Part 2

Masa Orientasi Mahasiswa (MOM)

Masa terindah dalam sekolah adalah masa dimana kamu menemukan sahabat yang membuat kamu bahagia hidup di dunia.Dan kamu bisa memilikinya sampai akhir hayatmu.

****

Suasana Starlight University, terlihat begitu ramai. Mahasiswa dan Mahasiswi dengan pakaian stylist ala anak muda jaman sekarang, mulai memenuhi area sekolah. Mereka semua datang bukan untuk demo, kunjungan, atau cari jodoh. Melainkan mereka sedang menjalankan suatu program sekolah yang yang dinamakan Masa Orientasi Mahasiswa atau di singkat MOM. Sebenarnya kita bisa saja menyebutnya OSPEK. Tapikan ingin yang berbeda gitu, jadilah mereka menyebutnya MOM.

Starlight University ini, terletak di Bandung. Pemilik dari Starlight University adalah Stevano, Karena Stevano telah tiada, maka kepemilikan Starlight ini, jatuh kepada Marcelle Ar-Rasyid. Nah si setahu Mahda, Marcelle ini sangat cerdas sekali bahkan dia sudah mendapatkan kelar tertinggi dalam sejarah dunia pendidikan. Segala macam gelar kampus dan sertifikasi dia miliki Andai saja dia jomblo, pasti Mahda sudah lakukan pendekatan. Sayangnya, dia sudah menetapkan jodohnya sejak kecil.

Kembali ke Mahda dan kawan-kawannya. Kini, Mereka tengah berkumpul. Sambil memperhatikan semua orang sudah bersiap dengan aktivitas mereka hari ini. Ah, rasanya Mahda akan melakukan suatu hal yanh luar biasa.

"Pagi adik-adik!!!" teriak Mahda membuat ketiga sahabat Mahda dan yang lain langsung menatap panggung horor. Mereka belum prepare atau bicara apapun tapi Mahda? Langsung naik ke panggung dengan tampang polosnya?! Astaga!

Benarkan? Mahda melakukan hal yang sangat luar biasa. Dia tidak peduli anak-anak yang di bawah panggung menatapnya dengan bingung. Yang pasti Mahda akan menghibur semuanya hari ini. Tidak terkecuali satupun.

"Pacar gue makin hari makin cantik aja. Jika KUA dekat dari sini gue tarik tuh anak." tutur Evan sambil menatap Mahda yang sangat energik di atas panggung.

"Eh buaya darat! Enak aja lu kata. Gue sama yang lain gak bakal ikhlas kalau Mahda sama lu! Lu gak lupakan kita ini musuhan? Dan jangan gunain gencatan senjata ini sebagai kesempatan buat kalian modus. Awas aja!" omel Fanisa.

Musuh? Benar si. Dalam beberapa hal mereka sangat terbilang musuh. Apalagi sejak mereka memasuki kampus. Beh. Kubu Mahda dan Evan selalu saja cekcok apapun. Makanya sampai detik ini mereka sulit bersatu. Padahal ya, ini adalah detik-detik di mana meraka akan lulus nantinya. Yang seharusnya memberikan sebuah memori terindah di sisa usia mereka di sini.

"Aduh Fanisa yang cantik ngalahin Raisa. Jangan galak-galak dong. Nanti kalau akang makin cinta gimana?" tanya Fano. Membuat Fresa menatap cowok itu bingung. Pasalnya sejak kapan balok es bisa secair ini? Gini ya, Fano itu makhluk yang kalau bicara satu kata atau dua kata atau bahkan hanya hem saja. Tapi sekarang? Wah, Luar biasa ya. Mungkin karena masa bakti mereka di kampus akan habis, mereka mulai menunjukkan taringnya. Biasanya nih Fanisa selalu di buat kesal setengah mati olehnya. Tapi sekarang? Lebih dibuat kesal. Fanisa takut Fano dan yang lain tengah melancarkan aksi modusnya untuk menjebak mereka dalam kisah percintaan yang membuat Fanisa malas membahasnya.

"Eh! Balok es! Lu kesambet?" tanya Fresa ketus. Pasalnya wanita itu sangat tahu bagaimana tabiat Fano selama ini.

"Ya akang kesambet. Kesambet cintanya eneng Fresa," balas Gibran membuat Fresa melempar buku yang sedang ia pegang. Untung Gibran sigap jadi ia langsung menangkap buku tersebut. Nah, ini yang Fresa tidak sukai Gibran selalu saja bisa mengganggunya setiap saat apalagi sejak dia putus.

"Aduh pagi-pagi udah modus aja sama bekasan gue." celetuk lelaki dengan name tag--Bian.

"Yeh orang gila! Mantan sebulan aja belagu," kata Fanisa sinis. Ya benar adanya Fresa dan Bian berpacaran hanya sebulan. Karena ada suatu insiden yang membuat mereka semua sangat benci kepada lelaki di depannya. Lelaki yang katanya akan menjaga Fresa dan berjanji layaknya pria pada umumnya malah seorang ******** kelas kakap yang bersembunyi di tampang menyebalkannya.

"Sialan! Jaga mulut lu ya!" kata Bian geram.

"Yeh! Lu sokap? Mulut-mulut gue ya terserah gue," balas Fanisa.

"Bian... Bian... Gue heran sama lu. Ini yang gagal move on itu lu apa Fresa? Tapi kayanya bukan Fresa deh, toh dia biasa aja. Tapi lebih ke lu yang gagal move on," kata Evan mengejek.

"Nah! Bener banget Van. Ini kutu emang gak bisa move on dari mantannya. Kasian banget ya?" ledek Fanisa.

"Eh, Mulut mercon! emang lu udah move on?" tanya Bian sengit.

"Kepo dah lo," balas Fanisa dan Fresa bersamaan.

"Gengs! Udah ya, lebih baik kita susul Mahda. Kalian gak mau kan dia malu-maluin di sana?" tanya Kiki.

"Biarin aja dia di sana. Dia lagi galau gegara doi makin mesra sama pacarnya," balas Fanisa menyindir Alex.

"Lu nyindir gue?" tanya Alex, mantan sekaligus sahabat karib Bian.

"Gak! Nyindir orang yang tidak berperikemanusiaan dan perikeadilan," balas Fanisa ketus.

Ya, Alex sama seperti Bian, namun masih brengsek kan Bian. Jika Bian hampir melecehkan Fresa maka lain halnya dengan Alex. Dia memutuskan Mahda tiba-tiba tanpa alasan jelas. Jadi, kalian paham kan kenapa Bian hanya satu bulan saja menjalin hubungan dengan Fresa? Itulah alasannya. Hukum pidana bagi Bian adalah sia-sia. Karena lelaki itu bisa keluar kapan saja. Wajar anak pemerintah. Apapun yang merena lakukan bisa terkabulkan dengan mudah. Fresa dan keluarganya bisa saja menghancurkan mereka. Tapi, Fresa tidak mau menambah masalah dengan lelaki itu. Biarkan saja nant Tuhan yang akan balas semuanya.

"Wihhh ada mantan. Hello, mantan! Apa kabarnya hari ini?" tanya Mahda yang tiba-tiba bergabung. Emang dasar Mahda yang ceria jadi siapapun akan dia sapa termasuk mantannya.

"Gue mah baik. Emang lu!" balas Alex sinis.

Mahda mengernyit bingung, namun melihat wajah sahabat-sahabatnya ia langsung paham jika Alex memancing amarah sahabatnya.

"Yeh gembel! Gue juga baik. Ya, gue doain aja lu cepat putus sama cabe-cabean." celetuk Mahda.

Niatnya mau menjaga jarak malah bertemu dengan mantannya. Sialan emang! Mahda benci sekali dengan makhluk di depannya. Makhluk yang sangat tidak berperikemanusiaan! Masa memutuskannya tanpa alasan, lalu tiba-tiba sudah gaet perempuan lain. Gila kali ya dia.

"Mendoakan hal buruk bertanda belum move on." celetuk Bian.

"Yehhh si brengsek ada di sini! Eh gue kasih tau ya, move on atau belum itu urusan kita dan lu jadi cowok jangan sok kegantengan! Ingat karma berlaku brayy," kata Mahda.

Melihat suasana mulai menegang, Arkan langsung mengambil tindakan sebelum sahabatnya ikut andil membela orang yang mereka cintai.

"Stop guys! Ingat tujuan kita di sini, jangan sampai acara ini hancur karena ego kalian." kata Arkan tegas.

"Benar kata Arkan, untuk saat ini kita samping kan masalah hati. Sekarang, waktunya kita sambut murid baru. So, forget it!" kata Kiki membuat Arkan tersenyum.

Mahda dan yang lain menghela nafas kasar saat bos besar sudah memerintah. Mereka mulai menaiki panggung mengikuti bos besar yang lebih dulu menaiki panggung.

"Pagi adik-adik!" teriak Arkan.

"Pagi kakak ganteng." koor anak cewek membuat Mahda dan kawan-kawannya tertawa.

"***** ganteng." celetuk Mahda membuat gadis cantik itu di tatap tajam oleh Arkan.

"Ya, dia lumayan lah ya. Apalagi kalau lagi pakai kacamata gini," kata Kiki membuat Mahda dan yang lain menatap Kiki serius.

"Lu pac---"

"Gak lah!" potong Kiki saat tahu ke arah mana pembicaraan Fanisa.

"Ya kalaupun lu pacaran kita mah dukung aja. Asal jangan pria brengsek," ucap Fresa. Karena dia tidak mau sahabatnya merasakan apa yang ia rasakan.

"Baiklah adik-adik. Sebelumnya kami ucapkan selamat kepada kalian karena bisa melewati ujian dengan baik dan juga selamat datang di rumah baru kalian, Starlight University," tutur Arkan dan di sambut dengan tepuk tangan meriah.

"Okey, terima kasih atas tepuk tangannya. Nama kakak Arkan Hutama. Ketua BEM di Starlight tercinta ini. Dan kakak juga wakil ketua basket," kata Arkan.

"Hello semuanya! Nama kakak Gibran Pahlevi. Wakil ketua BEM dan kakak juga wakil ketua futsal. Ah satu lagi, pacar kakak. Fresa Aditya." tunjuk Gibran ke arah Fresa yang sedang menatapnya tajam.

"Cieee.. patah hati ya. Nama kakak Fanisa Wijaya. Sekretaris dan ketua jurnalis," kata Fanisa.

"Aduh adik-adik jangan patah hati ya, masih banyak kakak tampan di sini yang jomblo kok. By the way. Nama kakak, Kiki Rahardja. Bendahara dan ketua modern dance," ucap Kiki.

"Nama kakak Fano malik. Ketua basket," ucap Fano singkat.

"Nama gue Bian. Senior di sini dan gue anggota basket." tutur Bian. Dalam hati Mahda dan kawan-kawan mereka malah menertawakan lelaki yang harusnya lulus setahun lalu malah stuck di sini. Dasar anak manja.

"Sama kaya Bian. Kakak senior di sini dan sebelumnya jabatan kakak ketua BEM dan sekarang masih menjabat ketua basket." jelas Alex. Sama aja dengan makhluk satu ini, mungkin karena orang tuanya satu kubu kali ya. Jadi gitu.

"Nama kakak Fresa Aditya, anggota BEM, dan jurnalis," ucap Fresa malas.

Sebelum Gibran memulai modusnya, Fresa langsung menginjak kaki Gibran. Beruntung cowok itu di sampingnya tadi, jadi ia bisa melakukan kekerasan padanya.

"Jangan envy sama mereka ya. Nama kakak Mahda Adijaya. Ketua dari band sekolah," ucap Mahda.

"Hello fans! Nama kakak Evan Laksono. Ketua futsal dan pacar dari Mahda," ucap Evan.

"Yeh? Lu gila?" tanya Mahda tajam.

"Ya aku gila! Gila karena kamu cantik." tutur Evan membuat anak-anak berkoar "cie".

Perkenalan terus berlanjut kepada anak-anak BEM dan ekstrakulikuler lainnya. Hingga akhirnya mereka masuk ke acara inti.

"Baiklah karena sudah selesai semuanya. Sebelumnya kakak akan kasih tau apa yang kalian lakukan seminggu ini. Hari pertama perkenalan kampus. Hari kedua, game dan hiburan. Terakhir camping sekaligus penutup acara." Jelas Arkan.

"Seperti yang sudah Arkan katakan tadi, sekarang kakak akan membacakan nama kelompok dan pembimbing kalian. Harap di dengarkan baik-baik." kata Kiki.

Selama pembacaan nama kelompok, Mahda sering kali curi-curi pandang ke arah Alex. Membuat Fresa yang berdiri di sampingnya mendengus kesal.

"Ada ya, orang udah di sakitin masih aja baik," celetuk Fresa.

"Gue cuma masih mau nunggu alasan dia mutusin gue Ca. Gue bodoh banget ya?" tanya Mahda sendu.

"No and yes," balas Fresa ambigu.

"Ish! Eca mah nyebelin!" kata Mahda merajuk.

Fyi, Eca adalah panggilan untuk Fresa dari ketiga sahabatnya.

"Sorry deh," balas Fresa acuh tak acuh.

Setelah Kiki selesai membacakan daftar kelompok, anggota BEM lainnya mulai gabung dengan kelompok mereka termasuk Galmoners dan FEGA.

*****

Fresa Aditya, tengah berjalan sendiri di lorong kampusnya. Ia meninggalkan kelompoknya di bawah bimbingan Gibran dan Bian. Berada di sekitar mereka membuat kepala Fresa pening. Apalagi jika harus mendengar ocehan dari si brengsek. Rasanya ingin sekali menyumpal mulutnya detik itu juga.

"Well... Well... Well... Ada sahabatnya kuman di sini," kata cewek gembel dengan pakaian ketatnya. Kenapa Fresa bilang gembel? karena wanita itu adalah wanita pengganggu yang dia kenal.

"Eh? Biji cabe!" celetuk Fresa.

"Jaga ucapan lu ya!" bentak cewek di depan Fresa.

"Ya gua jaga. Saking jaganya gue gak bakal nikung orang!" kata Fresa tajam.

Fresa melihat perubahan wajah wanita yang sekelas dengan Bian dan Alex itu, hanya bisa tersenyum sinis. Dasar perusak hubungan orang!

Baru saja Fresa ingin kembali, bahunya di tarik sehingga dirinya berbenturan dengan tembok di sampingnya. Wanita ini mau cari masalah dengannya.

"Merasa kalah heh?" tanya Fresa sinis.

Entah kapan cewek gila dihadapan Fresa mengambil benda tajam karena saat ini dia tengah merasakan sakit di sekitar telapak tangannya. Akibat wanita gila ini.

"Puas?" tanya Fresa tajam sambil meringis menahan sakit di telapk tangannya.

Sial! kalau kaya gini pasti yang lain akan menanyakan banyak hal. Fresa membantin. Ia rasanya ingin menjambak rambut wanita itu tapi entah kenapa dia jadi ingin duduk sekarang akibat ngilu yang dia rasakan.

"Sangat! Bye sahabat kuman!" ucap cewek gila.

Fresa mengumpat saat tangan kanannya sudah di penuhi darah. Tidak perlu menunggu lama, dia langsung menghubungi ketiga sahabatnya dan setelah itu ia terduduk lesu di lantai. Sumpah Fresa sangat benci saat dia selemah ini.

****

Mahda, Fanisa dan Kiki langsung berlari kencang saat mendapati voice chat dari Fresa. Mereka tahu pasti ada hal buruk yang terjadi dengan Fresa. Makanya mereka berlari meninggalkan tempat masing-masing dengan berpamitan ke toilet.

"Mahda, lu ke UKS. Gue ambil alat kebersihan dan Fanisa lu susul Fresa!" perintah Kiki. Membuat mereka langsung berpencar. Buat apa alat kebersihan? Ya pastinya membersikan sesuatu yang akan mereka temukan.

"Fresa!" teriak Fanisa berlari secepat kilat. Tenang guys mereka perempuan yang sukanya pakai sneekers dibandingkan heels kaya anak jaman sekarang.

"Hai, Fan! Gak ada yang curiga kan?" tanya Fresa membuat Fanisa terdiam kaku.

"Ah! Sepertinya tidak." lanjut Fresa karena sahabatnya hanya diam tidak mau menjawab pertanyaannya.

Fanisa diam karena dia horor menatap darah yang ada di tangan Fresa. Ia bersumpah akan membalas siapapun yang melukai Fresa. Apalagi membuatnya sangat lemah seperti sekarang ini.

"Fresa!" teriak Kiki dan Mahda.

Mereka berjalan mendekati Fresa dengan barang bawaannya. mereka yakin, ini tidak cukup untuk di balut. Apalagi pecahan kaca tersebut masih nyangkut di tangan Fresa membuat mereka menatap ngeri.

"Terpaksa kita har-----"

"Fresa?!"

Teriakan yang sangat mereka hafal membuat mereka menegang. Bahkan keempat gadis cantik tersebut tidak berani memutar tubuhnya.

"Sudah kakak duga! Kalian minggir!"usir kakak laki-laki Fresa, Faza.

Faza Aditya, pria tampan yang juga dokter ini langsung mengobati adiknya. Ia sudah menduga jika ada hal buruk dengan adiknya dan benar saja. Firasatnya tidak pernah salah perihal adiknya.

"Siapa pelakunya?" tanya Faza sambil menjahit luka adiknya. Beruntung sekali di dalam tasnya selalunada alat-alat seperti ini. Kalau tidak pasti kampus akan heboh dengan kedatangan Faza yang nantinya menggendong Fresa keluar dari kampus. Secara Faza juga di sini memiliki fans. Wajar jika Fresa malas berdekatan dengan kakaknya.

"Tadi aku jatuh kak," balas Fresa berbohong.

"Baiklah jika kamu mau kakak yang turun tangan. Jangan harap kakak akan melepaskan orang itu!" ucap Faza.

"Stop kak! Aku capek kalau kakak kaya gini, aku juga mau kaya anak yang lain. Please, beri aku kesempatan aku akan balas dia." kata Fresa.

"Baiklah, kakak kasih kamu waktu seminggu ini, lepas itu jangan harap orang itu lepas dari genggaman kakak!" kata Faza.

Mahda dan kedua sahabatnya menahan nafas selama mendengar perbincangan Fresa dan kakaknya. Faza adalah orang yang paling menyeramkan, jadi mereka lebih baik tidak ikut campur saat Faza berbicara. Karena bertemu dengan Faza sama halnya dengan bertemu malaikat maut.

"Kembali ke ruang kelas kalian! Biar petugas kebersihan yang membereskan." perintah Faza.

Di saat Galmoners meninggalkan TKP, Faza sudah menyeringai di tempatnya. Ia bahkan langsung meminta anak buahnya untuk mengambil rekaman cctv. Adiknya memang bisa menyelesaikan sendiri, tapi Faza akan membalasnya berkali-kali lipat.

*****

Ternyata, di saat Galmoners sibuk dengan Fresa tadi, acara pengenalan selesai, bahkan tinggal anak BEM yang sedang mempersiapkan diri untuk esok.

"Syukurlah Ca. Kalau sampai lu ketemu Gibran, gue gak tau dia bakal ngapain lu nantinya," kata Fanisa.

"Kenapa sama gue? Dan apa yang bakal gue lakuin?" tanya Gibran tiba-tiba.

"Kepo lu kambing!" celetuk Fresa mengalihkan keterkejutan mereka.

"Kalian perginya lama banget ada apa?" tanya Arkan serius.

"Tadi di panggil dosen," balas mereka kompak.

"Widih! Sudah tyduck diragukan jika Galmoners selalu kompak!" kata Evan.

"Hahaha.. lucu!" balas Fresa.

"Dia gak lucu Ca! Tapi lebay, dan saking lebaynya, ingin gue musnahkan dia!" balas Mahda ketus.

"Kalau lu musnahin gue tar lu kangen lagi." celetuk Evan.

"Hahaha kangen? Sama lu?! Najis!" balas Mahda ketus.

"Tangan lu kenapa Ca?!" tanya Gibran dengan nada dinginnya.

"Lu tau gak ? Fresa jatuh gegara liat ghost!" balas Fanisa antusias.

"Lu kira gue ****! Fresa gak takut sama yang begitu!" omel Gibran. Membuat Fanisa mengumpat dalam hati. Gibran menyebalkan!

"Gak usah ngomel berapa bro?" tanya Fano dingin.

"Diem No! Tangan lu kenapa?!" tanya Gibran sengit.

"Cuma jatuh tadi." balas Fresa lembut, membuat emosi Gibran menghilang seketika.

"Anjay jinak!" ledek anggota BEM yang lain.

"Emang gue binatang buas!" umpat Gibran.

"Lu bukan binatang buas Gib! Tapi lu buaya darat," balas Fanisa membuat yang lain terbahak.

Mereka bersyukur hari pertama berjalan dengan lancar. Tanpa mereka sadari ada masalah yang terjadi hari esok. Dan semoga saja Galmoners bisa menyelesaikan masalahnya dengan baik.

❤️❤️❤️

Terpopuler

Comments

faizaaulia

faizaaulia

emm.blh nanya gak?? fyi tu paan yak?? dulu tau skrg udh lupa:v

2020-06-30

1

Yanti Alzam

Yanti Alzam

2020-06-30

0

Linda Lintang Sari

Linda Lintang Sari

💖💖💖💖

2020-02-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!