"Shina...?" Guna melirik sekilas "Sebenarnya boleh nggak sih Gue bertanya im?" Guna kembali menoleh memerhati ekspresi apa yang akan Aim berikan atas pertanyaannya, sementara itu Aim hanya diam saja "Setiap hubungan memiliki komitmen, Im komitmen apa yang loe pertahanin dari dia? Gue perhatiin pernikahan Loe dan dia itu nggak sehat Im, bukan cuma sebatas status'kan?." Aim hanya tersenyum miris.
"Apa loe nggak cape ngejalanin rumah tangga seperti itu terus?" Tambah Guna.
"Pernikahan gue loe tau sendirikan alurnya dari mana,"
"Lalu sampai kapan loe akan bertahan?" Tanya Guna lagi.
Aim berdecak bingung "Ckk bertahan?" Ia kemudian menggeleng "Gue jauh-jauh hari bahkan sudah menyerah, tapi Gun bagai mana dengan keluarga gue? Gue nggak mungkin menceraikan Shina Gue nggak mau ayah kecewa, gue nggak mau mencoreng muka ayah dengan noda perceraian, apalagi yang gue nikahi itu anak sahabatnya gue takut hubungan mereka jadi renggang Gun"
"Lalu mau sampai kapan loe ngebiarin Shina nginjak-nginjak harga diri loe sebagai suami? Ayolah Im.. atau, apa jangan-jangan ada sebuah perasaan yang loe punya sehingga nggak rela ngelepasin dia?"
"Gun gue bisa,..lagipula Sudah berapa kali Shina memamerkan lelakinya, dirumah gue mereka tidur sekamar dan paginya dia memamerkan bekas merah hasil cumbuannya didepan gue dan anehnya Gue merasa biasa saja, apa ia gue ada perasaan? sementara rasa cemburu pun nggak ada, dari awal gue menikah gue sudah tak yakin bisa mencintainya jangankan mencintai hatinya mencintai raganya saja gue sulit"
"Lalu apa alasan loe bertahan Im?"
"Kedua orang kami bersahabat sudah dari SMA, Ayah selalu bilang 'tidak ada sahabat sesempurna Deo (Ayah Shina)' mereka ingin hubungan mereka semakin erat itu sebabnya mereka menikahkan aku dengan Shina berharap kami bisa memperkuat ikatan mereka, dan sekarang gue nggak mungkin membuat keputusan menceraikan Shina gue takut Om Deo tersinggung dan ayah akan merasa malu da gue yakin ayah sepenuhnya akan menyalahkan Gue atas perceraian ini. Lagi pula enam bulan yang lalu gue pernah ngajuin perceraian kepada Ayah, tapi dia bilang 'Jika kamu yang ngajuin ayah tidak bisa mengabulkannya sebaliknya kalau Shina yang ngajuin hari itu pun Ayah siap' gila kan?."
"Im... Gue tau keadaan loe sulit, tapi gue yakin loe pasti bakal dapat jalan keluar," Guna menepuk pundak Aim "Yakinlah!"
"Lalu gue harus bagaimana?" Aim menoleh menuntut jawaban...tapi Guna hanya diam. "Ini bencana besar Gun, Gue salah.. Gue kira gue nggak akan jatuh cinta segampang ini, Gue kira nggak akan ada perasaan ingin memiliki secepat ini, gue kira perasaan gue pada Shina (Perasaan biasa saja bisa dikatakan acuh tak acuh dan masa bodoh melihat Shina bersama lelaki lain)itu akan berlaku kesemua perempuan, tapi ternyata tidak, Gue malah jatuh cinta pada sesosok perempuan disaat gue masih terjebak dalam pernikahan bodoh ini."
Guna terdiam kebingungan "Masalah loe terlalu sulit Im gue sampe tidak bisa berfikikir untuk ngasih loe solusi, loe pikirkan jalan keluarnya sendiri aja ya, gue yakin loe bisa Im" ucap Guna sambil kembali menepuk Aim, menguatkan, setelah itu ia melengos meninggalkannya tanpa solusi.
"Gun.. Guna, jadi Gue harus gimana?"
"Loe.... gue nggak tau, tidur aja dulu! Barangkali setelah tidur bisa dapat solusi" kata Guna setengah berteriak.
Aim mendengus kesal tatapannya mengikuti langkah Guna panjang kali lebar ia bercerita berfikir Guna akan menemukan celah tapi kenyataannya nol besar dan Aim merasa temannya itu sangat tidak berguna.
Malam pun dengan cepat berganti siang, Kinan si perempuan cantik itu telah kembali untuk bekerja masa cuti yang sempat di pintanya demi menggelar pernikahan telah dibatalkan.
"Pagi Amor.." Kinan menyapa sahabatnya yang sedang fokus pada layar monitor, ia tak menoleh.
"Pagi," jawab Amor datar. Amor tidak sadar kalau yang menyapanya itu Kinan, sahabat yang beberapa hari yg lalu mengambil izin cuti dan dia mengira Kinan masih belum masuk kerja, lalu setelah beberapa saat kemudian Amor pun tersadar.
"Kinan.." Amor melotot tak percaya karena Kinan sudah kembali bekerja dan sedang bersandar di kubikelnya dia sempat berfikir akan kesepian lebih lama karena waktu cuti Kinan masih beberapa hari lagi.
"Kinaaan" Amor menghambur memeluk Kinan, "Tau nggak sih aku rindu pake bangeet, dua hari saja kamu cuti aku udah bete pake plus Kinan." Celotehnya manja, Kinan merasa geli pada ucapan Amor
"Ikh lebai deh" decit Kinan sambil mendorong pelan tubuh Amor untuk menjauhkannya.
"Yah begitulah aku tanpamu" Amor menarik kursi lalu duduk disamping Kinan.
"Oh ia. Kamu udah ngantor aja, apa kamu tidak sibuk mengatur pernikahan kamu?" Tanyanya.
"Pernikahanku batal Mor" jelas Kinan dengan nada datar. Amor berteriak dengan mata membulat sempurna saking terkejutnya.
"Apa??!!!" Teriakan amor memenuhi ruangan menggema seperti saron festival.
"Kagetnya gak usah segitunya juga kali" ucap Kinan datar.
"Loe nggak lagi becanda kan?" Amora masih tidak percaya pada ucapan Kinan.
"Candaan gue nggak bisa buat orang ketawa terpingkal-pingkal Mor, jadi ngapain juga gue becanda" balas Kinan santai.
"Kinan.. pernikahan loe tinggal ngitung detik masa dibatalin gitu aja?" Amor mengambil sesuatu dari mejanya, surat undangan dilemparnya kehadapan Kinan, "Lalu ini apa Nan?"
Kinan mengambilnya, "Oh benda busuk ini" Kinan melemparkannya ke tong sampah, "Selesai" ucap Kinan sambil mengedikkan kedua belikatnya.
"Kinan.." Amor kembali duduk, menarik kursi untuk Kinan "Duduklah!" dan dihadapkan padanya, menatap mata Kinan dengan tajam "Jawab gue Nan, kenapa bisa begini?" Selidik Amor penasaran
"Gue juga nggak tau Mor" jawab Kinan dengan mata berembun. "Gue nggak tau sejak kapan hubungan gue dimasuki orang lain" Kinan akhirnya menangis walau tertahan.
Amor menghapus air mata Kinan, "Sudah jangan menangis Nan, kita harusnya bersyukur pada tuhan setidaknya loe belum menikahi lelaki berengsek itu, tuhan ngasih kesempatan tau sebelum hubungan kamu berjalan lebih jauh,"
"Loe bener Mor" Kinan menghapus butir-butir air matanya, dan kembali tersenyum tegar.
"Ngomong-ngomong yang loe maksud masuk itu siapa?"
"Besok juga loe bakalan tau Mor Sedia'nya besok adalah hari pernikahan dirinya dengan Dirga."
"Pernikahan dia dan Dirga? bukankah besok pernikahan kalian?" Amor mengernyit "Jadi maksud kamu, Kamu memberikan pernikahan itu kepada orang lain? kenapa Nan?"
"Bukan orang lain Mor, tapi sahabat gue yang Kini berubah jadi penghianat, gue begitu bodohnya sampai-sampai mereka berbuat gila pun gue nggak tau" jelas Kinan sambil terisak.
"Nan," Amor mengusap pundak Kinan. Kinan menoleh dengan mata sayu penuh akan kecewa.
Amor terdiam penuh tanya dia masih percaya tidak percaya pada ucapan Kinan, dalam hati Amor menganggap Kinan sedang mencandainya, namun Amor tau betul Kinan tidak pernah membuat candaan dari perkara sakral 'takut kualat' kata Kinan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
yumi wie
mampir terus kak
2022-03-18
0
Mom FA
salam dari in memories🙏
2022-03-03
0
Mak Aul
lanjut, maaf baru mampir lagi
2022-01-22
1