BAB 2
Surga malam, adalah sebuah tempat yang hampir tidak pernah absen untuk Veren datangi. Yah, wanita cantik itu bahkan sering datang meski sedang menstruasi. Entah apa yang selalu membuatnya datang, padahal dia juga sering menolak tamu. Bukan berarti dia adalah wanita malam yang menjaga dirinya. Tentu dia juga melayani tamunya, tapi tidak sembarang orang bisa membeli dirinya. Seperti malam ini, wanita cantik yang berusia dua puluh empat tahun itu tengah melayani seorang tamu langganannya. Pria berdarah Eropa yang akan selalu datang menemui Veren dan hanya Veren lah yang dia inginkan.
Suara lenguhan mengisi seisi ruangan VVIP sebuah hotel berbintang lima yang menjadi langganan Veren dan pria itu.
" Ah.... " Keluh pria itu menandakan apa yang tengah ia rasakan bersama dengan Veren. Wanita cantik yang selalu menjadi pujaannya sepanjang waktu. Veren juga merasakan hal yang sama. Pria bule yang bernama Erick itu sudah lima tahun menjadi pasangan tetap nya. Erick juga adalah pria yang menopang seluruh kebutuhan Veren beserta anaknya. Bisa dibilang, Erick hampir mengetahui semua yang terjadi pada Veren. Demi menutupi aib wanita pujaannya, Erick menutup semua informasi tentang Veren. Terlebih, tentang anak nya.
" Are you done, Babe? " Tanya Veren setelah menghentikan aktifitasnya.
" Ya. Bagaimana dengan mu? " Erick membuka matanya lalu menjalankan kedua tangannya ke wajah Veren. Di usap nya lembut wajah cantik Veren yang selaku membuatnya rindu.
" Aku juga sudah. " Veren tersenyum lalu meraih kedua tangan Erick. Tersenyum meski sebenarnya dia tidak pernah menunjukkan betapa hancur hatinya karena setiap kali bertemu Erick dia harus melayaninya dengan sepenuh hati meski dia merasa begitu enggan. Tapi apa yang telah Erick berikan, jauh lebih berharga dari pada nyawanya. Maka Veren hanya bisa melakukan apa yang perlu dia lakukan dan berpura-pura bahagia saja.
Erick mengubah posisi Veren untuk berbaring disampingnya. Di peluknya erat tubuh Veren yang selalu mengeluarkan aroma manis yang menggoda. Jemarinya menyelusuri punggung Veren lalu mengecup nya lembut.
" Erick, berapa lama kau akan tinggal? " Tanya Veren tanpa menatap Erick yang kini tengah memainkan punggungnya.
" Satu minggu, maybe. Aku tidak tahu sampai berapa lama. Aku ada urusan bisnis, Babe. " Erick mengubah posisi nya dan kini tengah memeluk erat tubuh Veren. Pria berusia tiga puluh dua tahun itu masih saja begitu lembut terhadap Veren. Padahal, saat pertama kali bertemu, Erick terlihat sangat sulit di dekati dan terkesan begitu dingin. Tapi siapa sangka, pesona Veren mampu melelehkan sifat dingin Erick.
" Aku berniat membawa Denzo pindah dari rumah itu. Besok aku akan membawanya ke apartemen yang kau berikan padaku. "
Erick semakin erat memeluk tubuh Veren. Tentu dia tahu benar bahwa selain kenangan bahagia bersama orang tuanya dan kembaran Denzo, tersimpan begitu banyak luka dan kesedihan. Sudah lama Erick menyarankan untuk segera pindah dari rumah itu agar Veren tidak terlalu memikirkan dan mengingat banyak luka lama lagi.
" Kau tahu, Vero ku? kau adalah wanita yang kuat. Pergi dari rumah itu akan membuat mu menjadi Vero yang baru dan lebih damai. "
Veren memutar posisi tubuhnya dan kini berhadapan dengan Erick. Bola matanya menatap mata Erick yang selalu terlihat mengkhawatirkannya. Tapi yang bisa di lihat oleh Veren hanyalah tatapan belas kasih yang membuatnya selalu rendah diri di hadapan Erick.
" Apa kau sedang mengkhawatirkan ku? "
Erick tersenyum lalu menusuk kening Veren pelan menggunakan jari telunjuknya.
" Kau adalah rubah betina licik yang kuat. Kenapa aku harus mengkhawatirkan mu? "
" Apa kau sedang menghiburku? "
Erick seketika mengubah posisinya menjadi di atas tubuh Veren dan mengungkungnya. Tatapannya terlihat begitu lapar tapi juga lembut. Seringai yang terbit dari bibirnya begitu manis hingga kesan dingin dan arogan pria itu sama sekali tidak terlihat.
" Bisakah aku menghibur mu dengan cara ku? " Erick tersenyum menyampaikan arti dari segala maksudnya.
Veren menghela nafas lalu melingkarkan kedua lengannya memeluk leher Erick.
" Bukankah itu artinya, kau sedang menghibur dirimu sendiri? " Erick terkekeh. Sejenak dia menatap kembali sepasang bola mata berwarna coklat milik Veren. Cantik, dan berkharisma. Itulah yang nampak dari diri Veren. Rambutnya yang berwarna hitam kecoklatan, bibirnya yang berwarna pink kemerahan, bulu mata yang lentik dan tebal, alis yang terukir begitu indah tanpa sapuan penambah warna, semua terbungkus rapi menjadi seorang Veronika.
" Vero, entah bagaimana perasaan mu terhadap ku, aku berharap bisa melihat mu bahagia. Apapun yang kau inginkan dari ku, aku akan berusaha untuk memenuhinya. Tapi jika meminta untuk ku menikahi mu, maka tunggulah beberapa saat lagi sampai aku berhasil menyingkirkan penjahat di sekitar ku. "
Veren terdiam memandangi wajah Erick yang begitu tulus dan bersungguh-sungguh. Sejenak dia mencari tahu apa yang dirasakan oleh hatinya. Benarkah dia memiliki rasa untuk pria yang selama ini sudah seperti berperan sebagai suami nya, ataukah hanya rasa nyaman tanpa landasan cinta? ditatap nya lagi manik mata Erick mencari sesuatu untuk memastikan bagaimana hatinya terhadap pria itu. Nihil! dia begitu membenci cinta hingga tidak mampu memahami hatinya sendiri. Perlahan dia mulai terenyuh pilu mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu. Hari dimana dia harus kehilangan banyak hal dan juga menjadi wanita keras hati. Menikah? bahkan dia sama sekali tidak memikirkan tentang hal itu setelah mengalami banyak hal.
" Jangan memikirkan apapun lagi yang hanya akan membuat mu bersedih. Vero, tidak tahu sampai kapan kita akan seperti ini. Tapi selama kau tetap bersama ku, aku akan selalu berusaha untuk mengerti mu. " Erick mengusap wajah Veren lalu menyeka air mata dari kedua ujung matanya. Paham benar bagaimana berat dan sakitnya masa lalu yang tentu masih bisa dengan jelas untuk di ingat oleh wanita pujaannya itu.
" Jangan menyesali apa yang sudah terjadi. Hanya ingat saja, kau memiliki hal berharga dari kesedihan di masa lalu mu. "
Veren menekan pelukannya dan membuat tubuh Erick menempel padanya. Di peluknya erat tubuh pria tampan itu sembari merasai kenyamanan yang begitu menenangkan hatinya.
" Babe, kalau kau selembut ini, bisa-bisa aku lupa kalau aku harus pulang. " Bisik Veren ditelinga Erick. Dia sengaja menggoda pria itu agar mempersingkat durasi nya. Bukan tanpa alasan, Erick tidak akan mungkin hanya melakukannya sekali, jadi lebih cepat lebih baik agar dia juga bisa segera pulang kerumah dan menemui putra nya yang pasti sudah tertidur.
Erick tersenyum lalu mulai kembali menghirup aroma tubuh Veren yang begitu membuat nya tergoda. Perlahan Erick mulai kembali mencumbui Veren. Kecupan demi kecupan terasa hampir dia seluruh bagian tubuh, terutama bagian intinya. Tidak munafik, apa yang di lakukan Erick di atas ranjang memang selalu pandai membuatnya larut ke dalam permainan pria tampan itu. Lenguhan demi Lenguhan kembali menggema memenuhi seisi ruangan. Lenguhan yang penuh rasa nikmat juga ikut menyelingi kegiatan mereka.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Annie
panas 😊
2021-12-28
2
Dahlia putri isyani
🤭🤭🤭🤭
2021-12-25
1
Nameera ellisa
masih nyimak
2021-12-25
0