Masa Orientasi Mahasiswa (MOM) 1.2
Memberikan kesempatan untuk orang lain adalah hal tersulit. Namun kita harus melakukannya demi memberikan kepercayaan diri padanya.
*****
Mentari pagi mulai bersinar, burung-burung mulai berkicau menandakan bahwa hari baru sudah datang. Di salah satu rumah mewah, sosok gadis cantik sedang asik menikmati sarapannya. Sesekali ikut obrolan keluarganya. Hal yang jarang dia lakukan karena kesibukan masing-masing. Dan biasanya gadis cantik itu akan berlama-lama di kediamannya, guna melepaskan rindu akan kedua orang tuanya yang sibuk melalang buana.
Tapi, takdir berkata lain. Suara ponsel gadis cantik tersebut menarik perhatian yang lain. Saat keluarganya ingin bertanya. Gadis cantik itu langsung pamit ke sekolah tanpa menjelaskan apapun. Padahal hari masih pagi untuk sekedar berangkat ke kampus. Bahkan ajakan untuk di antar, dia tolak mentah-mentah karena memilih berangkat dengan kendaraan online. Dan gadis cantik itu tidak curiga dengan pesan yang ia terima, dia tidak peduli masih pagi dan sepi ketika dia memasuki kawasan kampusnya. Yang penting ia harus menemui yang lain, Karena dia yakin mereka sudah menunggu kedatangannya.
Baru saja ia ingin memasuki aula, pukulan di tengkuknya membuat gadis cantik tersebut jatuh pingsan. Dua sosok yang melihat tindakan mereka tersenyum senang. Mereka sangat puas rencananya berhasil dengan lancar jaya. Tidak mau ada yang curiga, langsung saja mereka membawa tubuh gadis cantik tersebut ke sebuah gudang yang tidak pernah di kunjungi oleh orang lain. Gudang yang sangat terasingkan dari bangunan megah Starlight. Bayangkan saja Starlight termasuk universitas yang sangat lengkap bahkan jenjang pendidikan di mulai dari Taman Kanak-kanak sampai University. Jadi menemukan gadis cantik itu sudah di pastikan sangat amat sulit. Karena gudang ini benar-benar tidak pernah di datangi, kecuali saat adanya sidak kampus oleh pemilik. Sayangnya saja, pemilik kampus belum berkunjung. Kalau dia tahu ada insiden seperti ini pasti jajaran kampus akan jadi sasaran empuknya.
Kini, kedua sosok itu mengikat gadis tersebut di kursi yang ada di sana. Suasana pengap membuat siapapun akan sulit bertahan di sana. Apalagi, hanya ada satu fentilasi yang ada. Dengan senyuman kebahagiaan kedua sosok tersebut langsung pergi meninggalkan lokasi akhirnya mereka bisa membalas gadis cantik itu, karena biasanya dia selalu di lindungi oleh teman-temannya.
**
Sama halnya seperti hari kemarin, Starlight sudah di penuhi oleh anggota baru mereka. Anak-anak BEM sudah sibuk menyiapkan diri untuk kegiatan hari ini. Termasuk Galmoners yang akan tampil beberapa jam lagi.
"Gengs! Dapat kabar gak dari Fresa? Ini udah jam sembilan loh. Dan dia udah ngaret dua jam!" Kata Mahda panik.
"Gak tau ni, handphonenya mati. Apa perlu gue tanyain nyokapnya?" Tanya Fanisa khawatir. Karena tidak biasa Fresa mematikan ponselnya.
"Tanyain aja deh Fan, gue takut si Fresa sakit gegara luka kemarin. Apalagi liat tangannya di jahit gitu buat gue ngeri. Yang lebih ngeri, dari mana Faza tahu semua itu ya?" Tanya Mahda panjang lebar. Sampai dia teringat sosok Faza yang tiba-tiba muncul tanpa di undang. Macam jelangkung aja gitu. Tiba-tiba muncul tiba-tiba pergi.
Kiki tersenyum kikuk. "Sebenarnya gue yang kasih tahu kak Faza. Habis dia tiba-tiba nelpon gue, karena panik ya gue langsung asal ceplos." Jelas Kiki sambil mengelus lehernya. Takut kena semprot oleh yang lain.
"Gils! Acting lu kemarin sangat bagus! Cocok banget jadi artis," balas Fanisa sinis.
"Sorry deh,"tutur Kiki menyesal.
Di saat Fanisa berbicara dengan ibunya Fresa, Mahda dan Kiki mencoba mengirim pesan atau apapun yang bisa mereka lakukan Sampai....
"Gawat!" Teriak Fanisa membuat mereka menarik perhatian geng FEGA.
"Gawat kenapa?" Tanya Gibran yang tiba-tiba bergabung dengan mereka. Karena tahu kekasihnya belum bergabung dengan kekasihnya.
"Gak kenapa-kenapa, cuma nyokapnya gak bisa di hubungi," balas Fanisa dengan senyum lebarnya.
"Sialan! Gue kira ada hal buruk yang terjadi dengan Fresa!" Kata Kiki yang tadi sempat panik.
"Ouhhh.. kalian cari Fresa? Dia tadi kirim sms pagi-pagi. Katanya gak bisa datang karena urusan keluarga. Mungkin itu juga alasan kenapa nyokap Fresa gak jawab telpon kalian." Jelas Gibran.
"Ouh.. Like that. Kalau gitu kita langsung aja tampil. Toh kalau Fresa ada di juga gak bakal bisa tampil," tutur Mahda.
"Bener juga! Ya udah kuy kita hibur dede emes!"kata Fanisa.
Tidak perlu menunggu lama, mereka langsung naik ke atas panggung. Walau dengan perasaan yang tidak enak, mereka ada di atas panggung mencoba menghibur semampu mereka. Semoga benar Fresa ada urusan.
"Pagi adik-adik!" Sapa Mahda.
"Pagi kak!"
"Dari pada bosen, mending ikut kakak nyanyi. Ada yang tau lagu Havana gak?" Tanya Mahda
"Tau kak! Yang di cover sama Manu Rios!" Celetuk salah satu anak baru. Aish. Mereka tahunya cowok ganteng saja. Padahal penyanyi asli Havana adalah wanita cantik--Camila Cabelo. Kiki melihat Fanisa antusias, langsung mengambil alih sebelum Fanisa beraksi lebih yang mengakibatkan mereka malu nantinya.
"Baiklah adik-adik, kita nyanyi sama-sama ya!" Kata Kiki kepada semuanya.
1... 2.. 3...
Mereka pun bernyanyi bersama. Sedangkan FEGA dan yang lain sudah berpencar untuk menyembunyikan pin BEM mereka. Mereka semua berharap hari kedua ini, berjalan dengan lancar seperti hari kemarin. Karena setelah hari ini usai mereka akan menyiapkan persiapan untuk camping dan pastinya akan sangat memakan waktu banyak, sebab mereka juga harus menelaah lagi lokasi dan cuaca esok hari.
**
Tepat setelah Galmoners selesai menyanyikan lagu. Arkan dan Gibran langsung naik ke atas panggung. Menggantikan mereka. Supaya Galmoners beristirahat atau minum demi menghilangkan dahaga akibat menghibur mereka semua.
"Hello adik-adik! Seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya. Hari ini kita akan bermain game! Apa gamenya? Pertama, kalian harus cari pin BEM yang kami sembunyikan di beberapa tempat. Dan kedua, kalian harus benar menjawab soal yang akan kalian terima di setiap pos. Jika kalian semua bisa menjawab dengan baik, kami akan memberikan sebuah hadiah untuk kelompok mana saja yang bisa menjawab dengan baik. Jadi, kalian semua harus kompak dan semangat! Siap untuk kegiatan hari in?!" Ucap Gibran menyemangati adik-adiknya. Karena dia tahu ini adalah awal dari perjalanan mereka sesungguhnya. Setelah kuliah pasti ada yang bekerja atau membangun usaha. Untuk itulah Gibran mau selama di kampus mereka bukan hanya menikmati waktu masa muda, tapi juga bagaimana mereka bisa menempatkan diri hingga tidak terbawa arus. Seperti halnya dia dan yang lain. Masih muda bisa menempatlan diri dengan sebaik mungkin. Karena jika bukan kita yang memulainya siapa lagi? Hidup kita yang rancang kita yang atur. Tinggal bagaimana kita memproses semuanya dan kearah mana semuanya akan berlabuh. Karena semua adalah hasil akhir nanti adalah hasil dari buah usaha yang kita kerjakan.
"Siap kak!" Koor semuanya.
"Sepertinya mereka sangat siap, kalau begitu kita langsung saja memulai acara ini. So, have fun guys!" Kata Arkan.
Karena Galmoners dan FEGA bukan penjaga pos, mereka langsung melangkahkan kaki menuju aula. Ya, mereka akan menyiapkan beberapa hadiah untuk kelompok yang bisa menjalankan tugas mereka dengan baik.
"Guys! Gue kok ngerasa aneh ya. Okey awalnya kita sempet panik karena Fresa gak hadir. Tapi kok gue ngerasa Fresa ada di sekitar kita. Tapi, ya you know," ucap Fanisa. Entah kenapa firasatnya sangat buruk, apalagi seumur hidupnya dia selalu bersama Fresa jadi sangat aneh jika sahabatnya itu tidak ada kabar seperti sekarang. Sekali pun Fresa izin masuk kampus pasti menyampaikan padanya bukan Gibran! Kenala Fanisa baru menyadarinya sekarang. Pasti dugaan firasaatnya benar.
"Gue gak tau apa perasaan gue aja, tapi gue ngerasa panik. Bahkan saat kita nyanyi tadi gue kepikiran Fresa," kata Kiki khawatir.
"Makanya jangan pakai perasaan, dasar cewek," cibir Evan.
"Yehh si kambing! Emang lu di ajak!" Balas Fanisa ketus.
"Nah! Karena gue gak di ajak, jadi gue langsung nimbrung," kata Evan.
Tidak mau menanggapi Evan, Mahda dan sahabatnya lebih baik fokus membungkus hadiah yang ada di hadapan mereka. Toh, ucapan Evan juga bukan ucapan bermutu, jadi tidak perlu mereka balas.
**
Di sebuah rumah sakit ternama, sosok tampan yang tengah duduk di bangku singgasananya sedang gelisah. Entah kenapa dia merasa ada yang aneh dengan dirinya. Bahkan saat dirinya memeriksa pasien, ia selalu teringat adiknya.
"Woii! Kenapa lu?!" Bentak seseorang.
"Bisa kah anda ketuk pintu?!" Bentak Faza balik.
"Maaf dokter, tadi saya sudah mengetuk pintu anda tapi anda tidak membalas. Jadi saya berinisiatif untuk masuk ke ruangan dokter. Kali saja anda mati di tempat, siapa yang tahu?" balas sosok cantik di depan Faza.
"Gue gak ada urusan sama lu, jadi gua mau pergi!" Kata Faza dingin
"Gak nanya,"balasnya. Membuat Faza ingin sekali melemparnya ke Pluto!
Di saat Faza keluar dari ruangannya, sosok cantik tersebut tersenyum bahagia. Akhirnya mereka bertemu kembali setelah perpisahan yang lama. Dan ia tidak peduli dengan Faza yang mengusirnya untuk tidak mengikuti kemana langkah kakinya. Yang penting dia harus berdekatan dengan Faza mulai saat ini. Wanita itu sangat merindukan Faza. Terlihat dengan jelas dari bola matanya.
**
"Akhirnya selesai juga, karena saran Fresa kerjaan kita jadi numpuk. Menyebalkan!"dengus Evan. Saat mereka semua menyelesaikan acara bungkus hadiah.
"Lu parah banget dah sebagai saudara seangkatan! Kalau Fresa hadir juga dia gak bakal nyusahin kita. Apalagi Fresa itu orang yang mandiri!" Balas Mahda ketus.
"Ya ayang beb, maafkan aku ya sayang. Maklum lagi PMS," balas Evan asal.
"Akhirnya seorang Evan mengakui kalau dia wanita. Luar biasa!" Ucap Fanisa sambil bertepuk tangan.
"Eh bocah! Lu gak tau PMS apa?!" Tanya Evan sengit.
"Tau! itu premenstrual syndrome atau bisa di bilang masa datang bulannya perempuan! Dasar bodoh!" Umpat Mahda.
"Bukan! Lu ke ipaan banget dah! PMS itu artinya Pedih Menjadi selingkuhan bodoh! Dasar gak ke kinian!" Balas Evan sengit.
Arkan dan yang lain, hanya bisa tersenyum sinis melihat tingkah memalukan sahabat mereka. Seandainya, nyawa Evan banyak mungkin cowok itu sudah habis dengan mereka.
"Hahaha... Gue yakin kalau ada Fresa lu bakal di bully! Selingkuhan? Sejak kapan Mahda mau sama lu? Mahda aja masih setia sama mantannya. Kasian banget hidup lu Van! Gue ikut prihatin," kata Fanisa sambil menepuk pundak Evan membuat Fano yang melihat mendengus di tempatnya. Bisa-bisanya Fanisa melakukan itu! Dia saja tidak pernah di sentuh bahunya oleh Fanisa. Menyebalkan!
"Udah deh Van, kalau mau nyebar virus jangan ke kita-kita. Kesel gue liat lu lagi lebay kaya gini," kata Gibran. Sambil mengecek ponselnya, karena Fresa tidak juga kunjung membalas pesannya. Padahal biasanya dia akan membalas dengan jawaban ketus atau pun yang lain.
"Alah iri bilang aja bos, secara gue ini orang yang paling banyak punya fans!" Balas Evan menyindir. Tentu saja Evan kan sangat terkenal dengan mulutnya yang terlalu ramah.
"Sok ngartis lu!" Balas Mahda ketus.
Adu mulut terus terjadi antara Mahda dan Evan. Sampai saat sosok tampan dengan kemeja putih mendatangi mereka dengan raut wajah panik.
"Fresa mana?!" Bentak sosok tersebut.
"Kak Faza? Bukannya kakak sama yang lain lagi ada urusan?" Tanya Gibran bingung.
"Urusan apa?! Orang dari tadi gue di rumah sakit, terus tuh bocah berangkat ngampus pagi buta. Gue pikir emang kalian ada rapat, tapi pas gue liat Gibran berangkat agak siang dari adik gue. Gue jadi mikir nih, pasti ada hal hang terjadi pada Fresa karena sedari tadi perasaan gue gak enak. Mana tuh bocah?!" Balas Faza sengit.
"Emmm.. sebenarnya dari tadi pagi, kita gak liat Fresa kak. Terus kata Gibran dia dapat pesan dari Fresa kalau dia tidak bisa hadir hari ini, jad--"
"Sial!!! Kalian ini sahabatnya bukan si?! Kemarin Fresa luka karena belain sahabatnya dan sekarang?! Astaga!" Ucap Faza emosi. Bagaimana tidak? Jelas-jelas adiknya datang lebih pagi dan dia tidak mau di antar olehnya. Sedangkan jawaban mereka, sangat sesuai dengan firasatnya sedari tadi.
"Kak Faza sabar dulu. Gibran bisa liat pesan yang dikirim Fresa?"tanya Kiki.
Gibran langsung menunjukkan pesan yang ia dapatkan pagi hari. Semua orang pun ikut melihatnya termasuk Faza.
"Ini bukan ketikan Fresa,"balas Faza lirih.
Mendengar jawaban Faza, membuat Galmoners dan FEGA langsung berlari keluar aula. Tidak perlu memerintahkan yang lain, karena mereka langsung berpencar mencari keberadaan Fresa sesuai dengan apa yang ada di kepala mereka. Begitupun dengan Faza.
***
Gibran terus mencari keberadaan Fresa, bahkan lelaki itu sudah berada di daerah yang sangat jarang di lewati oleh siapa pun. Melihat ke sana ke mari, apakah ada yang mencurigakan. Ternyata tidak. Gibran terus berjalan, sampai ia menginjak sesuatu. Sesuatu yang membuat jantung Gibran berdebar kencang.
"Gantungan tas Fresa?" Gumam Gibran.
Baru saja mau pergi, suara benda terjatuh membuat Gibran menghentikan langkahnya. Gibran berlari ke arah pintu yang beberapa meter dari tempatnya berdiri, dan menempelkan telinganya di pintu tersebut. Tidak salah lagi, ada orang di dalam! Terdengar dari suara gesekan-gesekan benda yang ia dengar secara lirih. Tidak mau menunggu lama, dan firasatnya juga semakin tidak enak. Gibran langsung mendobrak pintu tersebut. Betapa kagetnya Dia saat melihat apa yang ada di hadapannya.
"Fresa!!!"
Gibran langsung membuka ikatan tali yang mengikat Fresa, bahkan melihat bekas luka di tengkuk Fresa menjelaskan jika Fresa di pukul dari belakang. Apalagi wajah pucat pasi Fresa membuat emosinya meningkat sampai ke ubun-ubun.
"Fresa! Do you hear me?"tanya Gibran saat ia sudah melepaskan plester dari mulut Fresa. Dan membiarkan gadis di depannya menikmati kebebasannya dari ikatan tali tersebut.
"Sesak," balas Fresa lirih. Tanpa Fresa sadari air matanya sudah mengalir tanpa bisa di cegah. Bayangkan saja saat dia membuka mata, dadanya rasanya sangat sesak saat melihat di mana dia berada. Di tambah lagi sirkulasi di sini sangat menyesakkan, membuat Fresa menendang apapun yang ada di sekitarnya. Dan dia beruntung, Gibran mendengarnya. Fresa merasa bahagia saat Gibran muncul, Fresa bahagia sekali sampai tidak sadar menangis. Sekuat-kuatnya perempuan, dia pasti lemah juga. Bahkan air mata yang dia keluarkan bukan hanya sebagai kelemahan. Melainkan bisa sebagai rasa syukur yang di rasakannya.
Melihat Fresa menangis, emosi Gibran semakin memuncak. Ia menghubungi yang lain untuk bertemu di UKS dan tanpa banyak bicara, Gibran langsung menggendong tubuh Fresa. Hingga Gibran tidak sadar jika ada dua sosok yang bersembunyi di balik pilar dengan tersenyum bahagia. Rencana mereka berhasil. Mereka tinggal melakukan permainan selanjutnya.
**
Mahda dan yang lain tengah cemas melihat kondisi Fresa yang pucat tadi. Ia tidak menyangka hal buruk terjadi dengan Fresa kembali. Bahkan kejadian kemarin saja mereka belum tahu pelakunya, sekarang masalah baru lagi?! Sial!
"Apa maksud ucapan Faza tadi?!" Bentak Gibran kepada Fanisa.
"Santai Gi! Gue tau lu khawatir tapi gak usah bentak Fanisa!" Omel Fano.
"Diam lu No! Gue gak lagi bicara sama lu!" Bentak Gibran.
"Stop guys! Kami emang salah karena bohong, tapi ada saatnya semua yang terjadi sama sahabat gue, gak perlu lu ketahui. Gue tau lu itu seperti apa Gibran, jadi wajar jika kami melakukan ini. Intinya, kemarin Fresa di serang dan sampai detik ini Fresa tidak mau memberi tahu siapa yang nyerang dia. Puas?" Tanya Kiki membuat semuanya terdiam.
Gibran terduduk lesu. Mereka semua sama seperti Gibran, khawatir. Tapi...
"Fresa dengarkan kakak!"
Bentakan Faza membuat Gibran dan yang lain langsung masuk ke dalam UKS.
"Dengarkan kakak?! For what?! Kakak gak pernah kasih aku kesempatan untuk menyelesaikan masalah aku sendiri! Kakak egois!" Balas Fresa marah.
"Kakak gak peduli kamu bilang apa. Keputusan kakak sudah bulat, besok kita ke Jerman. Dan kakak tidak menerima penolakan, kecuali jika kamu menyebut siapa pelaku tersebut" pancing Faza.
"Aku tau kakak seperti apa, aku akan ke Jerman!" Putus Fresa membuat Mahda dan yang lain terdiam kaku. Mereka tidak sanggup jika harus berpisah dengan Fresa. Mereka...
"Fresa hiks... Jangan pergi," kata Mahda.
"Ya Ca! Jangan pergi, apa jadinya Galmoners kalau gak ada lu? Ah Eca mah!" Balas Fanisa menangis.
"Tau ih Eca! Masa mau pergi ke Jerman, nanti kalau lu pergi yang bakal ledekin kita-kita siapa? Terus yang bakal bully Mahda siapa hiksss..."
"Yaa Ca. Gue ikhlas di Bully sama lu, yang penting jangan pergi. Hikssssss.."
"Tau Ca, kalau lu di Jerman sepi gak ada kita-kita" tambah Fanisa.
"Kan bisa video call" balas Fresa lirih.
"Ah! Gak seru. Hikss... Lebih seru tuh aslinya. Apaan cuma liat gambar doang, mana kita tahu di sana lu kenapa-kenapa" balas Mahda.
Mahda dan yang lain tidak mau persahabatan mereka harus terpisah jarak dan waktu. Mereka belum siap untuk itu. Sampai...
.
.
.
.
Plakkkkkk....
Suara tamparan terdengar begitu nyaring. Semua pandangan langsung menatap sosok cantik tersebut, sedangkan Fresa? Dia bahagia melihat kakaknya di tampar. Karena Fresa bahagia malaikat pelindungnya kembali.
❤️❤️❤️
Di tampar guys kak Fazanya. Semoga di sadar ya 🤭🤭 Jangan lupa follow ig aku ya @sweetchocopink. Terima kasih 💗 dan jangan lupa baca cerita - cerita ku yang lainnyaa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments