Walau status kami sudah menikah, tapi tidak pernah terbesit sedikitpun dipikiran suami untuk satu kamar denganku. Walaupun sudah sah menjadi kekasih halalnya, seujung rambut sampai mata kaki belum pernah disentuh, yang boleh dikatakan aku masih dalam keadaan per*wan.
Rumah tangga ini penuh drama topeng saja, didepan umum maupun orangtua mas Bayu sifatnya akan sangat manis, tapi jika kami berdua saja selalu terbanding terbalik.
Awalnya aku memang tidak setuju atas pernikahan ini dikarenakan tidak ada cinta. Belum mengenal baik sifat mas Bayu, jadi alasan utama. Nasi sudah menjadi bubur, semua kekerasannya padaku tetap kuterima dengan sabar. Jika orang lain tahupun, pasti mengatakan aku ini bodoh sebab mencintai laki-laki kasar, tapi dari lubuk hati terdalam aku masih berharap suami akan tetap jadi imam akheratku nanti.
Klonteng ... klonteng, suara spatulla sedang mengaduk nasi goreng. Beberapa suwiran ayam dan sayur jadi bahan campuran. Tak lupa telur ceplok mata sapi menjadi pelengkap untuk sarapan suami.
Jam empat pagi aku selalu bangun untuk menyiapkan sarapan dan tak lupa untuk sembahyang juga, dengan segudang doa agar suami cepat berubah.
Kerjaanku adalah sebagai guru sekolah SMP. Sudah hampir dua tahun aku melakoni pekerjaan ini. Suami adalah pegawai disebuah perusahaan swasta, dengan gaji yang kurasa lumayan besar. Namun sayangnya dia begitu pelit, hanya cukup untuk belanja saja. Selalu tidak ada kelebihan uang, hanya sekedar untuk membeli bedak atau yang lain. Sebulan hanya dijatah tujuh ratus ribu, itupun hanya untuk mengisi bahan-bahan dapur saja. Sedangkan kebutuhan yang lainnya kubiyai sendiri.
Aku harus pintar-pintar mengelola uang, jika suatu saat terjadi apa-apa. Uang yang kusisihkan dalam tabungan, nanti semoga saja bisa membantu.
Kujalani ini dengan ridho dan sabar, sebab surga yang ada ditelapak kaki ibu sekarang sudah pindah ke kaki suami, jadi aku sekarang harus benar-benar patuh dan taat padanya.
Tok ... tok, pintu kamar suami telah kuketuk.
"Mas ... Mas, bangun! Ini sudah pagi, jangan sampai kamu nanti terlambat bekerja," ucapku memelankan suara.
Tok ... tok, untuk yang kedua kali pintu kembali kuketuk.
"Iya ... ya, aku sudah bangun ini," simbatnya marah dari dalam.
Karena sudah ada simbatan darinya, aku sekarang pergi untuk menyiapkan beberapa keperluan mengajar.
Kuguyur tubuh dengan air shower, untuk menghilangkan rasa lelah badan dan pikiran. Inilah cara yang sering kulakukan agar menghilangkan stres, sebab banyaknya kejadian yang terus saja menguras tenaga.
"Jihan ... Jihaaaan!" teriak kuat mas Bayu.
Dengan tergesa-gesa aku langsung menyudahi mandi. Baju yang sempat kupakai tadi, kukenakan kembali karena terburu-buru.
Dengan berlari tergopoh-gopoh, sekarang mencoba menghampiri panggilan suami yang terus saja berteriak-teriak.
"Ada apa, Mas?" tanyaku ketakutan.
"Hah, selalu saja lelet datang, kalau ada orang memanggil," keluhnya.
"Maaf, Mas. Tadi aku masih mandi."
"Kopi, mana kopi? Cepat siapkan sekarang, sebab aku akan berangkat pagi-pagi hari ini," pintanya.
"Iya ... ya, Mas. Akan kusiapkan sekarang," jawabku gugup.
Tergesa-gesa 'lah yang kulakulan lagi. Tangan secepat kilat berusaha memasukkan bubuk kopi dan gula.
"Ini, Mas!" Sodorku memberikan.
"Taruh disitu saja."
Brussss, dengan kasar kopi yang sudah masuk ke dalam mulut suami, tiba-tiba disemburkan tepat mengenai wajahku.
Dengan sabar, aku segera mengelap wajah yang terasa hangat akibat kopi baru diseduh.
"Dasar wanita t*lol, apa kamu gila mau meracuni suami kamu sendiri," bentaknya marah.
Plaaak, dengan tiba-tiba suami telah menampar pipi. Rasanya pipi mulai panas dan berdenyut ngilu, sehingga tangan langsung memegang untuk mencoba meredakan sakitnya.
"Itu hukuman akibat kecerobohan kamu. Masak kopi rasanya pahit banget, tidak ada sedikitpun manis-manisnya," keluh Suami.
"Maafkan aku, Mas. Tidak ada niatan sama sekali aku mau meracuni maupun menyuguhkan yang pahit, tapi gula dirumah kita sudah habis, jadi kopi bubuk saja tadi kububuhkan banyak ditambah sama gula sedikit," jawabku memberi alasan.
"Kalau ada otak, ya kamu beli gulanya. Jangan b*doh menyuguhkan kopi pahit saja," ucapnya masih marah-marah.
"Gimana aku mau beli, sedangkan uang yang Mas berikan kemarin hanya cukup untuk beli bahan dapur, sedangkan gajiku belum keluar ditanggal awal-awal begini," jelasku.
"Eghem ... hmm," deheman mas Bayu mati kutu tidak bisa menjawab.
"Kamu ambil dimeja kerjaku, ada banyak uang recehan disana. Semoga cukup untuk beli gula setengah kilo saja," suruhnya.
"Iya, Mas. Nanti akan aku ambil," jawabku kepasrahaku.
Tangan lagi-lagi mengusap airmata yang jatuh dipipi. Sungguh nelangsa sekali kehidupanku sekarang. Hanya demi membeli gula saja, harus menahan malu memakai uang koin seratus dan lima ratusan perak.
"Sabar ... sabar, Jihan. Dibalik masalah dalam rumah tangga kamu ada hikmahnya. Semoga ini semua tetap menjadi berkah untuk hidupmu. Ya Allah, kuatkan aku untuk menjalani ini semua. Semoga mas Bayu akan segera sadar mengenai sifatnya yang kasar, amiin!" Doaku dalam hati sedih ketika memungut uang koin dalam kamar suami.
Suami yang tidak sabar, terpaksa pagi-pagi buta mengetuk warung tetangga hanya demi membeli gula. Untung saja si pemilik warung bersedia membuka, sehingga permintaan suami untuk minum kopi segera kusuguhkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ🍀⃟ᏽꮲ𐑈•ꪀׁꪱ꯱ׁׅ֒꯱ɑׁ🐅⃫⃟⃤
suami kok nggk mencerminkan suami, ntar nyesel nangesss
2024-01-23
1
sephine
Rumah tangga kok kayak neraka
dikasari melulu ya
udah bubar aja lah
2023-04-01
2
🗿
gk bersyukur bnget udh dpt istri penurut malah di sia²in
klu istri dah nyerah bertahan baru kau nyesal
2023-03-19
0