Di depan sebuah cermin yang hampir sama tinggi dengan dirinya Luby mulai melihat bayangan nya secara intens. Sebuah baju pengantin berwarna putih telah melekat indah di tubuhnya serta sebuah sanggul sedrhana telah terpasang rapi di atas kepalanya.
Sambil menggit bibirnya Luby mencoba untuk menahan air matanya yang kembali ingin keluar. Riasan di wajah nya begitu soft dan sangat serasi dengan kebaya putih yang saat ini ia kenakan.
Luna memilih kebaya berwarna putih untuk Luby karena mengingat begitu tingginya makna baju putih itu bagi seorang pengantin.
Di mana warna putih merupakan simbol dari awal yang baru. Putih juga di sebut sebagai warna yang mewakili aspek keseimbangan, yaitu negatif dan positif. karena warna ini sering dijadikan sebagai pemisah dalam percampuran warna sebuah warna.
Sedangkan menurut filosofinya warna putih melambangkan kemurnian atau kepolosan. Warna ini sering di gunakan untuk gaun pernikahan sebagai lambang keperawanan seorang wanita.
Entah kenapa sejak tahu akan makna filosofi yang terkandung dalam warna putih membuat Luna yakin bahwa warna tersebut cocok untuk sang putri di hari pernikahannya. Di dalam hatinya seakan ia percaya bahwa sang putri saat ini masih utuh dan suci.
Setelah sebuah lantunan ayat suci selesai di bacakan barulah seorang tuan Kadi meminta para saksi untuk bersiap-siap di tempatnya, terlihat Brian telah duduk di sebelah sang penghulu, dan berhadapan langsung dengan Gavin yang sebentar lagi akan menjadi bagian dari keluarganya itu.
Brian langsung menyambut tangan Gavin setelah sang penghulu akan memulai acara pernikahan itu. Dengan bimbingan dari penghulu sebelumnya Brian yang bertindak langsung sebagai wali nikah Luby langsung membaca basmallah dan memulai akad nikah itu dengan satu kali ucapan,dan Gavin pun menjawab akad pernikahan itu dengan satu tarikan nafas yang lancar, hingga kedua orang saksi langsung berucap sah.
Air mata akhirnya jatuh membasahi pipi Luby, saat akhirnya kata sah itu terdengar di telinganya maka mulai detik itu ia telah resmi menjadi istri dari Gavin, ia tak dapat menyimpan kesedihan yang sedari tadi ia rasakan, ia yang telah berjanji kepada sang mama untuk tidak menangis di hari ini atau pun dinihari berikutnya, namun janji itu tak dapat ia tepati. Saat ini air matanya terus mengalir dan tak dapat ia hentikan .
Akhirnya hari itu Gavin telah resmi menjadi suamin dari Luby, wanita yang terpaksa ia nikahi.
Saat penghulu membacakan doa pernikahan, Luby yang di dampingi sang kakak Khanza datang menuju tempat di mana proses akad nikah dilangsungkan.
Sambil sesekali menyeka air mata nya yang terus keluar, Luby yang telah sampai langsung di arahkan untuk duduk tepat di sebelah kiri Gavin yang kini telah sah menjadi suaminya.
Setelah melewati beberapa rangakaian acara pernikahan yang amat sederhana, akhirnya malam ini untuk pertama kalinya Gavin akan tidur di mansion milik mertuanya.
"Selamat ya nak akhirnya kamu kini telah sah menjadi menantu dari seorang Brian Subrata, papi dan mami sangat bangga atas pencapaian kamu nak" pak Toni menepuk pelan lengan putra tunggalnya itu, sembari berucap pelan di telinga sang putra.
"Makasih pi, tapi papi masih ingat kan perjanjian awal kita? Karena aku sama sekali tidak menyukai wanita ini pi, yang aku cinta hanya Maya! Dan aku tidak mau sampai Maya mengetahui hal ini pi,"
"Sts-- papi ingat nak! Tapi tolong jaga ucapan kamu, jangan ngomong di sini, ingat yang tahu hal ini hanya papi, mami dan kamu, papi tidak mau karena kesalahan kamu. Keluarga kita batal mendapatkan sebagian saham dari keluarga Subrata".
"Baik pi!"
"Kenapa harus karena harta pi! Gav sedih melihat papi dan mami yang mengorbankan kebahagian Gavin demi harta"
Kamar pengantin itu terlihat berbeda dari kamar pengantin biasanya, kamar Luby masih sama dengan sebelumnya tak ada hiasan apapun yang terpasang, tak ada bunga ataupun lilin selayak nya kamar pasangan pengantin baru lainnya.
Luby yang sudah rapi dengan baju tidur berlengan panjang berwarna merah muda itu tengah bersiap menyambut kedatangan Gavin yang kini telah sah menjadi suaminya itu.
Hari ini adalah hari pertama bagi Luby untuk bertemu langsung dengan Gavin tanpa ada orang lain di sekitarnya.
Perasaan gugup bercampur aduk dengan rasa takut serta bimbang terus bergejolak di hatinya.
Ingin rasanya ia pergi dari kamar nya saat ini, namun ia tidak ingin mengecewakan orang yang sudah rela menjadi tumbal untuk dirinya. Luby menggap Gavin adalah seorang tumbal untuk menutupi aib yang terjadi pada dirinya. Mana ada pria yang mau menikahi wanita kotor seperti dirinya. Mana ada pria yang dengan ikhlas menerima dirinya yang sudah ternodai.
Untuk itu Luby pun ingin membalas kebaikan yang sama kepada Gavin yang kini menjadi suaminya itu.ia berjanji di dalam hati akan mengabdikan hidupnya seutuhnya untuk melayani Gavin.
Saat tengah asik memandang wajah nya di depan kaca tiba-tiba terdengar sebuah ketukan dari luar pintu kamar nya.
Detak jantung kian memburu, keringat dingin semakin terasa mengalir di sekujur tubuh nya. Dengan perlahan Luby mulai berjalan menuju pintu ia pun langsung menggapai ganggang pintu dan membukanya.
Dari balik pintu ia bisa melihat jelas rupa Gavin dari jarak lebih dekat. Pria dengan rahang yang tegas, dan mata yang sedikit sipit, serta hidung nya yang mancung memperlihatkan ketampanan Asia, bibir merah yang sedikit bervolume berwarna merah serta dua lesung pipi yang dalam menambah ketampanan laki-laki berkulit putih itu.
"Boleh aku masuk?" Gavin terasa terhipnotis saat memandang kecantikan alami yang di miliki oleh sang istri, namun seketika kekaguman nya itu sirna saat ia mengingat perkataan sang papi tentang Luby sudah mengalami pelecehan di luar sana, oleh beberapa pria. Ia beranggapan hal itu menimpa Luby pasti karena sikap Luby yang tidak baik, karena Gavin yang masih memiliki darah Asia Selatan masih mempercayai yang namanya karma.
" Owh--- iya silakan"
Gavin mulai berjalan masuk kedalam kamar Luby sang istri. Kamar dengan nuansa cerah itu membuat kenyamanan bagi setiap orang yang memasukinya, warna hijau soft menjadi latar dari kamar gadis cantik yang menyukai alam itu.
Gavin mulai duduk tepat di sofa panjang tempat tadi Luby duduk.
"Ada sesuatu yang mau aku omongin ke kamu"
Luby yang mendengar perkataan Gavin mulai duduk di agak jauh dari posisi Gavin.
"Kamu takut sama aku?"
Luby langsung menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Gavin.
"Terus kenapa duduknya jauh gitu? Sini dong"
Seketika jantung nya bedegub lebih tak beraturan saat mendengar permintaan Gavin yang di luar nalarnya.
Dengan perlahan, sedikit demi sedikit Luby menggeser bokongnya lebih dekat dari sebelumnya.Gavin yang melihat gerak gerik Luby langsung berdiri dan pindah duduk tepat di samping istri barunya itu.
Suara degupan jantung dari kedua anak manusia itu saling berpacu, Gavin yang sudah memiliki kekasih juga tak menyangka kenapa dengan jantung nya yang sedari tadi tidak dapat di kontrol, saat ia tengah berdua dengan Luby yang baru saja sah menjadi istrinya.
"Kamu tahu kan bagaimana kita sampai bisa menikah?"
"M--iya---- maaf kalau aku tidak seperti yang kamu inginkan"
"It's ok, tapi yang mau aku katakan saat ini lebih penting dari itu."
"Memang kamu mau bilang apa?"
"Kamu tahu kan pernikahan kita ini terjadi karena demi kedua orang tua kita?"
"Ehem-- aku juga mau ngucapin terimakasih sama kamu, karena telah bersedia menikahi wanita seperti aku"
"Aku gak berharap ucapan terimakasih dari kamu, tapi----"
"Tapi apa?"
"Aku mau kamu juga mau membantu aku"
"Tentu aku mau kok bantuin kamu, kamu bilang aja. Pasti aku usahain buat bantuan kamu" seketika sebuah senyuman dengan penuh keikhlasan terbit dari bibir gadis cantik jelita itu.
"Aku-- sudah menikah sebelum menikahi kamu!"
Bak di sambar petir di siang bolong, baru saja ia berharap akan mendapatkan perhatian dari suami yang baru menikahinya itu namun kenyataan nya bukan lah perhatian yang Luby dapat melainkan patah hati di hari pertama menjadi seorang istri.
Cukup lama Luby termenung setelah mendengar perkataan dari mulut Gavin, gadis malang ini sama sekali tak punya jawaban untuk pertanyaan yang akan Gavin berikan setelah ini.
"Kamu masih dengar aku kan?dan karena kita gak saling cinta kamu gak sakit hati kan atas pernyataan aku!"
Luby yang masih shok hanya bisa menganggukan dan menggelengkan kepalanya untuk menjawab pernyataan Gavin yang tak mempunyai perasaan itu.
"Huft--- syukur deh kalau gitu, aku jadi tenang karena udah bilang sama kamu! untuk itu beberapa bulan lagi Maya istri aku akan balik ke negara I, jadi kamu jangan heran kalau nanti aku bakal tinggal di rumah kami selama dia di sini"
Luby yang masih menahan tangisnya hanya bisa pasrah sembari menganggukan kepalanya, ia rasanya tak sanggup menjadi orang ketiga di dalam rumah tangga nya sendiri, namun mengingat kesedihan di wajah sang mama,membuat ia tak sanggup untuk menambah kesedihan lagi di wajah Luna, hingga ia pun memilih untuk menerima takdir yang Tuhan telah siap kan untuknya.
"Owh ya satu lagi! kamu bebas mau berbuat apa saja sesuai kesukaan kamu aku tidak akan pernah ikut campur di sana! dan aku harap kamu juga bersikap sama ke aku, karena aku gak suka orang lain ikut campur masalah aku!"
"What orang lain! dia nganggap aku orang lain! fine Luby itu sudah cukup baik untuk kamu, aku pasti bisa melewati semua nya"
Luby kembali menganggukan kepalanya untuk menjawab pertanyaan dari suami barunya itu.
"Bagus! Dan bisakah kita tidur secara terpisah? Karena aku belum terbiasa tidur berdua dengan wanita lain di dalam satu kamar apa lagi dalam satu ranjang!"
Luby kembali terkejut atas permintaan suaminya itu, ia tak menyangka di awal pernikahannya sang suami sudah memperlihat kan ketidaksukaan terhadap dirinya.
"Baik lah kalau begitu aku akan----"
Luby mulai beranjak dari duduknya dan mengarah ke luar kamar, namun dengan cepat tangan kanan Gavin menarik agak kuat tangan Luby,
"AWww,--- kasar banget sih nih cowok, gak sadar apa tangan aku sakit kaya gini"
"Tunggu malam ini pengecualian, aku akan tidur di sofa dan kamu bisa tidur di kasur kamu"
"Kaya nya "fix" dia gak menyukai aku, tapi gak papa mungkin ini bukan saatnya, kamu harus kuat Luby,"
"Sebaikanya aku saja yang tidur di sofa, dan kamu bisa tidur di kasur"
"Itu lebih bagus! Aku juga gak terbiasa tidur di sofa, kalau gitu aku tidur duluan,"
Gavin yang sudah merasa mengantuk langsung naik ke atas kasur milik Luby, tanpa basa basi pria yang baru menikahinya itu langsung memejamkan kedua matanya tanpa ada rasa bersalah.
"Huft--- mungkin dia sudah lelah, sabar Luby, sabar--- jangan buat papa dan mama sedih lagi, pokonya aku gak boleh cengeng, aku harus kuat--- walau hanya di anggap sebagai istri cadangan tapi aku gak akan lemah"
Luby langsung mengambil sebuah bantal dari atas kasurnya dan membawa nya ke atas sofa, ia pun mangambil sebuah blankit dari dalam lemari di kamarnya.Dengan perlahan Luby mulai membaringkan tubuhnya di atas sofa, sembari menutupi tubuhnya dengan selimut yang tebal.Malam ini kedua pengantin baru itu tertidur secara terpisah,
Bagaimana nasib Luby selanjutnya, akankah kebahagian menghampiri dirinya saat hanya menjadi istri cadangan?
Bersambung...💔💔
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Ratna Nanda Juwita
knp gak sama aryan aja sikolog nya.kan kmsh muda ktnya...
2023-01-05
0
💞my heart💞
dasar orang tua seraka
2022-07-06
0
Lili Suryani Yahya
Sabar Luby yaaaa💪💪
2022-01-10
0