( Ini adalah Bab 3 setelah di revisi karena tidak lolos review dari Noveltoon. Jadi, bab ke duanya akan di revisi setelah ini up karena banyak konten dewasa nya. Maaf kalau harus loncat bacanya ya kesayangan. )
Veren menaikkan pandangan matanya setelah seorang pria menghampirinya. Dengan sekuat tenaga dia menajamkan mata hingga dahinya mengeryit memastikan atau memperjelas matanya untuk melihat siapa yang kini berdiri di hadapannya. Sudahlah, dia sama sekali tidak bisa melihat dengan jelas karena matanya buram. Malam ini dia terlalu banyak meminum alkohol, dan beginilah Veren ketika dia terlalu banyak minum.
" Apa yang akan kau lakukan? "
Langkah pria yang sudah berdiri di hadapan Veren terhenti saat suara seorang wanita bertanya kepadanya dengan suara yang seolah mencurigainya. Perlahan pria itu menjauh dari Veren dan memilih untuk tidak mendekatinya.
" Sialan! susah sekali mendekati wanita itu. " Gumam pria yang tak di kenal itu. Sebenarnya dia sudah memperhatikan Veren sedari tadi. Dia dengan sabar menunggu Veren mabuk agar bisa membawanya ke hotel. Tapi sayang, lagi-lagi dia kecewa karena ada saja orang yang menyelamatkan Veren.
" Veren! Veren! " Panggil seorang gadis cantik bernama Karina. Dia adalah satu-satunya teman yang dekat dengan Veren. Mereka juga tumbuh besar bersama-sama. Karina menepuk! nepuk pelan wajah Veren yang sudah tidak sadarkan diri.
" Veren, apa yang membuat mu begitu mabuk? bukankah biasanya kau tidak minum sebanyak ini? " Gumam Karina. Karena tidak mungkin memapah tubuh veren sendiri meski Veren terbilang kurus, tapi karena tubuh tingginya, tentu saja Karina tidak bisa mengimbanginya. Dipanggilnya seorang penjaga surga malam agar bisa membantunya memapah Veren sampai ke taksi.
" Tumben sekali bintang utama kita mabuk. " Ujar penjaga surga malam. Iya, dia juga bisa dibilang lumayan dekat dengan Veren karena dia adalah orang yang di urus untuk menjaga Veren selama berada di dalam surga malam oleh Erick.
" Tidak tahu, sepertinya ada hal yang mengganggu pikirannya. Kalau sudah begini, aku akan membawanya pulang lalu menjemput anaknya juga nanti. "
" Apa perlu saya ikut membantu, Nona? " Tanya penjaga surga malam.
" Tidak usah, tolong bantu aku saja untuk membawa Veren sampai ke mobil. "
" Baik. "
Selama di perjalanan, Veren terus saja bergumam banyak hal. Mulai dari uang menyenangkan, menyebalkan, mendebarkan, hingga sampai menangis. Iya, kehidupan seorang wanita malam juga penuh dengan drama. Tidak semua wanita malam berpikiran tentang uang dan duniawi saja. Seperti Veren, dia menjadi wanita malam juga bukan karena keinginannya. Menjadi bahan olokan teman, saudara, tetangga, bahkan kadang orang asing yang dia tidak kenal. Mereka sibuk menghakimi Veren sebagai wanita malam bahkan anak nya juga ikut merasakannya. Miris, tapi sebagai sahabat Karina juga tidak mampu melakukan apapun.
" Veren, aku tahu bagaimana dan siapa dirimu. Abaikan saja orang yang menyukai mu dan tutup telinga mu saat ada orang yang menghina mu. Hidup bukan tentang mereka, tapi hidup mu adalah hidup mu. Kau hanya bisa bahagia saat kau menjalani tanpa memikirkan mereka. Bangkitlah, Veren. Kau adalah wanita yang kuat. Aku tahu itu. Karena jika aku yang menjadi dirimu, mungkin aku akan memilih untuk mati. " Ucap Karina sembari menyeka air matanya. Sungguh dia begitu tidak tega melihat Veren yang sekarang ini. Orang mencacinya dan mengatainya bekas ratusan orang. Kenapa? kenapa tidak ada satu pun yang bertanya padanya, Veren kenapa kau memilih jalan ini? Veren kenapa kau ada di surga malam hampir setiap malam? bukanya Veren tidak terbuka, tapi hampir tidak ada yang perduli mengenai itu semua.
Setelah beberapa saat, Karina, Veren dan Denzo yang tadi di jemput juga akhirnya sampai di apartemen Karina. Denzo yang tahunya kalau Veren tertidur, dia hanya bisa mengikuti saja kemana Ibunya di bawa. Di juga dengan sigap membantu membenarkan bantal agar Ibunya nyaman saat berbaring Nanti.
" Tolong, jangan ambil putriku. " Ucap Veren lalu sesegukan tapi tak juga terlihat membuka mata.
" Bibi, apa Ibu ku mabuk? " Tanya Denzo sembari menatap Ibunya pilu. Tadinya Karina ingin berbohong, tapi melihat Denzo yang sepertinya menyadari kebenarannya, maka dia hanya bisa mengiyakan saja.
" Iya. "
Denzo tertunduk dengan mata yang berkaca-kaca. Jujur, hati Karina benar-benar sedih melihat Denzo harus melihat keadaan Ibunya yang seperti ini.
" Denzo, kau adalah anak yang cerdas. Bagaimanapun Ibumu, dia tetaplah menyayangi mu. "
Denzo kembali menegakkan wajahnya. yang sudah berlinang air mata.
" Aku tahu, Bibi. Aku hanya sedih karena saat ini Ibu juga sedang sedih. Beberapa bulan lalu, Ibu ku juga pernah pulang dengan keadaan seperti ini. Dia menangis meminta agar jangan mengambil Deniza. Dia juga menangis karena marah kepada Tuhan karena Tuhan mengambil semua orang yang dia sayangi. Dia juga marah terhadap dirinya sendiri karena tidak menemukan donor yang cocok untuk Deniza. "
Karina menutup mulutnya. Air matanya mulai terjatuh karena tak kuasa menahannya lagi. Karina memeluk erat Denzo. Iya, semua yang terjadi adalah takdir dari Tuhan. Tapi tidak lah benar jika menyalahkan Tuhan.
" Denzo, temani Ibu mu tidur ya? jika ada sesuatu terjadi kepada Ibu mu, panggil Bibi ya? "
" Baik, Bibi. "
Setelah kepergian Karina, Denzo perlahan ikut merebahkan tubuhnya di samping Veren. Ditatapnya wajah Ibunya yang tertidur itu. Perlahan dia menggerakkan tangannya memeluk Ibunya erat. Air mata juga kembali mengalir dari sisi matanya. Di usianya yang masih tujuh tahun, dia ikut menyaksikan bagaimana kehidupan pahit yang di jalani Ibunya. Bahkan dia juga mengalaminya. Tapi sungguh itu bukan masalah selama Ibunya baik-baik saja.
" Ibu, aku ingin cepat besar agar bisa melindungi Ibu. Aku sedih melihat Ibu bersedih. "
Pagi harinya, Denzo terbangun dari tidurnya. Matanya yang sayup-sayup itu mencari keberadaan Ibunya. Karena tidak juga menemukannya, akhirnya Denzo terbangun dan sadar dengan cepat.
" Ibu! " Panggilnya karena merasa takut jika Ibunya akan pergi dengan keadaan yang kurang baik. Denzo berjalan menuju kamar mandi. Setelah menyadari jika tak ada Ibunya disana, Denzo berjalan cepat keluar dari kamar untuk bisa menemukan Ibunya.
" Ibu! "
" Kenapa kau berteriak sepagi ini? Ibu kan tidak tuli. " Ucap Veren sembari berjalan mendekati putranya. Di usapnya rambut Denzo dan memberikan kecupan disana.
" Ibu, baik-baik saja? "
" Tentu saja. Memang nya apa yang akan terjadi pada Ibumu yang hebat ini? " Denzo tersenyum. Memang beginilah Veren. Sedikitpun tidak ingin terlihat sedih oleh putranya yang begitu menyayanginya.
" Karina? " Sapa Veren saat melihat Karina tengah murung di meja makannya.
" Ada apa dengan mu? " Tanya Veren sembari menarik kursi untuk anaknya duduk.
" Paman menjodohkan ku dengan anak dari pemimpin perusahannya. "
Veren menahan tawanya. Sungguh paman adalah pria yang sangat perduli dan penyayang. Bukan hanya dengan Karina saja, tapi dengan Veren dan Denzo pun sama.
" Bukanya itu bagus? kau akan di nikahkan dengan pria kaya kan? " Tanya Veren.
Karina menghela nafas.
" Entah ini tradisi orang kaya atau bukan, tapi pria itu sudah memiliki istri. "
" What? "
" Iya, orang tua si pria ini sama sekali tidak setuju dengan pernikahan mereka. Aku tidak tahu apa sebabnya. Tapi hubungan mereka ini terlalu rumit. "
" Aku jadi penasaran, seperti apa rupa pria itu. Apakah bisa mengalahkan Erick? "
Karina meraih ponselnya, menyalakannya, lalu menunjukkan photo pria yang di maksud Karina.
" Lihat! "
Veren menerima ponsel itu untuk melihatnya.
" Pria ini? " Veren menatapnya terkejut.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Evy
Siapakah dia?
2024-10-26
0
afilla
yah telat bacanya,😒😒😒😒😒😒ga kebagian ah,,,ah ,,,,,ah,,,,,,mmmm
2022-01-22
0
Annie
sedih juga ceritanya
2021-12-28
3