Beredar kembali tatapan Kinan memerhati sekeliling Kinan melihat pakaian dalam yang tercecer diatas lantai, "Hah milik sipa itu? Apa disini ada orang lain selain aku?" Tanyanya mata Kinan berputar mencari keberadaan orang lain, Kinan belum menyadari pakaian yang tercecer itu miliknya, kepalanya masih terasa pusing untuk memikirkan hal-hal yang menurutnya tidak berguna itu.
"Tunggu" Kinan yang penasaran pada baju yang tercecer disebelahnya kembali menelaah dan memerhatikannya dengan baik, setelah diperhatikan dengan teliti barulah Kinan sadar.
"Akkkkkhhhhh" Kinan menjerit terkejut hebat.
Kinan meremas selimut yang membalut setengah badannya dengan khawatir, dibuka sedikit, mengintip badannya yang polos yang ternyata telah tanpa sehelai benang pun.
"Tidaakk" teriak Kinan menolak fikiran yang mengatakan telah terjadi sesuatu padanya tadi malam tapi sekelebat bayangan datang dibenak Kinan, "Dasar Payah!" Itulah ucapan tadi malam yang Kinan ingat lalu "Jangan salahkan aku karena kau sendiri yang memintanya" suara lembut seorang lelaki membisik ditelinganya.
"Tidak, tidak, tidak" Kinan menggeleng sambil meremas rambut hitamnya menolak kenyataan yang terjadi dirinya secara tidak sadar telah menuntut seseorang untuk melakukan hal diluar dugaan.
Dalam 100% kesadarannya Kinan mengingat-ingat kembali kejadian tadi malam namun sialnya tidak ada yang bisa diingatnya selain tutur lembut lelaki yang telah menidurinya, dan suara itu membuatnya merasa mau menggila.
Dengan masih digulung selimut Kinan memunguti pakaiannya yang berserakan melemparnya keatas kasur lalu dia berlari ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Didalam kamar mandi Kinan terus merutuki kebodohan dirinya yang telah minum dengan gila hingga kehilangan kesadaran dan berujung pada kehilangan mahkota kesucian yang ia jaga selama 22 tahun ini area intimnya terasa begitu perih sehingga Kinan yakin sekali lelaki itu telah mengambil kesempatan besar dalam ketidak sadarannya.
"Aiiiihhhkkkh" Kinan mendengus frustasi.
Selepas mandi Kinan segera mengenakan kembali pakaianya duduk dimeja sambil bercermin, "Hah.. bekas apa ini?" Kinan kembali dikejutkan oleh bercak merah dilehernya.
"Akkhhh" Kinan menangkup kepalanya yang hampir mau pecah karena melihat bekas gigitan lelaki yang Kinan tidak tau siapa.
Kinan berdiri dari duduknya mengambil barang-barang miliknya lalu melangkah untuk pulang, dilihat kembali ruang kamar yang begitu mewah dan luas, 'sepertinya ini bukan kamar biasa' ucap Kinan diakhir perhatiannya.
Saat hendak melangkah Kinan tidak sengaja melihat coat yang sengaja ditaruh pada kursi tak jauh dari ranjang coat itu pasti milik lelaki yang telah menidurinya tidak sengaja tertingal.
Kinan menggambil lalu memerhatinya dengan detil mencium aroma coat yang tercium sangat manis menusuk hidung, aroma yang membuat tenang Kinan sempat terlena dengan harum itu. deg.... Kinan tiba-tiba sadar dan mengkhawatirkan sesuatu.. "Bagai mana jika yang meniduriku...?" Kinan membayangkan kakek tua bangka yang perutnya sudah mengembung, berbadan besar berkumis tebal dan banyak keriputan diwahnya.
"Akkkkhhhh" Kinan menutup telinganya menolak untuk membayangkan itu, Kinan langsung melempar coat tersebut.
Kinan berhenti berjalan "Akkh" Kinan mendengus kesal merasakan sakit diarea bawah yang menyulitkannya berjalan.
"Permisi" Kinan mendatangi resepsionis, untuk menanyakan biaya sewa hotelnya malam ini.
"Iya, ada yang bisa saya bantu" jawab sang resepsionis santun.
"Malam tadi," Kinan kebingungan menjelaskan maksudnya.
"Saya mau membayar tagihan kamar saya"
"Atas nama siapa?"
Boleh minta kartu hotelnya?"
"Kartu hotel?" Kinan menggaruk tengkuknnya kebingungan, kartu hotel yang diminta Kinan tidak memilikinya.
"Euuh.. euhh.."
"Boleh sebutkan no kamarnya"
Alih sang Resepsionis, tapi Kinan tidak sempat melihat no kamarnya itu sebabnya Kinan semakin bingung.
"Saya lupa, kalau begitu biar saya cek kembali siapa tau disana ada kartu kamar saya" ucap Kinan. Saat hendak meng iakan permintaan Kinan Resepsionis disebelah yang ikut bertugas menerima pesan berisi photo Kinan, beberapa detik kemudian ia menerima telpon, "Jangan mempersulit perempuan itu," katanya memerintah.
Resepsionis yang baru menerima telpon berbisik pada resepsionis yang sedang berbicara dengan Kinan, ia langsung memangut mengerti.
"Kamar yang dipesan atas nama Kinan sudah dibayar"
"Dibayar?" Kinan memicing penuh tanya. Kinan mengecek dompetnya, barangkali uangnya benar berkurang, tapi tampaknya tidak samasekali.
"Boleh saya tau siapa yang membayar?" Tanya Kinan tapi sang resepsionis tidak memberi tau karena dilarang.
"Ooh .. eh.. mmmhh bukankah nona Kinan sendiri yang membarnya"
Kinan menggeleng.
"Tapi disni sudah terbayar" jelas resepsionis.
Dengan fikiran yang dipenuhi pertanyaan Kinan akhirnya memutuskan untuk pergi meninggalkan hotel.
Diluar Kinan sempat berbalik menatap gedung yang menjulang tinggi tersebut label keagungan tertulis besar pada bagian dahi gedung.
Kinan menghela nafasnya kuat-kuat lalu beranjak meninggalkan gedung.
Didalam mobil... "Bos 10 menit lagi kita sampai" ucap Asisten Aim yang bernama Guna, Aim mengangguk paham.
Selepas tinggal diluar negri selama lima tahun kemudian menikah dengan Shina selama satu tahun ini kali pertama Aim kembali bekerja diperusahaan ayahnya.
Selama ini Aim selalu menolak untuk bergabung setelah seribu alasan Aim menolak untuk bekerja selain sempat menjejak sekolah diluar negri Aim juga memiliki perusaan sendiri meskipun kecil namun sekarang Aim kalah berdebat dengan sang Ayah dan terpaksa setuju untuk mengikuti permintaan Ayahnya.
Sepuluh menit kemudian mobil telah berhenti tepat didepan gedung perkantoran untuk menemui klien, Sang Ayah berhalangan untuk datang untuk itu dia mengutus Aim untuk menangani proyek baru ini, sebenarnya dia tidak begitu berhalangan hanya sengaja ingin melihat potensi yang dimiliki putranya ini.
"Berapa hari kita disni?" Tanya Aim ditengah perjalan menuju lift.
"Mungkin 2 malam" jawab guna sambil membaca jadwal Aim pada handphonenya.
"Ckkk... " Aim berdecak kesal, menekan tombol lift yang beberapa saat kemudian tertutup, "Ayah sengaja ngerjain aku dihari pertama sudah sesibuk ini... Padahal...." Aim tampak tersenyum bahagia, wajahnya merona dan penuh semangat. Aim mengeluarkan handphone dan membuka galeri photo, gambar Kinan ditatapnya dalam-dalam.
"Aku pasti cepat kembali sayang tunggu aku" ucap Aim sambil senyum senyum sendiri membuat Guna memerhatinya terheran.
"Tumben manggil sayang apa nggak salah dengar? kayaknya baru kali ini" celotehnya, Guna yang sudah lama mengenal Aim sepertinya sedikit asing pada panggilan itu, pasalnya selama setahun menikah Aim dan Shina tidak pernah terlihat harmonis apalagi romantis. Guna mengira yang diperhatikan Aim adalah istrinya Shina.
Guna terus berceloteh sampai Aim menoleh sinis lalu Guna langsung diam.
Fresentasi pun dimulai, Aim membeberkan semua ide-idenya didepan klien dan diakhir mereka tampak mengangguk puas.
Selepas fresentasi Aim dan Guna segera mencari kamar hotel untuknya menginap selama dua malam.
"Kita akan tidur disini selama tiga hari?" Tanya Aim tampak keberatan.
"Betul, kenapa? Apa kamarnya kurang nyaman?" Tanya Guna.
Aim berjalan kecil mengelilingi ruang kamar yang luas dekorasi bintang lima dengan tata letak yang artistik.
"Bukan.." jawab Aim sepintas.
Aim berdiri menatap kearah luar, pemandangan malam yang sempurna apalagi jika dilihat dari ketinggian. Rasanya tidak mungkin jika Aim merasa tidak betah tinggal ditempat seperti ini namun entahlah.. hatinya terus saja gelisah dan tak nyaman setelah tidak sengaja bertemu sekali dan kini harus jauh dari Kinan perempuan yang membuat dirinya merasa sempurna.
Indahnya pemandangan diluar kaca tidak seindah senyum Kinan yang terus menari-nari dimata Aim, saat ini sulit untuk Aim menghindari bayangan Kinan dia terus mengganggu dan menggoda kewarasannya.
"Gun..."
"Ya" Guna yang sedang merapihkan tempat untuk Aim segera berjalan kepada Aim.
"Apa aku sudah tidak waras?" Tanyanya.. Guna termenggu heran akan pertanyaan Aim yang tampak sedang baik-baik saja.
Guna mengecek kening Aim dengan tangannya, suhunya tidak terlalu bermasalah tapi kenapa pertanyaannya begitu aneh..
"Aku rasa keningmu baik-baik saja, cuma pertanyaan mu yang kurang waras" ejek Guna.
Guna dan Aim bersahabat sudah sejak lama itu sebabnya antara Aim dan Guna tidak pernah ada canggung meski Aim sebagai bos/atasan dan Guna sebagai bawahan keduanya tetap bekerja sewajarnya dan bersahabat dengan sebaik-baiknya, saat dikantor mereka bekerja sebagai mana Bos dengan karyawannya namun saat sudah diluar mereka akan bercanda dan saling mengusik seperti antar teman pada umumnya.
"Sejak kembali dari bar aku merasa ada yang berbeda denganmu, apa ada yang terjadi semalam?" Tanya Guna penasaran.
Aim tersenyum tipis, "Entahlah... Yang pasti saat ini aku tak bisa lepas dari bayangan seseorang, sepertinya baru kali ini aku merasakan rindu yang menyiksa seperti ini"
Guna tertawa kecil mendengar kebucinan sahabatnya, sebelumnya Guna selalu berfikir kalau Aim tidak akan terpengaruh dengan yang namanya cinta.
"Gue harus bagai mana Gun? Apa gue harus menghindar, dan menutup diri?" Tanya Aim meminta solusi, Aim takut perasaanya itu menjadi tidak baik untuk semua orang mengingat dirinya bukan lagi lelaki single.
"Kenapa? Lo punya perempuan lain?" Tanya Guna, Aim diam tak menjawab, "Apa alasan yang membuat loe harus menghindar Im?" Tambahnya.
"Shina... Dalam setatus dia masih istri gue Gun" jawabnya hampa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Camut gemoy
Aim. lucu namanya😊
2022-01-25
3
Mak Aul
Aim,aim,aim...kenapa nama itu jadi melekat di kepala mak
2022-01-04
1