PIJAT

Setelah menyelesaikan makan malam dan mencuci piring serta gelas bekas makan malamnya, kini Raya berada di dalam kamarnya. Ia sedang mengirim pesan pada Ana. Ana merupakan orang yang bekerja di depot bunga milik Raya. Meskipun baru lulus kuliah tapi Raya sudah menjalankan bisnisnya yaitu membuka depot bunga sejak satu tahun yang lalu. Raya lebih senang berjibaku dengan bunga dan juga berkotor-kotoran dengan tanah dari pada menjadi model seperti kakaknya atau menjalankan bisnis kantoran seperti Ayahnya.

To : Mbak Ana

[Mbak, untuk pesanan sepuluh buket bunga mawar putih sudah siap kan?]

[Besok mau diambil jam delapan pagi.]

Tak perlu menunggu lama, pesan yang ia kirimkan pun segera mendapat balasan.

[Sudah siap Kak.]

[Ok!]

[Selamat menempuh hidup baru ya Kak Raya.]

[Maaf, Mbak belum sempat datang ke rumah]

[Kak Raya nikahnya mendadak, jadi belum siapin kado]

Raya mendengus setelah membaca pesan yang dikirimkan perempuan yang sudah dianggap seperti kakak sendiri baginya. Ana tau kalau Raya sudah menikah, karena setelah menikah sampai hari ini terhitung sudah tiga hari, Raya belum datang ke depot miliknya. Biasanya setiap hari Raya tidak pernah absen mengunjungi depot miliknya, walaupun kadang cuma sebentar. Hal itu membuat Ana berkunjung ke rumah Raya, karna dia khawatir Ana sakit. Saat berkunjung, Ana sedang berada di rumah mertuanya. Dari orang tua Rayalah Ana mengetahui kalau Raya sudah menikah. Dan baru kali ini ia berkesempatan mengucapkan selamat pada gadis manis yang periang itu.

[Iya, terima kasih Mbak.]

[Enggak perlu repot-repot siapin kado]

[Besok siapin bubur kacang hijau aja spesial buat aku]

Raya sangat suka bubur kacang hijau buatan Ana. Kalau bubur kacang hijau pada umumnya, dicampur dengan santan atau kalaupun di pisah tapi santannya encer seperti bubur kacang hijau khas Madura. Nah, kalau bubur kacang hijau buatan Ana itu sangat kental, kacang hijaunya hancur lalu disiram dengan santan yang kental. Bubur kacang hijau yang manis dicampur dengan santan yang gurih menjadikan Raya tidak dapat berhenti menyuap saat memakannya.

[Ok, besok Mbak buatin yang spesial buat Kak Raya]

Tiba-tiba pintu kamar Raya terbuka. Timbul kerutan di dahinya. "Mau apa Mas Juna datang ke kamar ini?" tanya Raya dalam hati.

Juna yang datang dengan tiba-tiba, langsung menuju ke arah Raya yang sedang duduk di atas kasurnya. Juna kemudian membuka kaosnya dan juga celana jeans yang dipakainya.

"Eh! Mas mau ngapain!" Teriak Raya panik melihat sang suami berjalan ke arahnya sambil membuka baju dan celananya.

Setelah berhasil melepas celananya, Juna langsung naik ke atas ranjang. Sedangkan Raya sudah ancang-ancang turun dari tempat tidurnya, tiba-tiba berhenti karena salah satu tangannya di cekal oleh Juna.

"Mas Juna, lepasin!" teriak Raya terus meronta berusaha membebaskan tangannya dari cekalan Juna.

"Mau kemana kamu?!"

"Lepasin Mas! Aku enggak mau ngelakuin itu!" Raya masih berusaha melepaskan tangannya yang ditahan oleh Juna.

"Pelit banget. Sebentar saja Ray. Aku janji tidak akan lama," pinta Juna sambil meringis seperti menahan sesuatu.

"Ngaco. Emang Mas Juna bisa ngelakuin itu sama orang yang enggak Mas Juna cintai? Meskipun Mas Juna sudah jadi suami aku, tapi aku enggak cinta sama Mas Juna. Jadi jangan harap aku mau ngelakuin itu. Lepas!"

"Memangnya minta dipijat harus saling cinta dulu ya?"

"Apa!? Pijat?"

Juna terkekeh. "Memangnya kamu mikirnya apa?"

"Owh, hehehehe."

"Pikiran kamu tuh yang kemana-mana. Jangan bilang tadi kamu lagi mengkhayal ngelakuin itu sama aku ya? Ayo ngaku!"

"Ih, mana ada!" jawab Raya dengan ketus.

"Makanya, cepat pijitin dong. Badanku pada pegal semua nih, tadi sempat jatuh di kamar mandi," ucap Juna yang langsung tidur tengkurap di atas kasur.

"Lagian pakai acara jatuh segala," ucap Raya yang mengambil cream obat gosok di laci nakas.

"Lantainya licin. Besok kamu bersihkan ya," perintah Juna dengan entengnya.

"Memangnya aku pembantu," gerutu Raya.

"Cepatlah Ray!"

"Iya, iya. Kenapa enggak panggil tukang urut saja Mas, Kan mereka lebih ahli." Raya mulai mengoleskan cream pada punggung Juna dan mulai memijat mengikuti feeling-nya.

"Di sini enggak ada tukang urut. Lagi pula sudah malam. Besok saja minta tolong Mamah carikan. Sekarang dipijat kamu dulu. Percuma punya istri kalau tidak diperdayakan."

"Memangnya aku pekerja kamu." Raya sangat kesal dengan ucapan asal Juna. Pijatan yang tadinya lembut lama-lama semakin kencang bahkan kasar.

"Awsh! Pelan-pelan Ray."

"Ini sudah pelan. Aku belum ngeluarin tenaga nih buat memijat, bagaimana kalau sudah aku keluarkan semua tenaga. Dasar, lemah," ucap Raya semakin menaikan tempo pijatan.

"Turun ke pinggang Ray. Nah di situ. Ya seperti itu lebih baik," ucap Juna merasa nyaman oleh pijatan Raya.

"Turun lagi Ray. Tadi pantatku terbentur lantai cukup keras."

Raya yang diminta memijat bagian itu pun langsung melotot dan tidak sengaja menekan sangat keras bagian pinggang Juna.

"Aaawww! Raya kamu sengaja mau nyakitin aku ya?!" ucap Juna sambil meringis dan menggosok-gosok pinggang yang sakit.

"Ma ... Maaf Mas, enggak sengaja," ucapnya dengan menyesal.

"Ah, sudahlah. Dipijat bukannya sembuh malah tambah sakit," ucap Juna turun dari ranjang dan memunguti baju serta celananya kemudian keluar dari kamar Raya. "Tidur. Sudah malam. Besok kamu harus buatin sarapan untukku," imbuhnya kemudian.

"Males!" ucap Raya dengan ketus kemudian menjulurkan lidahnya pada Juna yang masih berada di depan kamar.

Juna membalas dengan memonyongkan bibirnya, seolah-olah akan mencium Raya. Raya yang melihatnya langsung bergidik ngeri. Kemudian berjalan ke arah pintu dan menutup pintu itu tak lupa menguncinya.

"Orang gila!" gerutunya.

***

Keesokan harinya, setelah menunaikan sholat subuh, Raya kembali bergelung di bawah selimut. Berniat ingin kembali tidur karena hari ini ia akan pergi ke depot sekitar jam sepuluh. Jadi masih ada banyak waktu untuk dirinya melanjutkan mimpinya.

Baru saja Raya memejamkan matanya, pintu kamarnya diketuk dengan keras. Raya tau siapa pelakunya. Ia pun memilih membiarkan Juna mengetuk pintu sampai tangannya pegal.

"Wah, Raya benar-benar minta dihukum rupanya," kesal Juna karena pintu kamar Raya tak kunjung dibuka. Akhirnya ia pun meninggalkan kamar Raya lalu masuk ke kamarnya untuk segera mandi.

Niatnya tadi ingin kembali tidur supaya tidak perlu menyiapkan sarapan untuk Juna, tapi karena tidak tega ia pun akhirnya bangun lalu mandi kemudian bergegas ke dapur untuk membuat sarapan.

Namun, saat sampai dapur ia melihat sesosok pria tampan yang memakai appron sedang bercumbu dengan wajan serta panci yang justru terlihat **** dan tampan.

"Wah! Suami yang pengertian. Bangun pagi-pagi nyiapin sarapan untuk istri," ledek Raya.

"Wah! Istri durhaka! Udah bangunnya siang, bukannya bantuin malah ngeledek," balas Juna.

"Mana yang perlu dibantu?" tanya Raya basa-basi.

"Enggak perlu! Lihat sendiri kan, sudah beres semua," ketus Juna.

Raya tertawa geli. Padahal semalam Juna yang memperingatkan dirinya untuk membuatkan sarapan, nyatanya malah kebalikannya. Juna yang repot-repot membuat sarapan untuknya.

TBC

Gimana gaes bab ini? Suka?

Kalau suka jangan lupa kasih like, komen, vote, dan hadiah dong .....😍😍😍😍

Jangan lupa tekan Favorit supaya kalian tau kalau cerita ini update

Maafkan segala kekurangan

Jumpa lagi di bab selanjutnya

Terima gaji 😍😘😘😍

Terpopuler

Comments

Bu sul Nganjuk

Bu sul Nganjuk

suka... tambah menarik dan lucunya naya....

2024-10-11

0

SOO🍒

SOO🍒

pembaca gagal fokus 😂😂😂, orang si juna dateng2 gak ba bi bu langsung buka baju sama celana, mau minta di pijit mas ngomong dulu atuh baru buka2an 😂😂😂

2022-01-31

1

Hartika

Hartika

sukaaaaa......bangeeeeeettt

2022-01-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!