“Gladish bisa minta waktumu sebentar?” Tanya Bapak dengan mimik wajah serius kearahku. “Ada yang ingin Bapak bicarakan sama kamu…”
“Aku lagi sibuknya Pak.” Tolakku halus. Sambil menutup pintu kamarku kembali…
Akan tetapi Bapak berhasil menahan pintu kamar yang ingin menutup tersebut, dengan tangan kanannya. “Ini penting!” Seru Bapak dengan nada penuh penekanan, dan dengan sorot mata yang tajam, seolah-olah ingin memakanku.
“Eh?”
₩₩₩₩₩
Akhirnya aku menuruti keinginan Bapak, untuk membicarakan sesuatu di ruang tamu. Ketika aku memasuki arah ruang tamu tersebut, betapa kagetnya diriku, aku mendapati sosok Arga yang sedang duduk kalem di Sofa ruang tamuku, tepatnya di bagian sofa dekat dengan pintu bagian luar-di belakang jendela ruang tamu.
“Arga.” Gumamku terkejut, sambil menutupi mulutku dengan kedua tanganku.
Arga pun tak kalah kaget melihatku di rumah itu, tapi dia berhasil menyembunyikan rasa kagetnya dengan sebuah anggukan ramah.
Oh My God, Apa yang dilakukan pangeran tampan ini, disini?
Apakah dia datang kesini ingin melamarku?
Apakah ini bagaikan cerita di komik-komik yang pernah aku baca, yang aku sebagai rakyat minyak jelanta (rakyat jelata) di haruskan menikah dengan Tuan Muda dingin nan tampan?
Tapi aku…
Tapi aku…
“Pak.” Panggilku dengan nada bergetar ke arah Bapakku… “Tapi aku belum siap nikah…” Gumamku pelan. Sambil menarik baju kaos Bapak di bagian pinggangnya yang terlihat buncit.
Sementara Bapakku hanya mengerutkan keningnya, tak paham dengan maksudku.
Aku pun langsung duduk di Sofa, yang jaraknya tak terlalu jauh dengan posisi Arga.
Seperti sebuah kebiasaan, tanpa sadar aku duduk di sofa tersebut dalam posisi mengkangkang.
Arga pun menatapku sebentar, menatapku dari arah atas, ke bagian bawah, menampilkan wajah kaget dan nggak enaknya, dan memalingkan wajahnya ke arah depan.
“Bapak ke dapur sebentar yah, mau menyediakan kalian minum.” Izin Bapakku, sebelum meninggalkan kami berdua.
Kriiiikkk…
Kriiikkkk…
Suasana semakin kaku…
Akhirnya aku memutuskan untuk mengajak cowok Alien itu untuk mengobrol duluan-untuk mencairkan suasana.
“Ga.” Sapaku sambil memegang pundaknya. Berasa ada yang bergetar, tapi bukan hati… Tapi tubuhnya… seakan belum ada perempuan satu pun yang pernah menyentuhnya, “Ngapain kamu disini?” Tanyaku.
Tapi dia hanya diam saja, dan segera menepis tanganku dari pundaknya.
It’s ok! Aku ga papa kok :')
Kriiikkk…
Kriiiikkk….
Suasana hening kembali…
Aku yang benci dengan keheningan ini akhirnya memulai pembicaraan lagi. Kan kasian tamunya datang jauh-jauh nemuin aku, aku-nya diemin aja, karena kebawa perasaan.
“BTW, Kamu tahu dari mana arah rumahku?” Tegurku lagi.
“Bunda.” Jawabnya singkat, akan tetapi wajahnya terlihat gugup, nggak berani menatapku.
“Uhhh, So Cute, anak Mama.” Gumamku dalam hati, sambil tersenyum. Terlalu gemes dengan jawaban dan ekspresinya yang kaku, namun terlihat manis.
Aku pun memutar otak kembali, dan teringat kejadian tadi siang, saat Ia pingsan di Sekolah.
“Pasti kamu jauh-jauh kesini, mau berterima kasih sama aku yah, karena aku sudah jagain kamu ketika pingsan di Sekolah?” Tanyaku lagi.
“Hah? Arga pingsan di Sekolah?” Sambung suara kaget-seorang wanita paruh baya cantik, yang wajahnya sudah tidak terlalu asing bagiku.
Yah, kalau nggak salah nama wanita paruh baya tersebut ialah Tante Milea, atau yang biasa di panggil Tante Lia. Bisa dibilang Beliau merupakan teman dekat Bapakku saat ini, atau istilah gaulnya yakni Pacar.
Tante Milea menghampiri kami dengan membawa nampan yang berisi sepiring gorengan lumpia yang masih hangat. Sepertinya sedari tadi-tanpa ku sadari, ketika kami sedang mengobrol, Tante Lia sibuk di dapur untuk mengoreng Lumpia mentah yang ia bawa dari rumahnya.
Tak lama kemudian, Bapakku datang menghampiri kami dengan membawa empat buah es teh susu dingin.
Aku pun berpikir sejenak…
Memperhatikan wajah Tante Lia dan wajah Agra yang hampir mirip… kulit putih bersih, mata sayu, hidung yang mancung dan kemiripan yang paling menonjol di antara mereka ialah dagu mereka yang runcing, dagu yang selama ini paling ku sukai dari sosok Arga.
Tanpa di tanya lagi, atau tanpa perlu penjelasan lagi, kalian pasti juga sudah menduga kan, kalau dua orang yang ada di rumahku ini merupakan sosok ibu dan anak.
Well kalau mereka merupakan sosok ibu dan anak.
Tidak menutup kemungkinan kalau Arga adalah…
Hah?
Aku pun kembali menutup kedua mulutku, hampir tak percaya dengan semua ini… oh tidak…. Aku benar-benar sulit mencerna ini semua… kalau Aku dan Arga, adalah....
Calon kakak dan Adik tiri?
“Gladish, bisa kita bicara sebentar di belakang?” Tanya Tante Lia, ke arahku. Akan tetapi aku tak menghiraukan, terlalu shock dengan kenyataan yang akan aku alami.
“Gladish, Gladish!” Panggil Tante Lia lagi.
Bapakku langsung menyenggol lenganku dengan kuat.
“I, Iya Tante.” Jawabku akhirnya. Aku terlalu shock seseorang wanita yang harusnya menjadi calon ibu mertuaku di masa depan, kini akan menjadi calon Ibu Tiriku.
“Gladish, bisa kita bicara sebentar di belakang?” Tanya Tante Lia lagi, mengulang pertanyaannya.
“Iya.” Jawabku sambil mengikutinya ke arah belakang, sesuai permintaannya, “Ada apa Tante Lia?” Tanyaku lagi.
Dengan ekspresi tidak enak, Tante Lia pun membisikan sesuatu ke arah telingaku. “Gladish, bisakah kau mengganti celanamu?” Bisiknya.
“Ummm…” Pekikku, sambil mengerutkan sebelah alisku.
Tante Lia pun dengan perasaan super tidak enak, kembali membisikan sesuatu padaku. “Celanamu robek, Dek.”
“A… Apa?!” Pekikku, kaget.”
“Celanamu robek, Dek, tepat di bagian tengahnya.” Ulang Tante Lia lagi, sambil melanjutkan penjelasannya.
Langsung saja pipiku memerah, kulihatlah di arah bagian bawah celana bunga-bunga hijau-celana rumah yang saat ini kupakai, terdapat bagian robekan yang lumayan besar di bagian bawah tengahnya.
Teringat kembali saat aku duduk di hadapan Arga dengan posisi mengkangkang. Seperti sebuah kebiasaan, hal itu benar-benar terjadi tanpa ku sadari.
Dan…
Teringat kembali saat Arga menatapku sebentar, menatapku dari arah atas ke bagian bawah, menampilkan wajah kaget dan nggak enaknya, dan memalingkan dan wajahnya ke arah depan.
“KYYYYAAAAAAAAAAAAA~!!!” Jeritku kencang, betapa malunya aku saat ini, langsung saja aku berlari ke atas loteng, menuju ke arah kamarku kembali, untuk mengganti celanaku yang telah robek entah dari kapan insident robekan itu terjadi.
Ya Allah, malunya aku, selama ini aku selalu duduk mengkangkang di Sekolah selalu merasa aman, karena rok sekolahku yang berukuran panjang, di kegiatan Pencak Silat pun aku duduk mengkangkang dengan perasaan aman, karena celanaku bagian bawah berukuran lebar, entah waktu jalan sama teman-temanku, aku duduk mengkangkang seperti ini juga merasa aman, karena Celana Jeans ku rata-rata bermerk mahal dan jahitannya selalu kuat.
Dan ini…
Oh malunya aku, mau di taruh di mana wajahku?
Apakkah aku bisa menemui Arga kembali di bawah sana?
₩₩₩₩₩
Akhirnya mau nggak mau aku turun ke bawah lagi untuk menemani mereka, sekaligus makan malam
Kali ini kita semua pindah posisi di ruang dapur.
Malam ini Tante Lia memanaskan Sup Bakso dan ayam panggang yang sudah disiapkan dan dibawa dari rumahnya, dan ayahku membantu memasak nasi, untuk kita Dinner malam ini.
Sedangkan aku membantu menyusun piring-piring di meja makan.
Dan Arga hanya duduk di meja makan, tanpa melakukan apa-apa…
“Huh dasar lelaki pemalas, untung ganteng!” Pekikku dalam hati.
“Oh iya, Gladish kenapa tadi di sekolah Arga pingsan?” Tanya Tante Lia khawatir, sambil menyusun selada dan tomat di pinggiran piring, di samping ayam goreng buatannya-sebagai hiasan.
“Oh itu Tante, Gladish nggak sengaja melempar bola Basket ke arah Agra.” Jawabku singkat.
₩₩₩₩₩
Kami pun akhirnya makan bareng di meja makan, Tante Lia duduk disebelah Arga, dan berhadapan dengan Bapakku, mau nggak mau kini aku duduk di sebelah Bapak, dan kini posisi tubuhku berhadapan dengan Arga.
Dan…
Puas banget aku bisa memandangi wajah Arga... Oh senangnyaaaa~
Tante Lia banyak bercerita tentang kehidupannya, dan mengatakan bahwa ayahku merupakan cinta pertamanya semasa Sekolah Dasar. Ia juga bercerita kalau Arga juga mempunyai kakak laki-laki, yang saat ini sedang berkuliah di Singapore dengan bantuan Beasiswa.
Ayahku juga bercerita, apa lagi kalau bukan bercerita tentang kebaikan-kebaikkan dirinya sendiri, beserta membongkar berbagai macam aib-aibku, yang beberapa kali kusangkal dengan perasaan kesal.
Dan Arga?
Seperti biasa… kamu pasti bisa menebak…!
Yappp… Seperti biasa dia kebanyakkan diam seperti orang yang bisu, dan bercerita secukupnya saja, itu pun kalau Bapakku atau ibunya bertanya ke arahnya.
“Nak Arga punya pacar?” Tiba-tiba saja, Bapakku bertanya hal seperti itu ke arah Arga.
Deg…
Pertanyaan ringan, tapi sukses membuat jantungku langsung berdetak tak karuan.
Pertanyaan itu juga yang selama ini membuatku penasaran.
Apakah cowok Alien ini sudah punya pacar?
Arga pun lama menjawab.
“Tentu saja Arga mau fokus sekolah dulu yah, sayang…” Potong ibunya, sambil mengelus-elus lembut pundak Arga.
Hal itu membuatku gelisah, karena yang kutunggu-tunggu ialah jawaban dari mulut Arga, bukan jawaban dari mulut ibunya.
“Belum.” Jawab Arga singkat.
Dan jawaban singkat itu sukses membuat suasana hatiku lega.
“Tapi saat ini ada seseorang yang kusukai.” Jawab Arga tegas, dengan guratan-guratan rona merah di pipinya.
“Eh???” Pekikku, kaget. "Si… Siapa gadis ituuu???" Jeritku dalam hati.
#To Be Continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
𝑵𝒂𝒂𝑬𝒓𝒏𝒂𝒂02
5 like telah mendarat👍ku tinggalkan jejak disini dulu, kapan-kapan aku mampir lagi😉
Jangan lupa mampir di "AKU & KAMU BEDA KEYAKINAN" Ku tunggu feedbacknya.
mari saling mendukung😇
2020-08-20
1
Rena Karisma
yah sudah tidak ada harapan Gladish..
2020-08-14
1
Dina Zyanti
ngakak porrjiiiii🤣🤣🤣
2020-08-14
1