Hutang

Keesokan harinya Vita ikut suaminya pergi mengantar Hanna ke sekolah dan sesekali dia melihat jalanan agar dia bisa menghafal jalanan menuju ke sekolah putrinya tersebut. Agar nanti saat dia menjemput Hanna pulang dari sekolahnya dia tidak tersesat.

Tidak lama mobil yang ditumpangi mereka bertiga telah sampai di depan gerbang sekolah Hanna. Hanna segera turun dari mobil papanya setelah dia berpamitan terlebih dahulu pada kedua orang tuanya untuk masuk ke dalam sekolahannya.

Doni sudah tidak mengantar Hanna sampai masuk ke dalam sekolah lagi. Karena selain Hanna sudah berani dan memang sudah menjadi peraturan sekolahan bahwa semua orang tua hanya bisa mengantar dan menjemput anak anak mereka sampai di depan gerbang sekolah.

" Sekarang aku antar kamu pulang lagi sekalian menunjukkan jalannya agar nanti kamu tau saat menjemput Hanna nanti sore" kata Doni yang langsung mengemudikan mobilnya lagi.

" Hemm..." sahut Vita hanya mengangguk sambil bergumam kecil.

Doni langsung melajukan mobilnya kembali menuju ke rumah lagi untuk mengantar istrinya pulang ke rumah mereka. Dan Vita sendiri terus mengawasi jalanan, karena jalan yang dilalui untuk pulang kembali ke rumahnya berbeda dengan jalan yang mereka lalui saat berangkat ke sekolah Hanna tadi. Makanya Vita harus lebih teliti untuk menghafal jalanan yang akan dia lalui nantinya.

Bener kata suaminya meskipun jalanan di kota Jakarta sangat ramai dan banyak, ada jalan dalam yang ada di kampung yang bisa dia lalui tanpa terjebak kemacetan. Dan jarak yang mereka tempuh tidaklah lama sehingga Vita bisa sedikit menghafal dan pastinya lama kelamaan dia kan ingat sendiri.

" Ya sudah aku langsung berangkat ke kantor ya?" kini Doni berpamitan pada istrinya setelah mobil yang dia kemudikan telah sampai di depan pagar rumah mereka.

" Iya hati hati di jalan" Vita mencium tangan kana suaminya dan Doni bergantian mencium dan bibir Vita.

Setelah itu Vita langsung keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam halaman rumahnya. Dan Doni langsung melajukan mobilnya kembali untuk berangkat ke kantornya setelah dilihat istrinya telah berada di depan pintu rumah mereka sambil melambaikan tangannya.

Sementara itu Hanna yang sudah berada di kelasnya langsung duduk di bangkunya kemarin. Dan dilihatnya teman cowok yang kemarin meminjamkan kartu makanannya yang bernama Vanno sedang duduk di kursinya sambil berbincang dengan 2 temannya yang juga teman sekelas Hanna.

Wajah Vanno pagi itu terlihat sangat tampan di mata Hanna hingga membuat Hanna tersipu malu saat mata mereka saling menatap tanpa sengaja. Walaupun wajah Vanno masih terlihat cuek dan dingin tanpa ekspresi sama sekali dan langsung memutus tatapan mata mereka.

' Dia ganteng banget sih, sepertinya aku suka sama dia' batin Hanna yang susah duduk di bangkunya. ' Apa ini yang dinamakan cinta monyet' lanjutnya membatin dengan senyum senyum sendiri tanpa menyadari kedatangan kedua teman barunya yang kini tengah berdiri di samping bangku Hanna.

Kata Dita dan Viona wajah Vanno memang seperti itu dari dulu dan itu tidak heran, jangankan sama teman cewek sama teman cowok yang saat ini mengajaknya berbicara, Vanno masih menampilkan wajah dingin dan cueknya. Tapi meskipun begitu Vanno masih memiliki sifat baik dan peduli dengan sesama.

" Hanna...!" panggil Dita dengan sedikit berteriak sambil memukul pelan bahu Hanna yang sedari tadi senyum senyum sendiri.

" Ehh i..iya...ada apa?" tanya Hanna balik yang terkejut karena suara panggilan Dita yang mengagetkan dirinya.

" Kamu kenapa sih dari tadi dipanggil gak denger?" kini Viona yang menjawab pertanyaan temannya tersebut.

" Ahh.. gak ada apa apa kok" sahut Hanna dengan tersenyum malu.

" Senyum senyum sendiri kok bilang gak ada apa apa" kini Dita menyahuti dengan Viona yang mengangguk membenarkan.

" Beneran gak ada apa apa kok" kekeh Hanna yang berusaha menyembunyikan pikiran konyolnya dengan tersenyum malu.

Tidak lama kemudian bel tanda masuk berbunyi seakan menjadi dewa penyelamat Hanna. Akhirnya Hanna terbebas dari kedua temannya yang akan terus bertanya sampai mereka mendapatkan jawaban yang tepat. Dita dan Viona pergi menjauh dari bangku Hanna menuju bangku mereka masing masing yang ada di sebelah bangku Hanna.

Tidak lama guru kelas mereka masuk dan akan memberikan materi pelajaran untuk murid muridnya. Tapi sebelum itu guru tersebut memanggil Hanna untuk maju ke depan yang membuat Hanna bingung.

" Hanna tolong kesini sebentar" suruh ibu guru kelasnya yang bernama Desi.

" Iya bu" sahut Hanna yang langsung berdiri dari duduknya dan berjalan mendekat ke meja guru yang ada di depan.

" Ini kartu kamu untuk kamu pakai makan di kantin sekolahan" Bu Desi menyerahkan kartu kecil yang sama seperti punya Vanno yang dia pinjam kemarin ataupun teman teman yang lainnya. Yang membedakan hanya nama mereka yang tertera di atas kartu tersebut. "Kamu bisa bertanya pada teman lainnya cara menggunakannya" lanjut bu Desi memberitahu.

" Iya bu terima kasih, kemarin Dita dan Viona sudah mengajari saya memakai kartu ini" sahut Hanna mengambil kartu itu.

" Ya sudah kamu bisa kembali duduk"suruh bu Desi lagi.

Hanna berbalik dan kembali ke bangkunya dan langsung mendaratkan tubuhnya di atas kursi. Bahkan tanpa sengaja matanya menatap ke arah Vanno yang juga sedang menatapnya tanpa ekspresi sama sekali. Dan dengan rasa canggung Hanna langsung duduk di kursinya karena tidak ingin Vanno mengetahui bahwa dirinya kini telah menjadi pengagum rahasianya.

Pelajaran akhirnya dimulai dan semua murid mendengarkan dengan seksama pelajaran yang disampaikan oleh bu Desi. Hingga tanpa terasa waktu pelajaran telah usai dan kini waktunya untuk istirahat.

Seperti biasa Dita dan Viona mengajak Hanna untuk pergi ke kantin dan Hanna mengiyakan, karena di kantin ada yang ingin dia beli. Kini mereka bertiga telah sampai di kantin dan seperti biasa Viona dan Dita akan membeli makanan. Katanya mereka setiap hari tidak pernah sarapan sebelum berangkat sekolah.

Hanna juga sudah membeli makanan yang dia inginkan, seperti biasa dia juga hanya membeli camilan untuk dia sendiri. Selain itu dia juga membeli roti dan air putih yang sana persis kayak kemarin tapi tidak dua sentuh sama sekali.

" Kenapa rotinya gak kamu makan?" tanya Viona yang melihat roti di tangan Hanna masih utuh.

" Ahh..ini mau aku kembalikan roti yang aku makan kemarin pada Vanno" jawab Hanna tanpa menutupinya dari Dita ataupun Viona.

" Buat Vanno?" tanya Dita dengan dahi berkerut.

" Hemm.." Hanna bergumam sambil mengangguk.

" Hanna aku kan sudah bilang Vanno itu anak orang terkaya di Jakarta ini, dia gak bakalan mau terima roti itu" beritahu Dita.

" Aku tau dia anak orang kaya, tapi aku juga gak mau punya hutang sama orang lain makanya aku mau kembalikan roti yang sudah aku makan kemarin" kekeh Hanna tidak peduli dengan ucapan Dita.

" Tapi Han...." belum selesai Dita mendebat Hanna, suaranya sudah dipotong terlebih dahulu sama Viona.

" Sudahlah Ta... itu urusan Hanna sendiri, kita gak perlu maksain dia" kata Viona tidak ingin mendengar perdebatan Dita dan Hanna. Akhirnya Dita diam tanpa lagi mendebat Hanna lagi.

Setelah mereka selesai makan mereka segera kembali ke kelas dan Hanna melihat Vanno sedang duduk di bangkunya sedang berbicara dengan salah satu temannya. Mereka bertiga langsung masuk ke dalam kelas dan Hanna langsung berjalan menuju bangku tanpa berniat duduk di bangkunya.

" Ini Roti dan air putih yang aku ambil dari kartu makanan kamu kemarin" kata Hanna sambil menyodorkan roti dana air putih yang masih utuh di meja Vanno.

Vanno mengerutkan kedua alisnya dan langsung menatap ke arah Hanna dan gantian melihat roti dan air putih yang ada di depannya.

" Gak perlu, itu buat kamu saja" sahut Vanno mengambil roti tersebut dana memberikannya pada Hanna.

Tapi hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. " Aku sudah punya kartu sendiri dan aku mengembalikan apa yang kau makan kemarin karena aku tidak mau punya hutang sama orang lain" kata Hanna sambil tersenyum tipis.

" Hutang? kamu gak pernah punya hutang sama aku" sahut Vanno dengan kesal. " Ambil ini! aku gak suka makanan kayak gini!" bentak Vanno yang terlihat marah dengan wajah dinginnya menatap Hanna dengan mata tajamnya.

Hanna hanya diam tanpa ada niat mengambil roti dan air putih yang dibelinya dari kantin.

" Ambil ini cepetan!" bentak Vanno sekali lagi bahkan kini suaranya bisa didengar oleh semua teman sekelasnya hingga mereka semua menatap ke arah Vanno dan Hanna. " Aku gak mau mengambil kembali sesuatu yang sudah aku berikan pada orang kain, ngerti kamu! ambil ini!" beritahu Vanno dengan suara lantangnya.

Hanna yang meras terintimidasi karena bentakan Vanno dan tatapan kasihan dari teman sekelasnya membuat dia sedikit kesal dengan kata kata Vanno. Hanna langsung mengambil roti dan air putih tersebut dan meletakkan ke dalam tasnya.

Hanna tidak pernah dibentak oleh siapapun seperti itu, tapi Vanno yang baru dia kenal dan dia kagumi sudah membentaknya cukup keras hingga dia menjadi takut. Rasanya Hanna ingin menangis saja tapi dia harus menahan air matanya agar tidak jatuh membasahi pipinya. Karena jika dia menangis maka semua temannya akan tambah mengasihani dan mengejek dirinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!