04.Maaf Sayang

"Di rumah ini tidak ada pembantu. Jadi, kau yang akan mengerjakan semua pekerjaan rumah ini," ujar Melvin memberitahu Naya.

"Sayang, jangan terlalu kejam padanya," Bella mulai mencari muka di depan suaminya.

"Ini pantas untuknya. Aku tidak pernah menganggap dia sebagai istri ku. Istri ku cuma kamu, sampai kapan pun hanya kamu." Bella tersenyum puas dalam hatinya ketika mendengar Melvin mengatakan itu semua.

Meskipun tidak memiliki rasa cinta, namun hati Naya tetap sakit juga.

"Aku mengerti," jawabnya pelan.

"Ini yang bulanan khusus buat rumah dan biaya hidup mu. empat puluh juta sebulan, sesuai yang mamah beritahu pada ku!" Melvin menyodorkan uang di atas meja.

Naya hanya melirik, berbeda dengan Bella yang mulai sibuk mencari celah untuk memegang uang tersebut.

"Sayang, bagaimana jika uangnya aku saja yang pegang. Jadi, setiap minggu aku akan mengaturnya untuk Naya. Lagian, aku juga istri di rumah ini, aku juga berhak dong untuk mengurus rumah ini," tutut Bella dengan segudang alasan.

"Kau memang cerdas sayang," ucap Melvin lalu mengambil kembali uang yang di berikannya pada Naya, "Sana pergi, aku tidak ingin melihat wajah jelek mu!" usir Melvin pada Naya.

Tidak banyak bicara, Naya memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya. Wanita ini mengusap dada yang sangat sesak terasa.

Sementara itu, Bella merasa senang dan bahagia karena sekarang dirinya tidak akan tinggal satu rumah lagi bersama mertuanya.

"Aku adalah nyonya di rumah ini. Sampai kapan pun aku akan tetap menjadi nyonya Alexander," ucap Bella lalu berguling-guling di atas tempat tidurnya.

Di tempat lain, ada satu orang yang sangat khawatir pada Naya. Dia adalah Halbert, asisten pribadi nyonya Margareta sekaligus penasehat dalam keluarga Alexander.

"Maaf nyonya, saya sangat khawatir pada nona Naya. Mereka pasti memperbudak nona," ucap tuan Halbert.

"Demi kita semua, kita harus mengorbankan satu perasaan yang tak bersalah. Aku tahu jika rencana ku ini sangat kejam. Tapi, aku ingin membuka mata Melvin agar dia bisa melihat mana yang tulus mana yang modus,"

"Jika nyonya sudah benar-benar yakin, maka saya hanya bisa mendukung. Semoga saja nona Naya kuat dalam menghadapi mereka!"

"Tunggu lah dua minggu lagi Halbert, aku akan membuat sesuatu yang mengejutkan," ujar Margareta.

"Lalu bagaimana dengan ibu Amber?" tanya Halbert.

"Suatu hari, kita akan membongkar semua kebohongan mereka. Di saat itu lah aku juga akan meminta maaf pada Naya karena sudah mengorbankannya!"

Halbert terdiam, rasanya tidak etis sekali jika harus mengorbankan perasaan orang. Tapi mau bagaimana lagi, ini semua sudah menjadi keputusan nyonya Margareta.

Hari ke hari telah berlalu, tak terasa Naya sudah seminggu menjadi seorang istri sekali gus babu di rumah suaminya sendiri.

Sangat lelah, semua pekerjaan rumah harus di kerjakan Naya seorang diri tanpa adanya pembantu. Apa lagi rumah ini sangat besar, Naya cukup kewalahan.

Bahkan, untuk sarapan dan makan siang juga makan malam Naya di larang duduk satu meja dengan Bella dan Melvin. Wanita ini benar-benar dianggap pembantu di rumah suaminya.

"Dia sibuk bekerja sayang, izinkan aku membantunya," ujar Bella.

"Biarkan saja, aku tidak ingin tangan istri ku yang lembut ini terasa kotor dan kasar. Dia pantas mendapatkannya!"

"Tapi dia juga istri mu, jika mamah mu tahu bagaimana?" tanya Bella membuat Melvin terdiam.

"Mamah tidak akan tahu selama dia tutup mulut. Ya sudah, aku berangkat bekerja dulu ya," Melvin tidak lupa mencium kening Bella. Lalu bagaimana dengan Naya, Melvin sendiri muak melihatnya.

Bella bebas, jika Melvin pergi maka dia akan pergi juga. Gaya elite, penampilan menarik, Naya tidak peduli dengan mereka yang suka pergi pagi pulang malam.

"Beginikah cara orang kaya makan?" tanya Naya pada ruangan kosong, "Mereka suka sekali menyia-nyiakan makanan sementara masih banyak mulut yang kelaparan!" ujar Naya yang sibuk membereskan sisa makanan di atas meja.

Tangan Naya sangat cekatan membereskan satu persatu pekerjaan rumah. Menjelang sore barulah Naya selesai dan bisa beristirahat.

Sudah pukul tujuh malam, baik Melvin maupun Bella belum juga pulang ke rumah. Naya merasa sangat kesepian, biasanya setiap hari sepulang kerja banyak anak-anak panti yang menghiburnya sebagai obat lelah.

Tak berapa lama Melvin pulang, sebagai istri yang baik Naya menyambut kepulangan sang suami.

"Kenapa harus kau yang menyambut ku, di mana Bella?" tanya Melvin dengan wajah dinginnya.

"Belum pulang," Jawab Naya jujur.

"Sejak kapan dia pergi?"

"Sejak kau berangkat bekerja," jawab Naya dengan jujur lagi.

"Bohong,...!" seru Bella yang baru saja masuk ke dalam rumah, "Jangan percaya dengan ucapan dia. Aku seharian di rumah, baru pergi menjelang sore tadi,"

Mata Melvin langsung menatap tajam ke arah Naya, "Apa kau sedang memfitnah istri ku?" tanya Melvin dengan suara dinginnya.

"T-tidak, aku tidak berani berbohong!" ucap Naya dengan suara bergetar.

"Sayang, jangan marahi dia. Aku keluar hanya untuk mencari angin saja," Bella membujuk suaminya.

Melvin menarik tangan Bella, mengajak sang istri pertama pergi ke kamar mereka. Bella menoleh kebelakang, tersenyum licik dan mengejek Naya.

"Sampai kapan aku harus hidup dengan manusia penuh drama seperti ini?" batin Naya menjerit.

Sementara itu, Bella yang sedang menunggu Melvin mandi tersenyum sendiri memainkan ponselnya. Pukul delapan malam mereka turun kembali untuk makan malam.

"Sayang, kenapa kau makan sedikit sekali?" tanya Melvin.

"Maaf sayang, bukannya aku ingin menjelekan istri mu yang lain. Tapi masakannya tidak enak!"

Melvin mengerutkan keningnya dalam, perasaan sejak tadi lelaki ini sangat menikmati makanannya karena masakan Naya sangatlah enak.

"Aku ke kamar duluan ya," ujar Bella bergegas pergi ke kamar.

Melvin yang benar-benar lapar langsung menghabiskan makanannya . Setelah itu barulah Melvin menyusul Bella ke kamar.

"Dia memilih lidah kurang baik. Masakan ku kan sangat enak, dasar tukang fitnah!" Naya menggerutu sambil membereskan sisa makan malam.

Tak banyak mengeluh, selesai mencuci piring Naya langsung masuk ke dalam kamar dan beristirahat.

"Jangan pernah berharap jika kau akan di anggap seorang istri Naya. Anggap saja kau sedang bekerja dengan majikan yang menyebalkan!" ucap wanita itu sebelum tidur.

Cukuplah tempat tidur yang empuk dan selimut yang hangat sebagai tempat ternyaman Linda setelah beraktifitas seharian.

Malam semakin larut, Melvin hampir setiap malam melayani Bella yang sangat gila akan ***. Tidak masalah bagi Melvin, toh mereka juga suami istri. Melvin memang laki-laki yang bodoh karena tidak bisa membedakan sisa orang lain karena Bella tidak akan pernah puas hanya berhubungan dengan satu laki-laki.

Terpopuler

Comments

Yunia Abdullah

Yunia Abdullah

Bella latnatulloh

2021-11-20

1

Bunda Saputri

Bunda Saputri

Biar mampus Bella nanti

2021-11-18

0

Nabila Petta

Nabila Petta

Up Up Up terus ya Author... Tetap semangat Author

2021-11-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!