"Ay Kamu gk usah mikir macam - macam yah. Positif thinking aja dan selalu menatap ke depan, Oke?" Ujar Devan. Devan seperti mengetahui pikiran dan juga kegelisahan Kanaya setelah mereka bertemu Elvano tadi.
Kanaya mengangguk.
"Nggak apa - apa Ay. Semuanya butuh proses. Kalau kamu butuh aku, "Aku akan selalu senantiasa mendengarkan curhatanmu dari jendela kamarku yang ada di sana!" ujar Devan sambil menunjuk jendela kamarnya yang selalu terlihat setiap kali Kanaya memandang keluar dari jendela kamarnya.
"Makasih Van. Kamu memang sahabatku yang paling baik," ujar Kanaya lalu ia tertawa kecil.
"Ehmmm, Maksudku satu - satunya sahabatku..." koreksi Kanaya.
Devan tertawa.
"Kamu sebenernya bisa punya banyak sahabat kalau kamu mau, Ay! Tapi bagaimana pun aku senang menjadi sahabat terbaikmu," ujar Devan sambil membukakan pintu rumah untuk Kanaya.
"Udah masuk, Ay. Dan jangan lupa istrihat. Aku pulang," ujar Devan sambil berbalik dan melambaikan tangannya.
Kanaya mengangguk dan masuk ke dalam rumah. Ia pun segera berjalan ke arah kamarnya di lantai 2, namun saat akan menaiki tangga, ia mendengar percakapan kedua orang tuanya di ruang keluarga.
"Gimana pah, Apa ada kemajuan," tanya Ratna. Mama Kanaya.
"Ya begitu Mah, Papah sedang berusaha mencari investor yang mau mendanai proyek kita secepatnya. Imbas dari gagalnya proyek yang kemarin itu benar - benar menguras habis uang perusahaan." jawab Rayhan Papa Kanaya.
"Papa sudah coba mendatangi Alvarendra? mungkin mereka tertarik?" tanya Ratna.
"Belum Ma, Papa belum pernah bertemu mereka lagi sejak...." ucapan Rayhan terhenti. Hening.
"Tapi nanti Papa coba. untuk sementara coba berhemat ya Ma, Karena papa terpaksa memakai uang pribadi kita untuk operasional perusahaan bulan ini." ujar Rayhan.
Rayhan tidak berkata apa - apa.
"Sabar yah Mah," ujar Rayhan lagi, sepertinya mencoba menenangkan Ratna.
Kanaya pun perlahan - lahan naik ke atas, ia tidak ingin menganggu kedua orang tuanya ataupun terlihat sedang menguping percakapan mereka.
Kanaya pun baru mengetahuinya jika perusahaan Papahnya sedang mengalami masalah keuangan. Karena Papa dan mamanya tidak pernah bercerita belakangan ini. Padahal sebelum kejadian itu, Papa kerap menceritakan apa yang di lakukannya. Dari menceritakan pekerjaannya dan proyek - proyek yang sedang di garapnya di saat mereka menghambiskan waktu bersama.
Kanaya memang sangat dekat dengan Papanya, Oleh sebab itu sang Papa kerap mengajak Kanaya dalam acara - acara yang di hadirinya Sedangkan kakaknya Devita lebih senang pergi bersama teman - temannya daripada menghadiri acara - acara yang di anggapnya sangat membosankan.
Dalam setiap acara - acara itulah Kanaya mengenal Elvano dan rekan - rekan bisnis Rayhan yang lain.
Kanaya membuka pintu kamarnya perlahan agar tidak menimbulkan suara. kemudian menutupnya dengan sama pelannya. Namun tetap saja sama dan berbunyi ' Klek' dari daun pintu yang di tutup terdengar di tengah heningnya rumah mereka.
"Kanaya? Kamu sudah pulang, sayang?" terdengar suara Ratna yang memanggil Kanaya dari bawah tangga.
"Yah Mah!" Jawab Kanaya setengah berteriak agar Mamahnya itu bisa mendengarnya.
Terdengar langkah kaki menaiki tangga dan mendekati kamarnya.
"Ay, bagaimana hasil skripsinya?" tanya Ratna sambil menimbulkan kepalanya di depan pintu kamar Kanaya.
"Kanaya bisa mengikuti ujian minggu depan, Mah" jawab Kanaya sambil tersenyum.
"Syukurlah" ujar Ratna sambil masuk ke dalam kamar Kanaya.
"Mama senang mendengarnya?" ujar Ratna sambil duduk di samping Kanaya di atas ranjang.
"Iya mah, mudah - mudahan Kanaya bisa segera lulus kuliah, jadi Kanaya juga bisa secepatnya mencari pekerjaan," ujar Kanaya yang teringat pembicaraan kedua orang tuanya di bawah tadi. Ia bertekad tidak ingin membebani kedua orang tuanya dan akan langsung mencari pekerjaan begitu ia lulus kuliah.
"Sudah ada rencana, mau melamar pekerjaan dimana?" tanya Mama Ratna.
"Belum Mah, Nanti secepatnya Kanaya akan langsung cari"
"Ya sudah, istirahatlah. Kamu perlu menyiapkan ujianmu terlebih dahulu," ujar Ratna sambil menepuk pundak Kanaya lembut.
"Kamu sudah makan. Perlu mama buatkan sesuatu?" tanya Ratna sambil menatap anak gadisnya itu.
"Sudah Mah, tadi habis di traktir Devan," jawab Kanaya.
Ratna mengangguk dan beranjak berdiri.
"Mama kebawah dulu ya, Ay. Kalau mau ngemil ada cake coklat kesukaanmu di bawah," ujar Ratna sambil berjalan keluar kamar Kanaya.
"Ya mah..." jawab Kanaya sebelum mamahnya menutup pintu.
Kanaya merebahkan diri di ranjangnya. Hening selama beberapa saat. Ia menatap langit - langit kamarnya sebelum menoleh ke kiri dan melihat fotonya bersama Devita.
Diraih foto dengan figura putih itu di dekapanya di dadanya sambil meringkuk. Dan berkata "Maafin Kanaya, Kak...." gumamnya sambil menutup matanya.
*****
Tak terasa satu bulan telah berlalu dengan cepat, dan Kanaya di nyatakan lulus ujian skripsinya. Ia mendapatkan nilai yang memuaskan dalam ujian itu.
Dan Devan pun sudah lulus dari kursus Advokatnya, sehingga ia bisa menyandang gelar sebagai pengacara.
Devan sedang duduk di sebuah cafe bersama Bagas, salah satu temannya yang dekat sejak kuliah.
"Sudah ada kabar dari Firma hukum Asegaf Star?" tanya Bagas.
Devan tersenyum dan mengangguk.
"Yang bener, Van? jadi kamu dah keterima kerja disana?" tanya Bagas seperti tidak percaya.
"Iya, baru aja gue dapat kabar pagi ini," ujar Devan dengan mata berbinar.
"Waaahhhhh...., Selamat ya Van! kamu itu memang beruntung," ujar Bagas memberikan selamat pada Devan. Karena sudah di terima di sebuah Firma hukum besar.
"Makasih ya, Gas. Gue juga awalnya nggak nyangka, tapi ternyata gue bener - bener di terima." ujar Devan tersenyum lebar. Namun, ia menunduk setelahnya.
"Kenapa? kok kaya nggak happy gitu,?" tanya Bagas yang melihat sebersit kegalauan di mata Devan.
Devan terdiam. Ia tidak tahu apakah akan mengatakan pada Bagas atau tidak. Di sisi lain Devan memang sangat senang bisa di terima di Firma hukum besar itu. Akan tetapi ia berat untuk meninggalkan kota D, apalagi untuk pergi meninggalkan Kanaya.
"Gue tau, Lo pasti mikirin Kanaya ya?" tanya Bagas yang sudah mengenal Kanaya dan mengetahui hubungan Devan dan juga Kanaya. Bagas pun sudah beberapa kali ikut bergabung dan jalan bareng bertiga dengan Devan dan juga Kanaya.
saat mereka jalan bareng bertiga😃
"Gue nggak bisa ninggalin dia, Gas," ujar Devan akhirnya bercerita.
"Kenapa?"
"Karena kejadian tragis yang menimpa Kakaknya itu masih menghantuinya, Gas. Dan kalau gue pergi, gue nggak bisa jagain dia lagi." jawab Devan nada suaranya terdengar khawatir dan lemah.
"Tapi, Kanaya masih ada kedua orang tuanya, Van.". balas Bagas.
"Iya gue tau, tapi tetap aja....." ujar Devan. Dengan menghela napas berat.
"Kalau begitu, Kenapa loe nggak ajak dia aja." tanya Bagas.
Devan menatap Bagas yang duduk di depannya.
"Gue tau, Van. Sebenarnya lo ada perasaan kan, sama Kanaya?"
"Gas...." Devan hendak protes, namun di potong ucapannya oleh Bagas.
" Lo dengerin gue dulu, Van!. Untuk sekarang lo mungkin belum bisa ngakuin perasaan lo ke dia karena dia sahabat lo sejak kecil. Tapi yang namanya perasaan nggak bisa di bohongi, Van." ujar Bagas dan Devan mendengarkan.
"Gue bisa ngomong gini, karena gue tau dan melihat dengan mata kepala gue sendiri. Semua yang lo lakuin untuk Kanaya, kalau bukan untuk cinta, apa namanya?" ujar Bagas lagi. seolah memberikan tamparan keras bagi Devan agar menyadari perasaannya kepada Kanaya.
Devan terdiam. Di lubuk hatinya yang terdalam ia memang mengakui, jika ia memiliki perasaan lebih untuk Kanaya. Ia bahkan merasa sudah jatuh cinta pada Kanaya. Akan tetapi Kanaya hanya menganggapnya dan memperlakukannya sebagi sahabat saja selama ini.
Jangan lupa like komen dan vote.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
🐾💖ratu_halu🦋🌻
jjur yha thoor gue suka bnget membaca novel klau ada visual kayak gininya tiap perepisodnya gitu. jdi kayak nga bosan gitu. semangat thoor 💪💪💪
2022-06-09
2
Kiyo Hejeski
👍👍👍
2022-04-16
0
rara
ayo Devan ungkap kan perasaan mu pada Kanaya, siapa tau gayung bersambut
2022-03-10
2