Dan untuk mengakui perasaannya pada Kanaya saat ini bukanlah keputusan yang tepat. Duka di dalam hati Kanaya belumlah sembuh secara sempurna, apalagi setelah mengalami kejadian tragis dengan melihat sendiri kematian Kakak kembarnya yang mengenaskan itu. Devan ingin Kanaya memandangnya secara tulus, membantunya melewati semua itu sehingga ia bisa menjadi sandaran bagi Kanaya dan membangun tembok kepercayaan diantara mereka. Ia memilih untuk menunggu waktu yang tepat untuk mengutarakan perasaannya pada Kanaya. Jika Kanaya telah siap maka ia pun akan siap.
*****
"Entahlah, Gas. Mungkin gue bakal ngomong ke Kanaya setelah dia selesai Wisuda," ujar Devan.
"Kapan Kanaya akan Wisuda?" tanya Bagas
"Besok Kanaya akan Wisuda dan lusa gue harus ke kota B untuk menandatangi kontrak kerja" jawab Devan. Dan Bagas hanya menganggukan kepala.
"Ya terserah lo aja, Asal lo udah siap buat ngutarain perasaan lo ke Kanaya." ujar Bagas kemudian meneguk kopinya.
Tak jauh dari mereka, Elvano sedang duduk bersama kliennya dan tak sengaja mendengar percakapan Devan dan juga temannya. Elvano memang tidak mengenal dekat Devan. Tetapi selama bertunangan dengan Devita, Ia tahu Devan sangat dekat sekali dengan Kanaya. Ia pun sudah bisa menebak jika Devan menaruh hati pada Kanaya.
Dan setelah mengetahui rencana Devan. Ia pun mempunyai ide untuk membalaskan sakit hatinya pada Kanaya atas kematian Devita.
Sore itu, Elvano pulang ke kediaman orang tuanya, Sean dan Luna Alvarendra.
Pelayan itu langsung membukakan pintu untuknya saat melihat mobil Elvano berhenti di depan rumah itu.
"Papa sama Mama mana?" tanya Elvano saat ia memasuki rumah yang tampak sepi.
"Tuan dan Nyonya sedang keluar satu jam yang lalu. Tapi, Non Lisa ada di dalam sedang menonton televisi," ujar pelayan wanita itu sambil menunjuk ruang keluarga.
Elvano hanya berjalan begitu saja ke ruang tengah untuk menemui Lisa adiknya.
"Lisa, Papa dan Mama pergi kemana?" tanya Elvano sambil duduk di ruang keluarga itu dan bersebrangan dengan Lisa. Adisya LaLisa Alvarendra adalah adik Elvano satu - satunya dan ia tinggal bersama kedua orang tua mereka.
"Mereka sedang pergi, katanya mereka ada janji dengan pak Rayhan Adi Wiguna." jawab Lisa sambil matanya masih fokus menatap televisi.
"Rayhan Adi Wiguna?" gumam Elvano
'Ada apa Papa dan Mamanya bertemu dengan kedua orang tua Devita?' batin Elvano.
"Eh, iya kak." jawab Lisa dengan tak enak hati, karena merasa menyinggung keluarga Devita, Almarhumah pacar Elvano.
Baru saja Lisa menjawab, Sean dan juga Luna masuk ke dalam rumah.
"Pah,Mah," ujar Elvano sambil menyalimi kedua orang tuanya.
"Ada apa, Pah?" tanya Elvano melihat seperti ada yang ingin di bicarakan oleh Papanya itu.
Adichandra Sean Alvarendra, duduk di sofa di dekat Elvano.
"Bagaimana kondisi perusahaan? Apakah semuanya Baik?" tanya Papahnya itu.
"Baik Pah, semuanya sangat lancar. Apa ada masalah?" tanya Elvano.
"Tidak, tidak ada masalah." ujar Sean.
"Begini Elvano, Pak Rayhan, dia sedang ada masalah dengan perusahaannya. Dan Papa baru saja bertemu dengannya," ujar Sean sambil memandang anaknya, memperhatikan ekspresi wajah Elvano. Ia tahu Elvano belum bisa sepenuhnya melupakan Devita tentang kejadian tragis yang menimpa gadis tersebut.
Namun Elvano tidak terkejut, ekspresinya biasa saja. Selain karena ia telah di beritahu oleh Lisa. Ia pun sangat pandai menyembunyikan emosinya.
"Lalu?" tanya Elvano dengan suara datar.
"Papa rasa kamu bisa membantunya dengan berinvestasi pada keluarga Adi Wiguna. Mereka sangat membutuhkannya saat ini, El" ucap Sean memohon.
"Apa mereka sudah mengirim proposalnya?" tanya Elvano seperti tidak menganggap hal itu istimewa.
"Kalau kau oke, Papa akan minta Rayhan untuk mengirimkan proposalnya segera," ujar Sean.
"Ya, Kirimkan saja dulu proposalnya, Pah. Biar nanti, Elvano cek." ujar Elvano.
"Elvano, Papa benar - benar memohon, Supaya kamu bisa membantu. Karena Papa sudah berjanji untuk membantunya." ujar Sean dengan nada yang lebih tegas, untuk meminta anaknya agar segera menyetujui dan bisa memberikan bantuan Investasi pada perusahaan Rayhan.
"Pah, Papah kan yang memintaku untuk meneruskan perusahaan. Dan aku juga harus bertindak profesional. Kalau memang menguntungkan pasti akan aku setujui," ujar Elvano.
Sean walaupun tampak gusar, tetapi ia tetap mencoba memberikan kepercayaan pada putranya untuk mengelola usahanya.
Dan sampai detik ini, Elvano memang belum pernah mengecewakannya.
" Sudahlah Pah, biar Elvano melihat proposalnya saja dulu." ujar Luna, Mama Elvano menengahi.
"Baiklah, tapi kau coba pertimbangkan hal itu dengan baik," ujar Sean.
"Elvano, Mama ingin mengenalkan kamu pada seseorang. Apa kau ada waktu besok sore?" tanya Luna setelah beberapa saat.
"Mah, Sudah kubilang berapa kali, aku tidak suka di jodoh - jodohkan lagi!" ujar Elvano dengan nada tidak suka.
Luna khawatir dengan anaknya itu, yang semenjak kematian Devita. Ia tidak pernah lagi melihat Elvano bergaul dengan seorang wanita dan akan selalu menolak jika akan di jodohkan.
memang ia tahu Elvano sangat mencintai Devita, dan ia masih sangat terpukul dengan kematian Devita.
"Elvano, Mama tahu kamu masih belum bisa melupakan Devita, tapi kamu harus melanjutkan hidupmu," ujar Luna.
"Sudahlah Mah. Mamah jangan memaksakan Elvano. Karena Elvano sudah ada calon sendiri!" ucap Elvano sedikit kesal.
Ucapan Elvano membuat Sean, Luna dan juga Lisa terkejut.
"Siapa, calon mu itu, El? tanya Luna ingin tahu.
Elvano masih tidak menjawab. Karena ia sendiri masih ragu untuk menjalankan rencanya atau tidak.
Semua masih terdiam, menunggu jawaban dari Elvano.
"Kanaya Zavira." jawab Elvano singkat.
Terima kasih sudah membaca. Maaf kalau masih banyak typho.
Jangan lupa like, komen dan vote. kalau berkenan tekan tombol like..like..like
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
🐾💖ratu_halu🦋🌻
wooow keren
2022-06-09
0
Ludis Rudiansyah
elvano hxa akan memblas sakit hatinya krn menganggap kanaya lah penyebab kematian devita
2022-02-22
1
Cicih Sophiana
Elvano hanya mau menyakiti Kanaya,,, bkn salah dia tp kena balasan dr Elvano... jahat ihh
2022-01-01
1