Arumi menatap wajah maskulin itu. Wajah yang belum banyak berubah dari semenjak tiga tahun yang lalu. Wajah dengan beberapa bekas jerawat dan jenggot tipis yang menghiasinya.
"Pakailah!" Moedya masih menyodorkan jaket itu kepada Arumi, sementara gadis itu hanya berdiri dan terpaku menatapnya. Ia tidak tahu jika Moedya juga ada di sana.
"Thank you," ucap Arumi seraya menerima jaket itu. Ia lalu melingkarkan jaket itu tanpa memasukannya. Sesaat kemudian, Moedya mengajaknya untuk duduk dalam satu meja.
Arumi tidak tahu apa maksud dari pria itu dengan mengajaknya duduk bersama, sambil menikmati secangkir kopi panas. Ia tidak ingin bermain tebak-tebakan tentunya. Arumi takut jika dirinya salah dalam menjawab, dan ia akan merasa kecewa.
"Apa kabar?" Sapa Moedya sambil meneguk kopinya. Bahasa tubuhnya belum berubah sama sekali. Ia masih terlihat seperti Moedya yang dulu, yang pernah Arumi cintai dengan sepenuh hati.
"Tadinya aku mau pulang, tapi hujannya terlalu deras," ucap pria itu menjelaskan meski tanpa Arumi pinta.
"Baik. Kamu sendiri?" Arumi balik bertanya. Diliriknya lengan kokoh dengan ukiran gambar-gambar aneh yang menghiasinya. Arumi tahu betul, bagaimana hangatnya berada dalam dekapan lengan itu. Ia juga pernah menyentuh lengan itu, bahkan sering sekali dan entah sudah berapa kali ia melakukannya.
"Seperti yang kamu lihat," jawab Moedya dengan gaya santainya. Itulah ciri khasnya. Ia selalu terlihat tenang dan anti ribet. Hal itulah yang membuat Arumi jatuh cinta kepada pria berusia tiga puluh tahun itu.
"Tidak terasa tiga tahun sudah berlalu dengan begitu cepat. Akan tetapi ... aku tidak pernah melihatmu setiap kali aku mampir ke rumahmu," ucap Moedya lagi. Ia kembali meneguk kopinya.
"Aku jarang di rumah," jawab Arumi pelan. Ia terus memainkan jemari lentiknya pada pinggiran cangkir berisi kopi espresso pesanannya tadi.
"Aku lebih sering menghabiskan sebagian besar waktuku di toko. Di sana ... rasanya jauh lebih ... ah ... waktu terasa begitu cepat saat aku berada di sana ...." Arumi terdiam. Ia tahu jika Moedya tidak akan tertarik untuk mendengar tentang kesehariannya. Arumi yakin jika pria bertato itu sudah tidak peduli lagi dengan dirinya.
Moedya tersenyum simpul. Ia menatap Arumi untuk sejenak. Gadis itu masih terlihat cantik, bahkan kini ia tampak jauh lebih cantik. Arumi terlihat jauh lebih dewasa, meskipun ia masih setia dengan celana jeans 7/9 dan sanggul asal-asalannya.
"Jadi ... kamu masih sibuk di toko?" Tanya Moedya. Ia seakan tidak mempunyai bahan pembicaraan yang lain. Arumi pun hanya menanggapinya dengan sebuah anggukan pelan.
"Kamu sendiri? Apakah masih di bengkel atau ...." Arumi tidak sempat melanjutkan kata-katanya, karena saat itu Moedya segera menyelanya.
"Keanu masih sering datang ke bengkelku," sela Moedya.
"Ya, aku senang karena hubungan kalian tidak terpengaruh oleh ... um ... oleh ...." lagi-lagi Arumi tidak sempat melanjutkan kata-katanya.
"Kami adalah pria yang sudah sama-sama dewasa. Kami masih dapat memberikan batasan antara urusan pribadi dengan persahabatan," ujar Moedya dengan tenangnya. Ia kembali meneguk kopinya.
Arumi tahu dan sangat menyadari jika Moedya saat itu tengah menyindir dirinya. Moedya pernah mengatakan hal seperti itu kepadanya dulu, dalam sebuah pertengkaran hebat di antara mereka berdua. Pertengkaran yang menyebabkan perpisahan yang sangat menyakitkan bagi Arumi.
Arumi hanya mengangguk pelan. Ia tidak ingin menanggapi ucapan Moedya saat itu. Ia sudah cukup senang dapat melihat wajah itu lagi. Arumi merasa bahagia, karena Moedya tak lagi menatapnya dengan tatapan yang dipenuhi oleh kebencian.
Arumi kemudian meneguk kopi espresso-nya. Terlihat dengan jelas betapa ia merasa gugup dan canggung saat itu. Ia termasuk orang yang tidak pintar dalam menyembunyikan perasaannya.
Moedya dapat melihat hal itu dengan jelas. Ia menangkap hal lain dari bahasa tubuh Arumi. Rasa tidak nyaman yang gadis itu tunjukan di hadapannya.
"Kamu baik-baik, Arum?" Tanya Moedya dengan datar.
Arumi menganguk pelan meskipun pertanyaan itu terdengar menyakitkan bagi dirinya. Moedya tidak lagi memanggilnya dengan nama "Miemie" melainkan Arum. Semakin jelas jika Moedya sudah melupakan apa yang pernah terjadi di antara mereka berdua.
"Lucu sekali. Kamu sering bertemu dengan kakakku, tapi kita tidak pernah bertemu sekalipun," gumam Arumi pelan.
"Kamu tidak bersembunyi dariku, kan?" Tukas Moedya membuat Arumi seketika menatapnya dengan tajam sebagai tanda protes dari gadis manis itu.
"Aku juga merasa heran karena setelah hubungan kita berakhir ... aku menjadi sangat jarang bahkan hampir tidak pernah melihatmu lagi. Terkadang aku berpikir jika kamu dengan sengaja menghindariku," ujar Moedya dengan tenangnya.
"Kita sama-sama memiliki kesibukan," sahut Arumi pelan. "Semenjak kepergian ibuku, aku harus menghandle semuanya sendirian. Ini adalah pengalaman pertama untukku, jadi aku ... terkadang aku merasa ...." Arumi tertunduk lesu. Ada banyak hal menyedihkan yang menimpa dirinya dengan bertubi-tubi.
Semenjak hubungannya dengan Moedya berakhir, Arumi harus merawat Ryanthi yang jatuh sakit. Ia dipaksa untuk melepaskan segala atribut kemanjaannya dan seketika menjadi gadis dewasa yang benar-benar dewasa. Begitu juga ketika ia harus menerima kenyataan bahwa Ryanthi harus pergi untuk menyusul sang ayah, yaitu Adrian.
Arumi mulai belajar untuk menjadi gadis yang lebih bertanggung jawab. Ia pun menjadi sedikit pendiam dan lebih banyak menghabiskan waktunya di dapur, bergelut dengan aroma kue yang mengunggah selera.
Di bawah arahan Keanu yang mewarisi darah bisnis dari sang ayah, Arumi belajar untuk menjalankan toko peninggalan sang ibu. Kini "Sweet in Jar" telah menjadi salah satu toko kue yang paling dicari dan banyak digemari, terutama oleh masyarakat menengah ke atas.
"Maafkan aku Moemoe ...." lirih Arumi.
"Untuk apa?" Tanya Moedya datar.
"Untuk semua yang telah terjadi di antara kita," jawab Arumi pelan.
Moedya tidak menjawab. Ia menatap lekat gadis berparas cantik itu. Dulu wajah itu selalu ia sentuh dengan lembut, dengan penuh cinta. Namun, kini entah siapa yang menjadi pemilik dari wajah itu? Entah pria mana yang beruntung dapat menikmati kecantikan Arumi saat ini?
Moedya yakin jika Arumi pasti sudah mendapatkan pengganti dirinya. Ia tahu ada banyak pria yang rela mengantre hanya untuk mendapatkan satu tiket agar dapat memasuki hatinya.
"Bisakah kita untuk tidak membahas itu?" Pinta Moedya. "Aku tidak ingin mengungkit semua hal yang telah lama kulupakan," lanjut pria berambut gondrong itu lagi.
"Aku ... aku juga tidak ingin mengungkit semua yang telah terjadi. Akan tetapi ... mungkin masih ada hutang kata maaf yang belum sempat aku ucapkan padamu," jelas Arumi pelan.
Moedya masih menatap paras cantik itu dengan lekat. Harus diakuinya jika dulu ia mengalami kesulitan yang luar biasa untuk dapat melepaskan gadis itu.
Mereka pernah terpisah selama kurang lebih tiga tahun, ketika insiden itu terjadi. Sedangkan Arumi begitu setia menantikan kepulangan sang pujaan hati.
Akan tetapi, ketika mereka kembali dipersatukan dalam sebuah ikatan percintaan, nyatanya hal itu tidak membuat kisah di antara mereka berjalan dengan semestinya. Mereka bahkan harus mengubur dalam-dalam rencana indah pernikahan yang telah mereka renda saat itu.
Entah takdir seperti apa yang akan mengiringi langkah mereka ke depannya. Entah kenapa mereka kini harus dipertemukan kembali setelah hampir tiga tahun lamanya saling menghindar dan bersembunyi.
Mungkinkah ada rasa rindu dalam diri masing-masing?
"Kamu sudah meminta maaf dulu kepadaku. Jadi ... kamu tidak harus melakukannya lagi untuk saat ini. Lagi pula, aku juga tidak sepenuhnya benar," ujar Moedya dengan datar.
"Maksudmu?" Tanya Arumi.
Tersungging sebuah senyuman kecil di wajah tengil itu. Wajah yang dulu pernah sangat mengganggu bagi Arumi. Wajah si Mr. Charming.
Hujan telah berhenti. Suasana pun menjadi terang kembali. Perbincangan di antara mereka juga mungkin akan segera diakhiri. Entah kapan mereka dapat bertemu lagi dan saling bertatap muka seperti saat ini.
"Aku harap kita bisa jadi teman yang baik," ucap Moedya tanpa melepaskan pandangannya dari Arumi yang saat itu hanya terdiam menatapnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Yukity
Salken ya Thor...
mampir di novelku ya
Jadikan aku yang kedua.
Makasih🙏🏼😍
2021-12-16
0
Yuyun Yuningsih Yuni
heei heei heeeiii....napa d bikin putus sih...ah ga seru yaa othor,,,
2021-12-12
0
Danendra Faiz
kenapa mereka jd putuh?
2021-12-05
0