Acara kelihatan lancar-lancar saja, saat para orangtua sangat menikmati makanan istri yang sok cantik. Jihan itu baik dan menawan, tapi tidak suka sama mulutnya yang selalu banyak bicara, ditambah kumel dan kurang menarik cara dia berpakaian.
Jangankan untuk tidur bersamanya, menatap wajahnya saja ogah dan jijik banget. Biarlah kusiksa bathin dan raganya, sebab dia sudah berani menjadi istriku, akibat perjodohan orang tua yang tidak masuk akal hanya dikarenakan hutang.
Jatah yang kuberikan memang tipis, untuk menghidupi rumah tangga kami. Biarkan saja, karena aku tidak sudi sudah bekerja keras, namun dia bisa menikmati jernih payah itu. Sampai kapanpun tidak sudi untuk memberikan uang lebih, biarkan saja dia membanting tulang untuk mencukupi kehidupan kami, sebab biar tahu rasa dan sadar telah menikahi pria tampan sepertiku.
"Gimana Jihan, apakah sudah ada tanda-tanda baby dalam perutmu?" tanya Mama saat sedang sibuk menyendok makanan.
"Haiist, Mama ini ngomong apaan sih? Aneh bener pertanyaannya itu?" guman hati yang kesal.
Keluarga begitu menikmati masakan istri yang kurasa enak. Tapi aku tidak pernah memujinya langsung, karena bisa membuat Jihan besar kepala dan berharap lebih dariku. Selamanya akan terus kubuat dia tersiksa dan tertekan.
"Maaf, Ma. Sepertinya belum ada tanda-tanda itu," jawab Jihan lesu sambil menundukkan kepala.
"Iya, Ma. Lagian kenapa harus terburu-buru juga, sih! Kami 'kan masih ingin sukses untuk karir pekerjaan kami," sautku ikutan berbicara.
"Gimana sih kamu ini, Bayu. Seharusnya kamu harus cepat-cepat memiliki momongan, sebab selain Mama ingin mengendong cucu, kalau kamu punya anak bisa mewarisi semua aset keluarga kita, paham!" Mama kelihatannya marah, dengan sorot mata menatap tajam ke arahku.
"Kita sebagai orangtua harus banyak-banyak bersabar, Jeng. Mungkin anak-anak terlalu sibuk bekerja, sampai tidak sempat mewujudkan keinginan kita itu," Ibu mertua sekarang ikutan berbicara dan aku senang akibat membela kami.
"Iya, Jeng tahu. Tapi harus sampai kapan? Banyak teman-teman Bayu yang kemarin sedang nikah bersamaan dengan mereka, sekarang sudah mengendong buah hati kecil itu," Lagi-lagi Mama telalu bawel, selalu meminta yang aneh-aneh.
"Sudahlah, Ma. Nanti Bayu akan usahakan. Sekarang jangan meminta yang aneh-aneh dulu, muak rasanya mendengarkan ocehan Mama itu," Kekesalanku berkata pada beliau, sambil mulut sibuk mengunyah nasi berlauk ayam.
"Kamu jangan begitu, Bayu. Maksud Mama itu 'kan baik untuk masa depan kalian," ucap Papa yang ikut-ikutan.
"Huuf, iya ... iya, Pa. Aku paham! Baiklah, entar akan Bayu buatkan untuk kalian, puas!" sewot jawabku yang akhirnya mengalah dari ucapan para orang tua.
Jihan hanya bisa diam seribu bahasa dan terus menundukkan kepala, membuatku semakin muak dengan sikapnya yang sok polos itu.
Dzzzrt ... dert, gawai tiba-tiba bergetar.
"Yes, akhirnya aku bisa keluar dari obrolan yang membosankan ini. Pucuk dicinta ulampun tiba, memang membawa keberuntungan kamu itu, sayang!" guman hati girang, saat tahu orang yang sedang menelpon.
"Maaf, saya tinggal sebentar dulu. Ini dari orang penting, makanya saya mau mengangkatnya dulu," pamitku pada semua orang.
"Emm, angkatlah kalau memang perlu," jawab Bapak mertua.
"Iya, Pak. Terima kasih atas pengertiannya."
"Iya, sama-sama."
Dengan sigap aku langsung berlalu pergi, meninggalkan mereka yang masih sibuk menikmati makanan bersama.
Klik, gawai sudah kuangkat.
[Hei, sayang. Kamu benar-benar membawa keberuntungan kali ini]
Karena tidak ingin ada yang mendengar percakapan kami, maka dari itu aku mencoba menepi menelpon diluar rumah.
Wajah sudah clingak-clinnguk menatap ke arah dalam, mencoba memastikan kalau aku aman sedang menelpon sekarang.
[Maksudnya, sayang?]
[Hehehe, ngak ada. Cuma lagi senang saja kamu menelpon, sebab tadi ada sedikit percakapan yang memuakkan dari keluargaku]
Hesti adalah selingkuhanku. Sebenarnya dia adalah pacar waktu SMA dulu, namun orangtua selalu menentang hubungan kami, dengan alasan yang tidak masuk akal yaitu Hesti terlalu sexy dan terbuka cara berpakaian.
Aku adalah pria dewasa yang pasti akan selalu menginginkan itu, tapi sayangnya orantua telalu ikut campur urusan kami. Cintaku padanya akan selalu abadi, walau status sudah menjadi suami orang. Apalah arti status jika tidak mencintai istri. Bagiku Jihan hanyalah sebagai topeng, untuk menutupi hubungan gelap dengan Hesti my honeyku.
[Oh, aku pikir ada apa tadi]
[Memang mereka sedang berkumpul?]
[Iya, mereka sedang berkumpul dirumah kami]
[Dari dulu keluargamu itu benar-benar memuakkan. Aku saja yang jauh eneg mendegarkan ceramah mereka, apalagi kamu yang dekat, pasti akan selalu dibuat dongkol dan marah]
[Emm, benar itu. Terlalu kepo dan sok segalanya. Mereka buta aja kali, melihat bidadari secantik kamu itu, sehingga hubungan kita ditentang habis-habisan]
[Hm, benar itu]
[Oh ya, kamu menelpon ada keperluan apa?Kok sampai berani menelpon ketika aku sedang dirumah?]
[Aku minta uang dong, sayang. Bedakku habis nih]
[Memang mau berapa?]
[Tiga juta saja, bisa?]
[Banyak amat mau beli bedak saja?]
[Hidih, gimana sih kamu ini, yank. Bukan hanya bedak yang ingin kubeli, tapi butuh perawatan juga untuk wajah. Kalau aku cantik 'kan kamu juga yang suka]
[Heh, iya ... iya, aku akan transfer segera ke rekening kamu. Beneran tiga juta cukup 'kan? Aku tidak mau nanti merengek-rengek minta tambah. Selalu kebiasaan kamu menelpon saat aku sibuk]
[Iya, dijamin cukup kok. Terima kasih ya, yank. Emuuuahhh. Pokoknya kamu tetap terlove ... love dihatiku]
[Iih, makin gemes dan ingin sekali aku memelukmu. Kapan nih kita ketemuan lagi?]
[Yang jelas secepatnya, sih]
[Ok, akan kutunggu kabar darimu]
[Emm, kalau begitu bye ... bye]
[Siip, bye ... bye, juga]
"Hei mas Bayu. Apa yang kamu lakukan? Kok kedengarannya mesra sekali ditelpon?" sapa seseorang dibelakang badanku, yang sepertinya sudah memergokki.
Seketika aku langsung berbalik badan, mencoba mencari tahu siapa orang yang sudah berani menguping percakapan dengan selingkuhanku barusan. Ada rasa grogi akibat ketahuan tapi diiringi marah juga, sebab orang yang menyapa tanpa sopan santun telah berani mendengarkan obrolan kami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ🍀⃟ᏽꮲ𐑈•ꪀׁꪱ꯱ׁׅ֒꯱ɑׁ🐅⃫⃟⃤
sok²an nafkahin selingkuhan sama istri sendiri velitttt huh
2024-01-23
1
Kurnia Skty29
belum hamil aja sikap Bayu kayak githu, gimana pas hamil lebih parah kali
2024-01-19
5
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
pacar beli bedak di kasih 3jt. istri disuruh masak enak pake modal dewean. parah laki model beginian
2023-03-23
2