kita enggak satu kamar?" Jenaka bertanya terus terang.

Mandala mengangguk. "Iya. Masuklah! Akan kujelaskan semuanya di dalam!"

****

Terpopuler

Comments

Lily

Lily

gimana ya kira kira perasaan laki-laki memperlakukan perempuan lain seperti ini padahal sudah punya istri yang dicintai

2024-01-11

0

Khodijah Cyti

Khodijah Cyti

mandala gak semanis yg dibayangkan kah?

2023-03-12

0

Ayas Waty

Ayas Waty

kok perasaan q gk enak ya

2023-01-04

0

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan Keluarga
2 Pernikahan dan Suami Impian
3 Malam Pertama yang Kelabu
4 Kinara Maduku
5 Saran dari Orang yang Tak Dikenal
6 Rencana yang Bocor
7 Bekerja Kembali
8 Apa Aku Tidak Ada Artinya di Matamu?
9 Pegangan Tangan
10 Aku Bebas Menyuarakan Isi Hatiku
11 Menjalankan Strategi
12 Mulai Memikirkan Jenaka
13 Menjalankan Rencana Baru
14 Kalah
15 Kamu Menghancurkan Moodku
16 Mandala Pulang ke Rumah
17 Keputusan Prabu
18 Melegalkan Pernikahan
19 Memercik Api Pertengkaran
20 Balada Pegangan Tangan
21 Kak Mandala Akan Menjadi Jodohku!
22 Satu Kamar Untuk Pertama Kalinya
23 Belum Bisa Menceraikan Jenaka
24 I Lekker You (I Like You)
25 Berbalas Lagu
26 Jalan-jalan ke Hatimu-1
27 Jalan-jalan ke Hatimu-2
28 Tidur Bareng (Lagi)
29 Hampir Ketahuan
30 Lagi-lagi Terbayang Jenaka
31 Hot Kiss
32 Seperti Ciuman Pertama
33 Hadiah Pertama Untuk Jenaka
34 Sholat Berjamaah
35 Menggapai Restu Ayah
36 Kasih Umpan Terus
37 Kekesalan Sang Kucing
38 Ikan yang Terus Menggoda
39 Teman Nonton
40 Menjadi Lebih Dekat Lagi
41 Resah
42 Turun Ke Pasar
43 Dua Sisi
44 Pertama Mengenalmu
45 Kembali Memakai Topeng
46 Bahu Untuk Mengadu
47 Semua Karena Niat
48 Pemuda Berselimut Dusta
49 Membangun Kehangatan Keluarga
50 Mengalah
51 Mandala Yang Menyeramkan
52 Sang Pangeran Makin Marah
53 Rencana Yang Sulit
54 Tak Mudah Menyerah
55 Rasa Takut
56 Penawaran yang Menggiurkan
57 Si Nakal yang Selalu Ngeyel
58 Reuni Kecil-kecilan
59 Si Pelapor
60 Tersedak Tak Kunjung Berhenti
61 Belalang Sembah
62 Memupuk Cinta dari Hal yang Kecil
63 Mengenal Lebih Jauh Tentangmu
64 Kecurigaan Panca-1
65 Kecurigaan Panca-2
66 Jenaka yang Bodoh
67 Aku Mulai Mencintaimu
68 Sepedahan Bersama
69 Sang Figuran
70 Permintaan Kinara
71 Selamat Tinggal Cintaku
72 Mandala yang Bodoh
73 Resign
74 Si Jahat Kinara
75 Pesan Terakhir
76 Menata Hati
77 Poor Kinara
78 Jejak Cinta Jenaka
79 Menepati Janji
80 Berkenalan
81 Canggung
82 Surat dari Kinara
83 Perwakilan Prabu Group
84 Penuh Sindiran
85 Taman Bunga
86 Hadiah Kedua
87 Kesempatan
88 Amanat
89 Permintaan Maaf
90 Restoran Penuh Kenangan
91 Circle Pertemanan Baru-1
92 Circle Pertemanan Baru-2
93 Sepedahan dengan Circle Pertemanan Baru
94 Obrolan Bersama Mantan
95 Karena Kamu Milikku
96 Memaksakan Kehendak
97 Juna Turun Tangan-1
98 Juna Turun Tangan-2
99 Kerjasama Para Pengusaha Muda
100 Bantuan Para Pengusaha Muda
101 Aku Bukan Barang!
102 Sakit
103 Kamar Penuh Kenangan
104 Ayah Murka
105 Kegelisahan Ayah
106 Tagihan Oh Tagihan
107 Ceramah Bunda
108 Kerjasama Baru
109 Calon Janda Pengangguran
110 Usaha Terus
111 Akhir Kerjasama
112 Ikhlas
113 Penolakan Ayah
114 Meluluhkan Hati Ayah
115 Mami dan Papi
116 Tatapan Tajam
117 Cobaan Belum Berakhir
118 Kegagalan Adalah Keberhasilan yang Tertunda
119 Kapan Aku Bisa Unboxing Kamu?
120 Call My Name, Baby
121 Nelangsa
122 Honeymoon
123 Perih
124 Semesta Mendukung
125 Sepedahan di Bali
126 Arjuna Dikejar Cinta
127 Jangan Terlalu Ribet!
128 Rasain!
129 Siapakah Dia?
130 Calon Tunangan
131 Mengatur Strategi Bersama
132 Malu-malu Mau
133 Mengubah Settingan Menjadi Kenyataan
134 Akhir Liburan
135 Menunggu Juna
136 Teruslah Menggapai Mimpi
137 Pantau Terus
138 Tak Ada yang Mendukungku
139 Malu-Malu Kucing
140 Katakan Cinta
141 Penawaran Kerjasama
142 Juna Sudah Terkepung
143 Kita Berbeda
144 Sekarang
145 Tamu Tak Terduga
146 Ramah Terhadap Tamu
147 Jawaban
148 Wedding Day
149 Penyebab Pingsan
150 Juna Tanpa Kabar
151 Juna Pulang
152 Syarat dari Melisa
153 Pesta Pernikahan Jumel
154 Sweet Ending
Episodes

Updated 154 Episodes

1
Pertemuan Keluarga
2
Pernikahan dan Suami Impian
3
Malam Pertama yang Kelabu
4
Kinara Maduku
5
Saran dari Orang yang Tak Dikenal
6
Rencana yang Bocor
7
Bekerja Kembali
8
Apa Aku Tidak Ada Artinya di Matamu?
9
Pegangan Tangan
10
Aku Bebas Menyuarakan Isi Hatiku
11
Menjalankan Strategi
12
Mulai Memikirkan Jenaka
13
Menjalankan Rencana Baru
14
Kalah
15
Kamu Menghancurkan Moodku
16
Mandala Pulang ke Rumah
17
Keputusan Prabu
18
Melegalkan Pernikahan
19
Memercik Api Pertengkaran
20
Balada Pegangan Tangan
21
Kak Mandala Akan Menjadi Jodohku!
22
Satu Kamar Untuk Pertama Kalinya
23
Belum Bisa Menceraikan Jenaka
24
I Lekker You (I Like You)
25
Berbalas Lagu
26
Jalan-jalan ke Hatimu-1
27
Jalan-jalan ke Hatimu-2
28
Tidur Bareng (Lagi)
29
Hampir Ketahuan
30
Lagi-lagi Terbayang Jenaka
31
Hot Kiss
32
Seperti Ciuman Pertama
33
Hadiah Pertama Untuk Jenaka
34
Sholat Berjamaah
35
Menggapai Restu Ayah
36
Kasih Umpan Terus
37
Kekesalan Sang Kucing
38
Ikan yang Terus Menggoda
39
Teman Nonton
40
Menjadi Lebih Dekat Lagi
41
Resah
42
Turun Ke Pasar
43
Dua Sisi
44
Pertama Mengenalmu
45
Kembali Memakai Topeng
46
Bahu Untuk Mengadu
47
Semua Karena Niat
48
Pemuda Berselimut Dusta
49
Membangun Kehangatan Keluarga
50
Mengalah
51
Mandala Yang Menyeramkan
52
Sang Pangeran Makin Marah
53
Rencana Yang Sulit
54
Tak Mudah Menyerah
55
Rasa Takut
56
Penawaran yang Menggiurkan
57
Si Nakal yang Selalu Ngeyel
58
Reuni Kecil-kecilan
59
Si Pelapor
60
Tersedak Tak Kunjung Berhenti
61
Belalang Sembah
62
Memupuk Cinta dari Hal yang Kecil
63
Mengenal Lebih Jauh Tentangmu
64
Kecurigaan Panca-1
65
Kecurigaan Panca-2
66
Jenaka yang Bodoh
67
Aku Mulai Mencintaimu
68
Sepedahan Bersama
69
Sang Figuran
70
Permintaan Kinara
71
Selamat Tinggal Cintaku
72
Mandala yang Bodoh
73
Resign
74
Si Jahat Kinara
75
Pesan Terakhir
76
Menata Hati
77
Poor Kinara
78
Jejak Cinta Jenaka
79
Menepati Janji
80
Berkenalan
81
Canggung
82
Surat dari Kinara
83
Perwakilan Prabu Group
84
Penuh Sindiran
85
Taman Bunga
86
Hadiah Kedua
87
Kesempatan
88
Amanat
89
Permintaan Maaf
90
Restoran Penuh Kenangan
91
Circle Pertemanan Baru-1
92
Circle Pertemanan Baru-2
93
Sepedahan dengan Circle Pertemanan Baru
94
Obrolan Bersama Mantan
95
Karena Kamu Milikku
96
Memaksakan Kehendak
97
Juna Turun Tangan-1
98
Juna Turun Tangan-2
99
Kerjasama Para Pengusaha Muda
100
Bantuan Para Pengusaha Muda
101
Aku Bukan Barang!
102
Sakit
103
Kamar Penuh Kenangan
104
Ayah Murka
105
Kegelisahan Ayah
106
Tagihan Oh Tagihan
107
Ceramah Bunda
108
Kerjasama Baru
109
Calon Janda Pengangguran
110
Usaha Terus
111
Akhir Kerjasama
112
Ikhlas
113
Penolakan Ayah
114
Meluluhkan Hati Ayah
115
Mami dan Papi
116
Tatapan Tajam
117
Cobaan Belum Berakhir
118
Kegagalan Adalah Keberhasilan yang Tertunda
119
Kapan Aku Bisa Unboxing Kamu?
120
Call My Name, Baby
121
Nelangsa
122
Honeymoon
123
Perih
124
Semesta Mendukung
125
Sepedahan di Bali
126
Arjuna Dikejar Cinta
127
Jangan Terlalu Ribet!
128
Rasain!
129
Siapakah Dia?
130
Calon Tunangan
131
Mengatur Strategi Bersama
132
Malu-malu Mau
133
Mengubah Settingan Menjadi Kenyataan
134
Akhir Liburan
135
Menunggu Juna
136
Teruslah Menggapai Mimpi
137
Pantau Terus
138
Tak Ada yang Mendukungku
139
Malu-Malu Kucing
140
Katakan Cinta
141
Penawaran Kerjasama
142
Juna Sudah Terkepung
143
Kita Berbeda
144
Sekarang
145
Tamu Tak Terduga
146
Ramah Terhadap Tamu
147
Jawaban
148
Wedding Day
149
Penyebab Pingsan
150
Juna Tanpa Kabar
151
Juna Pulang
152
Syarat dari Melisa
153
Pesta Pernikahan Jumel
154
Sweet Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!