Juna sudah berangkat ke kantor. Tinggallah Raya seorang diri di apartemen yang cukup besar dan mewah ini. Sebelum berangkat ke depot, ia berniat untuk menjalankan sebagian kecil tugasnya sebagai istri.
Dimulai dari mencuci peralatan bekas Juna memasak dan juga piring dan gelas yang mereka gunakan untuk sarapan. Beranjak ke kamar Juna. Raya terdiam sejenak di depan pintu kamar. "Aku tidak perlu minta izin kan, buat masuk ke kamarnya? Dia sendiri yang nyuruh bersihin kamar mandi," gumamnya. Lalu ia segera menekan handle pintu dan mendorong. Saat pertama masuk, Raya langsung disuguhkan dengan satu lemari kaca yang besar. Di dalamnya terdapat berbagai macam ... Robot?
"Umur aja yang banyak, koleksinya kayak anak kecil," cibir Raya. "Ck. Mas Juna masih mainan robot gitu?"
Raya mulai merapikan tempat tidur yang menurutnya sudah cukup rapih hanya perlu sedikit sentuhan dari seorang makhluk yang bernama wanita. Setelahnya ia membersihkan debu-debu yang mungkin menempel di lemari atau meja, lalu menyapu dan mengepel kamar itu. Kemudian ia masuk ke kamar mandi untuk membersikan tempat yang telah membuat suaminya jatuh semalam.
Kamar Juna sudah rapih dan wangi, kini Raya beranjak untuk menyapu ruang tamu, ruang tengah serta dapur tak lupa setelahnya ia mengepel semua lantainya hingga mengkilap, bahkan bisa untuk bercermin seperti iklan-iklan di tv.
"Fyuh. Lumayan juga. Bisa encok kalau setiap hari begini," keluh Raya. Kini ia sedang duduk di kitchen island setelah menghabiskan satu gelas besar air.
"Perlu mandi lagi nih, keringetan gini. Kenapa Mas Juna enggak sewa orang untuk bersih-bersih apartemen aja. Enggak mungkin kan enggak sanggup bayar?"
Setelah mengomel sendiri, Raya jalan menuju kamarnya untuk melakukan mandi yang kedua kalinya pada pagi ini.
***
"Assalamualaikum." Raya masuk ke depot langsung disambut oleh si tampan Zein.
"Wa'alaikumsalam," sahutnya.
"Ih ... anak sholeh, Mama mana Sayang?" tanya Raya karena tidak melihat Mbak Ana. Sedangkan Zein sedang makan sendiri. Zein adalah anak dari Ana. Usianya masih tiga tahun tapi sudah mandiri seolah mengerti keadaannya yang hanya tinggal berdua dengan ibunya karena ayahnya semenjak Zein lahir sudah pergi entah kemana. Raya mempekerjakan Ana selain butuh karyawan saat baru membuka depot juga merasa kasian mendengar cerita Ana yang harus mencari uang untuk menghidupi dirinya serta anaknya yang masih batita. Sedangkan ia sudah tidak mempunyai orang tua maupun saudara.
Ana beserta Zein tinggal di salah satu kamar yang tersedia di depot milik Raya. Ana juga orangnya sangat bertanggungjawab dan mudah mengerti saat diberitahu pekerjaannya.
"Mama lagi di belakang," jawab anak laki-laki itu. Tak lama Ana pun datang sambil membawa semangkuk bubur kacang hijau yang baru saja ia buat.
"Mbak Ana tau aja nih kalau aku lapar, habis kerja keras," ucap Raya mengambil mangkuk dari tangan Ana, kemudian dibawa ke mejanya untuk segera disantap.
"Tau dong. Pengantin baru emang mudah lapar karena tenaganya terkuras. Tapi harus ada jedanya. Biar cepet jadi," ujar Ana sambil mengerlingkan mata.
Raya yang mendengar ucapan Ana jadi tersedak. Ana segera mengambilkan air minum untuk Raya.
"Mbak Ana ini kalau ngomong suka ngaco," ucap Raya mengelap bibirnya dengan tisu.
"Ngaco bagaimana Kak? Emang bener kok begitu ilmunya."
"Aku tuh capek karena habis bersih-bersih apartemen Mbak, bukan karena yang lain," jelas Raya. "Lagian aku kan cuma pengantin pengganti Mbak, jadi enggak akan ngelakuin itu," imbuhnya.
"Gini Kak Ray. Mau pengantin pengganti atau bukan, pernikahan itu tetap sah di hadapan Allah dan negara. Jadi baik Kak Raya maupun Mas Juna mempunyai hak dan kewajiban sebagai suami dan istri sebagaimana mestinya. Jadi kalau hak dan kewajiban ada yang tidak terpenuhi dan tidak dilaksanakan jatuhnya dosa Kak."
Raya urungkan niatnya saat akan menanggapi ucapan Ana, karena terlebih dulu Ana menyapa pembeli yang datang.
Meskipun disibukan dengan pembuatan buket bunga dan juga kegiatan lain seperti pemberian pupuk pada tanaman atau penyemaian bibit bunga, tidak bisa menghilangkan ucapan Ana yang bercokol di pikiran Raya.
Raya melihat jam tangan yang melingkar di lengan kirinya, sudah lama juga ia berada di depot hingga tidak terasa sudah jam lima sore.
Berniat untuk pulang, Raya segera pamit pada Ana dan Zein. "Pulang dulu Mbak. Aunty pulang ya ganteng," ucapnya sambil mencubit gemas pipi Zein.
"Naik apa Ka? Taxi?"
"Iya."
"Hati-hati."
Saat Raya sedang menunggu taxi, tiba-tiba sebuah sepeda motor berhenti di depannya. Pengemudi membuka kaca helm. "Ayo naik."
"Mas Juna ngapain ke sini?" tanya Raya melihat suaminya ada di hadapannya.
"Jemput istri sendiri enggak boleh? Udah cepat naik!" Juna menyerahkan helm pada Raya.
Raya pun akhirnya menurut. Ia langsung memakai helmnya lalu duduk di belakang dengan kedua tangan diletakan di atas pahanya.
"Pegangan Ray."
"Udah."
Tangan Juna langsung memegang tangan Raya , kemudian diletakkannya kedua tangan raya melingkar di pinggang sampai ke perutnya.
"Begini kalau pegangan," ucapnya yang langsung ditanggapi dengan decakan dari bibir Raya.
"Pemaksaan ini."
Juna langsung melajukan motornya dengan kencang sehingga Raya memeluk Juna dengan erat dan memejamkan matanya karena takut.
Akhirnya mereka sampai di rumah orang tua Juna. Tapi Raya rupanya masih betah memeluk suaminya.
"Ehm. Pelukannya bisa dilanjut di kamar Mbak," ledek Juna.
Raya yang baru menyadari bahwa motor yang ia tumpangi sudah berhenti, segera melepas pelukannya dan turun dari motor.
"Lho. Kok pulang ke sini?" tanya Raya karena baru sadar bahwa ia bukan sedang berada di halaman apartemen.
"Aku mau pijat dulu. Lagian minta pijat kamu, bukannya lebih baik malah tambah sakit." Juna melenggang ke dalam rumah dan meninggalkan Raya sendiri di depan rumah.
Kedatangan mereka disambut suka cita oleh Risma dan Anwar yang sudah tau bahwa mereka akan datang.
Juna dan Raya menyalami keduanya. "Sehat Sayang?" tanya Risma pada Raya.
"Raya sehat walafiat Ma. Juna yang sakit nih." Bukanya Raya malah Juna yang menjawab.
"Udah sana, Bi Sumi udah nunggu itu. Makanya jangan digempur terus Jun. Kasih jeda, biar enggak encok," ucap Risma.
"Boro-boro menggempur. Ngeliat aja belum," ucap Juna dalam hati. Juna lalu ke ruangan yang sudah Risma siapkan untuk ia dipijat.
"Kamu mandi dulu ya, pakai baju Jani saja. Ayok Mama antar ke kamar," ajak Risma pada menantunya.
Setelah mandi, Raya membawakan minuman dan camilan untuk disuguhkan pada Bi Sumi. Saat memasuki ruangan, terdengar sangat jelas teriakan Juna. Kadang berteriak, kadang menggeram.
"Rupanya Mas Juna sakit beneran," batin Raya.
"Tahan dong Juna. Masa segitu aja enggak tahan," ucap Risma karena mendengar anaknya berteriak kesakitan.
"Sakit banget Mah," jawab Juna.
Raya meringis mendengar teriakan suaminya.
"Tahan Den, makanya jangan nyolok tiap malem. Semalem juga cukup sekali aja jangan bolak balik dicolok," ujar Bi Sumi dan disambut teriakan Juna.
"Aaahhh!"
"Perlu diingat ya Raya. Kalau Juna minta terus-terusan nglemburin kamu, kamu ingetin biar enggak encok kayak gini lagi," ucap Risma.
Pipi Raya langsung merona, meskipun apa yang mertuanya omongin itu tidak pernah terjadi, tetap saja ia merasa malu.
"Malam ini menginap saja ya, biar Juna bisa langsung istirahat. Mama udah siapkan kamarnya."
Raya hanya bisa pasrah saja. Kalau malam ini menginap artinya ia akan satu kamar lagi dengan Juna, sama seperti ia baru saja menikah tiga hari yang lalu.
"Huh! Alamat tidur di sofa lagi," batin Raya.
TBC
Hai....jangan lupa tinggalkan jejak kalian berupa like, komen, vote, dan juga hadiah ya
klik favorit supaya kalian tau kalau cerita ini update
Mohon maaf atas segala kekurangan 🙏🙏🙏
Terima kasih 😍😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Bu sul Nganjuk
lanjutkan
2024-10-11
0
Ermaliana
sangat terhibur dengan cerita nyata
2022-01-12
0
♡⃝ 𝕬𝖋🦄 Pecinta novel 💞
nah tuh dengerin mbak Ana nya Raya ..dosa lho gak ngelakuin kewajiban ..tuh Juna udah modus" pake minta di peluk lagi 😅😅😅 lanjut kak 👍👍👍
2022-01-11
1