MANTAN KEKASIH GELAPKU
Deting jam terus saja bergerak dipertengahan malam, namun dengan bodohnya diriku masih menunggu suami tercinta. Entah, sampai kapan akan terus begini, saat suami selalu pulang larut malam.
Netra mulai tidak tahan lagi oleh rasa ngantuknya, hingga berkali-kali tanpa sadar jatuh terkulai. Kepala berusaha kutegakkan kembali supaya kuat menahan.
"Huaah, kenapa mataku tidak tahan untuk terbuka. Sabar ... sabar, Jihan. Pasti mas Bayu sebentar lagi akan pulang," rancau hati yang sudah melihat ke arah jam, menunjukkan pukul setengah dua belas.
Karena tidak tahan, terpaksa tubuh kubaringkan disofa ruang tamu. Hawa dingin ketika malam, membuat tubuh kian meringkuk memeluk tubuh sendiri.
Brok ... brok, suara gedoran pintu begitu kuat diketuk.
"Jihan buka .... Jihan buka," Suara teriak seseorang.
Akibat kaget, langsung saja aku bangun terjingkat, ketika sudah berkeliaran berada di alam mimpi.
"Astagfirullah, kenapa aku tertidur? Bukankah itu suara mas Bayu? Aku harus cepat membuka pintu untuknya" rancau hati kebingungan, antara setengah sadar saat baru bangun.
Secepat mungkin aku berlari ke arah pintu untuk segera membukanya, yang terdengar suara suami tidak sabar untuk segera masuk rumah.
"Jihan buka ... Jihan. Brok ... brok," panggil suami teriak-teriak lagi.
"Iya Mas ... iya, sebentar ... sebentar," Kegrogianku menjawab.
Klek ... klek, kunci telah kubuka dan kini menampakkan suami telah sempoyongan berjalan masuk.
"Lelet amat jadi perempuan. Buka pintu saja lama banget. Dasar perempuan sial," ucap suami kasar.
"Maaf, Mas. Aku tadi tidak sengaja ketiduran, jadi tidak dengar kalau kamu sudah pulang," jawab alasanku.
"Halah, dasar kamu itu. Dari dulu memang lelet dan pemalas. Masih untung nikah sama orang kaya sepertiku, tapi selalu saja mengerjakan sesuatu tidak becus," ucapnya menyinggung.
"Maaf, Mas!" jawabku menundukkan kepala sendu.
"Cepat lakukan pekerjaan kamu," suruhnya.
"Ii--iiya, Mas!" jawabku ketakutan
Dengan segera aku menjongkokkan badan dibawah suami yang duduk diatas sofa, untuk segera melepaskan sepatu dan kaos kakinya.
"Cepat siapkan air panas. Aku mau mandi sekarang," suruhnya lagi.
"Baik, Mas."
Dengan lari tergopoh-gopoh, aku langsung lari ke kamar mandi untuk segera menyiapkan apa yang disuruh suami. Jika tidak dituruti, pasti aku akan dibentak habis-habisan lagi.
Kran untuk memunculkan air panas sudah kuputar. Lama sekali menunggu untuk penuh. Dengan sabar, sekarang kusiapkan semua pelengkapan mandi termasuk handuk.
"Mas ... Mas, bangun. Air mandinya sudah siap," ucapku mencoba membangunkan, dengan cara mengoyang-goyangkan tangannya.
"Hah, bikin kesel saja kamu ini. Orang lagi enak-enakkan tidur, main ganggu dibangunkan segala," keluhnya tidak suka.
"Maaf, Mas. Tadi minta disiapkam air panas, jadi sekarang aku bangunkan untuk Mas segera mandi," jelasku agar tidak kena marah.
"Banyak alasan saja kamu. Sudah minggir sana, bikin eneg saja melihat muka kamu itu," ucapnya kasar lagi.
Saat akan berdiri, suami sudah sempoyongan akan ambruk, namun untung saja aku sigap menangkap, untuk segera membantunya berdiri lagi.
"Mas minum lagi 'kah?" tanyaku keceplosan.
"Hah, banyak omong dan tanya melulu kamu ini. Apa urusan kamu?" jawabnya sudah menjambak rambutku yang sempat tergerai.
"Aaa ... aaa, sakit Mas. Lepaskan, ini sakit sekali!" pintaku.
"Manja amat jadi orang. Baru saja dipegang rambut, sudah kesakitan seperti orang bodoh, ha ... ha ... ha!" gelak tawa suami tidak ada rasa kasihan.
"Makanya jangan banyak tanya dan urusi kehidupanku. Kamu ada disini hanya numpang hidup, jadi jangan banyak tingkah. Kalau tidak nurut, apa mau kusiksa lebih kasar lagi, hah!" ucap Mas Bayu mulai murka, dengan kuatnya menarik rambut ke belakang .
"Aaa, ampun Mas. Maafkan aku, jika tadi salah bertanya," ucapku pilu mau meneteskan airmata.
"Dasar perempuan tidak tahu diuntung dan berguna. Sudah sana, enyah dari hadapanku," usir suami yang melepas rambut, namun dengan kasar membanting tubuhku.
Badan sudah tersungkur kuat dilantai ubin keramik. Lagi-lagi airmata telah mengiringi rumah tangga kami, yang sudah bagaikan neraka didalamnya. Hanya luarnya saja kelihatan romantis, tapi didalamnnya hanya ada kekerasan dan pemukulan saja.
Sungguh ironis kehidupanku. Mau pergi tapi orangtua begitu banyaknya berhutang pada keluarga suami, tapi jika bertahan tubuh dan raga akan semakin terpuruk hancur. Hanya airmata yang selalu mengiring langkah rumah tangga yang tak sehat ini.
"Ya Allah, sampai kapan penderitaanku akan berakhir? Apakah aku memang pantas mendapatkan ini semua?" guman hati yang masih menitikkan airmata.
Badan langsung berdiri, untuk segera melayaninya lagi, sebab tidak mau kena semprot kemarahannya. Entah sampai kapan aku bisa bertahan seperti ini. Apakah dengan hadir malaikat pencabut nyawa penderitaan ini akan berakhir? Atau aku harus terdiam sampai tubuh ini remuk penuh luka? Hanya takdirlah yang bisa menjawab, ketika kepasrahan menjadi kekuatanku sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
𝐴𝑦𝑎𝑛𝑔𝑛𝑦𝑎'ᴳ🤎ᴳ𝐑᭄𝓐𝔂⃝❥
mampir kesini mau baca karya Author Zhang mumpung lagi hiat 😁🏃♀️🏃♀️🏃♀️
2024-08-28
0
🍭ͪ ͩ🍀⃟ᏽꮲ𐑈•ꪀׁꪱ꯱ׁׅ֒꯱ɑׁ🐅⃫⃟⃤
dasarr lakikkk suka seenaknya sendiri dikira istri nggk punya hati ya
2024-01-23
1
Kurnia Skty29
itu istri bukan pembantu
2024-01-19
3