“Gladish, Gladish.” Terdengar samar-samar sebuah suara tegas ala bapak-bapak, yang berkali-kali membangunkanku. Akan tetapi mataku enggan terbuka dan tubuhku enggan beranjak dari lenganku yang tergeletak di atas meja kelasku. “GLADIIIIIIIISSSH!!!!” Teriak suara itu lagi-kali ini lebih kencang. Aku pun yang kaget dengan teriakan tersebut, spontan aku pun membuka mata dan berdiri dari bangku yang kutempati.
Kulihat sosok Pak Burhan, guru Fisika terkiler se-SMA Tunas Bangsa sedang menatapku dengan tajam, seolah-olah ingin menyantapku.
“Kenapa kamu ketiduran lagi di jam Bapak? Hah!” Sidiknya sambil membelalakan matanya yang tajam kearahku. Aku bingung kali ini-ingin beralasan apa lagi, akhir-akhir ini latihan silatku mengahruskanku pulang larut malam.
Minggu kemarin aku beralasan, diare tengah malam hingga mengaharuskan aku untuk bergadang, sekarang alasan apa lagi yah?
Tiba-tiba saja Ibu Kepsek (Kepala Sekolah) masuk dengan membawa seorang cowok.
Hah cowok?!
"Anak-anak, Ibu minta perhatiannya sebentar!" Seru Bu Kepsek.
“Ya Allah, sumpah ganteng banget…”
“Masya allah, rahimku anget.”
Bisik-bisik dua cewek yang duduk di sebelahku.
“Itu anak baru yang kemarin digosipkan cewek-cewek itu yah?” terdengar samar-samar suara cowok, yang duduk di meja belakangku. “Katanya ganteng, ternyata biasa aja kok.”
“Iya, gantengan juga gua.” Bisik mereka dengan nada penuh kedengkian.
“Wajah yang tirus itu, kulit putih bak boneka, rambut lurus tebal dan sorot mata yang dingin itu, apakah dia… Apakah dia?" Pekik ku dalam hati, dengan wajah memucat. "Itu tidak mungkin kan?”
Pak Burhan yang sedari tadi mengintrogasi ku, kembali duduk di mejanya, menghormati Kepsek yang sedang masuk di dalam kelas kami.
“Nak Arga, tolong perkenalkan dirimu, kepada teman-temanmu!” Pinta Kepsek yang berdiri didekat pintu, di samping cowok yang beliau sapa Arga itu.
“Baik Bu.” Jawab Arga, dengan ekspresi datar. “Perkenalkan nama saya Arga, Arga Bima Prasetya. Pindahan dari Jakarta. Senang berkenalan dengan kalian, terimakasih.” Ucap Arga memperkenalkan diri secara singkat, padat dan jelas. Tanpa adanya basa-basi dan langsung mengakhiri perkenalan. BTW (By The Way) kita pada saat ini berada di kota hujan, Bogor.
Karena banyak anak-anak cewek yang kepo, langsung saja mereka bertanya hal lebih.
“Asal sekolah mana?”
“Sudah punya pacar belum?”
“Nomor hape-nya berapa?”
“Alamat rumahmu dimana?”
Tanya cewek-cewek itu secara bergantian, akan tetapi Arga tidak menghiraukan, dan langsung izin pamit kepada Kepala Sekolah untuk mencari tempat duduk.
Banyak cewek-cewek yang mengusir teman sebangkunya untuk duduk bersebelahan dengan Arga. Akan tetapi Arga pun lebih memilih duduk di dekat jendela di samping Rafi, cowok kutu buku berkacamata.
“Dingin banget, gila!” Pekik Prisil yang duduk disebelah ku. “Tapi nggak papa, yang penting dia ganteng, iya nggak Gladish?” Tanyanya, meminta pendapatku, sambil menyenggol kasar bahuku.
“A… apa?” Pekik ku yang terbangun dari lamunanku.
“Dia ganteng nggak?”
“Nggak kok. B aja (biasa aja)” Jawabku datar, sambil mencuri pandang ke arah Arga yang duduk baris kedua, tepat di depanku. “Semoga lo nggak ember ya, Ga?” Pekik ku dalam hati.
₩₩₩₩₩
Bel istirahat pun berbunyi, jam istirahat pun tiba…
Banyak anak-anak yang berlalu lalang, ada yang menuju perpus untuk membaca buku, ada yang menuju lapangan untuk berolahraga, ada yang ke toilet untuk membuang sesuatu, dan ada yang ke kantin untuk mengganjal perut.
Dan aku?
Aku dan Prisil sedang menuju kantin.
“Wah hebat Elo Dhis, Elo sama sekali nggak tertarik sama Arga.” Prisil pun mengangkat dua jempolnya kearah ku. “Apakah ini karena iming-iming jatah kantin seminggu dari gua ya?” Duga Prisil, sambil menyipitkan matanya ke arahku.
Aku pun menanggapinya dengan senyuman sinis. “Aku nggak enak badan Sil, aku ke Toilet dulu yah.”
“Hai, nggak mau ditemenin nih?!” Tawar Prisil.
“Nggak usah, makasih yah.” Tolak Ku halus.
Aku pun segera berlari ke arah toilet. Sesampainya di toilet, aku pun memasuki salah satu ruangan di toilet tersebut. Aku pun mengunci pintu toilet tersebut rapat-rapat.
Tiba-tiba saja air mataku, yang sedari tadi ku tahan, tumpah kearah pipiku, aku pun menangis sejadi-jadinya di dalam toilet tersebut.
#Flashback
Dua tahun lalu di SMP Pelita Harapan, terlihat ada gerombolan anak cowok berkumpul di lapangan sedang bermain Basket.
Di pinggir lapangan terlihat penuh penonton wanita sedang bersorak dan mengagungkan agungkan nama Arga.
“Eh Dhis, Arga popular banget yah…” Gumam Reva, sahabat SMP ku yang kini duduk di bangku taman, tepat di sebelahku. Sahabatku Reva ini dikenal mempunyai tubuh yang tambun dan berjerawat disekitar pipinya, yang kini duduk di sebelah kananku.
“Iya.” Jawabku singkat, sambil memandangi makhluk indah ciptaan tuhan yang sedang sibuk mengelap keringatnya. Dengan baju basket yang memperlihatkan lengan berotot dengan garis-garis urat disekitarnya-terbentuk karena olahraga, terlihat sangat seksi.
“Dia ganteng sih.” Sambung Nadia. Sahabatku juga, yang memiliki postur kurus kerempeng dan tinggi menjulang-yang kini duduk di sebelah kiri Ku.
“Banget!” Sambung Reva lagi.
“Cewek biasa yang seperti kita mah nggak bisa dapetin dia.” Tambah Nadia. Dengan nada merendah mengingat postur kami di bawah rata-rata untuk dibilang seperti gadis cantik. Si Reva yang gendut, tubuhnya Nadia yang kerempeng, dan tubuhku yang berpostur agak kecowokan (yang saat ini posisi dudukku pun, dalam posisi mengangkang).
“Siapa bilang?” Sanggah ku, “Aku bisa!”
“Yakin?” Pekik Nadia dan Reva berbarengan, tak percaya. Sambil mengerutkan kening mereka.
“Berani taruhan?” Tawar ku, sambil tersenyum simpul.
₩₩₩₩₩
Sepulang sekolah.
Aku, Nadia dan Reva janjian menunggu pria yang terkenal ganteng, akan tetapi tak ramah seantero SMP Pelita Harapan.
“Dhis, Dhis!” Panggil Reva, sambil menarik-narik ujung seragam putihku. Kami bertiga saat ini menunggu sosok Arga di depan pagar luar Sekolah.
“Apaan sih?” Pekik ku, sambil mengibas tangannya yang sibuk menarik-narik ujung seragam putihku.
“Lu yakin Dhis, mau nembak Arga?” Tanyanya, meyakinkanku.
“Yaiyalah, kamunya nggak lupa kan sama taruhan kita?” Jawabku santai.
“Yaelah Dhis, kamu gara-gara duit Satu Juta aja nekat hancurkan harga dirimu kayak gini?!” Sindir Nadia, sambil menyipitkan matanya. “Memang kamu wataknya cuek sih, tapi aku masih nggak percaya kalau kamu ini Gladish yang kukenal.”
Kamu pasti bertanya-tanya, kenapa Gladish yang terkenal berumah besar dan berekonomi menengah keatas ini rela menghancurkan harga dirinya demi uang yang bernilai sedikit, yakni satu juta saja-tentunya lima ratus dari Nadia dan Lima ratus lagi dari Reva.
Satu juta?
Satu juta saja cukup kok buat aku kabur dari rumah.
Yah, saat ini Ibu dan Bapakku diambang perceraian, dan tepat hari ini ibu dan Bapakku sedang menghadiri sidang perceraian mereka di pengadilan.
“Eh Dhis Arga keluar!!!” Seru Reva. melihat Arga keluar dari gerbang sekolah.
“Mana-mana?!” Sahut Nadia.”
Mmp*s gua, mamp*s?!
Gua sendiri juga nggak yakin mau nembak Arga atau nggak, gua pun perlahan-lahan memundurkan langkahku-ingin kabur.
“Eits~" Reva yang bertangan besar pun, berhasil menangkap pergelangan tangan kiri ku. “Dhis, kamu nggak lupa taruhan kita kan?”
Nadia pun ikut memegangi pergelangan tanganku yang sebelah kanan. “Come on, Baby! Satu jeti menanti.” Bisik-nya, dengan iming-iming duit-seakan merendahkan harga diriku dengan duit.
“Kalian parah, gila. Bukannya tadi kalian menghalang-halangi ku yah, kenapa sekarang.” Jawabku panik, dengan tubuh yang gemetaran-berkeringat dingin.
Langkah Arga pun semakin dekat menuju ke arah kami.
Tubuhku pun semakin panas dingin. “Reva, Nadia, lepasin gua, please!” Pekik ku, dengan nada memohon. Tubuhku pun semakin gemetaran.
Langkah Arga pun tinggal beberapa langkah lagi, menuju kearah kami.
Wajahku pun semakin pucat.
Dan
“Bruuuuukkkk!!!”
Mereka bukannya melepaskan ku untuk berlari ke belakang, akan tetapi mereka mendorongku kearah depan… dan apesnya, tubuhku yang berat ini pun tertabrak di dada Arga yang bidang. Posisi kami kini seperti berpelukan…
OMG!!!
Mamp*s gua!!!
Sumpah deg-degan gua!!!
“Aduh~” Pekik ku, kesakitan. Aku pun mengarahkan kepalaku kearah atas dan mendapati wajah Arga yang… yang…
Eh?
Ke… kenapa matanya memerah?
To be continued…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
ciber ara
kebiasaan cewk kalau ad siswa baru apalagi cowok nanyain banyak hal
salam dri shadow of princess 2 ✌
2020-12-26
0
𝑵𝒂𝒂𝑬𝒓𝒏𝒂𝒂02
jempol untukmu👍
2020-08-20
1
Rena Karisma
Aku mau kenalan dong sama Arga..
2020-08-14
1