"Sudah hampir waktu tutup kebun, kita ke sana yuk, pasti sudah mulai sepi sekarang," ucap Azam mengajak anak-anak. Azam sengaja mengajak anak-anak ke kebun menjelang waktu tutup, agar tidak terlalu ramai sehingga busa menikmati petik apel dengan leluasa.
"Ayo Dik," ucap Azam mengajak Silvira.
"Duluan saja Mas, aku mau menelpon budhe dulu," ucap Silvira.
"Iya, nanti nyusul ya," ucap Azam. Silvi hanya mengangguk. Mereka sama-sama keluar rumah, namun Azam dan anak-anak serta bu Wati menuju ke kebun apel, namun Silvi berjalan ke arah kanan kebun apel.
Si kembar sangat senang memetik buah apel di sana, bu Wati dengan sabar menemani mereka, sedangkan Azam memeriksa administrasi dan pembukuan di sana bersama kakaknya. Walaupun Azam sudah sangat percaya kepada kakaknya, namun kakaknya tetap memintanya memeriksa administrasi kebun paling tidak sebulan sekali.
"Alhamdulillah, maa syaa Allah, bulan ini profit kita lumayan banyak ya Mas," ucap Azam.
"Iya Alhamdulillah, ini juga karena UMKM di sekitar sini yang nitip merchandise dan camilan khas," sahut Amir.
"Iya, alhamdulillah kalau kita bisa membantu masyarakat sini juga," tukas Azam.
"Kamu gak ngajuin pindah ke sini aja? Biar kita bisa kelola sama-sama, dekat sama bapak ibu juga," kata Amir.
"Sebentar lah Mas, aku sudah senang tinggal di sana, aku mau mikirin nikah dulu," jawab Azam.
"Hmm, wah ikut senang Mas dengernya, yang itu tadi calonnya?" tanya Amir.
"Iya, dia, itu anak-anaknya, mereka anak yatim, sangat membutuhkan seorang ayah, jadi iya aku akan menikahi mamanya," jawab Azam.
"Terus kapan jadinya hari akadnya?" tanya Amir lagi.
"Masih belum tahu mas, nunggu dia mau telpon budhenya dulu, minta pendapat,"
"Kenapa budhenya, ayah ibunya dimana?"
"Dia yatim piatu Mas, gak punya saudara kandung juga, jadi satu-satunya keluarga cuma budhenya, tinggalnya di kota ini juga Mas,"
"Kamu kenal dia sudah lama?" tanya Amir seperti interogasi.
"Aku baru ketemu dia empat kali ini, pertama waktu dia ke kantor nyari temanku, kedua waktu aku minta bertaaruf dengannya, ketiga ketemu di mall yang tidak kami sengaja, keempatnya hari ini aku lamar dia," jawab Azam.
"Kamu ini kok aneh sih, mau nikah sama orang yang belum dikenal baik, kok gak kenalan dulu, penjajakan, pacaran," ucap Amir.
"Mas, pacaran bikin dosa aja, nti aja pacaran setelah menikah, biar keren, hehehehe," ucap Azam mencoba memberi pengertian kepada kakaknya yang masih belum paham tentang ta'aruf.
"Mas, aku sama dia sama-sama sudah dewasa, sama-sama sudah pernah menikah, kalau kami pacaran bisa mas tau lah kami bakal ngapain aja, makanya untuk menghindari dosa, aku akan secepatnya menikahinya," lanjut Azam.
"Tapi kan kamu sama sekali gak kenal dia, kenapa bisa mempercayainya? Dia orang yang baik? Setia? Apalagi dia tahu setengah agro wisata ini milik kamu," tanya Amir, yang memang mengkhawatirkan Azam akan gagal berumah tangga lagi.
"Aku percaya sama yang ngenalin dia, yaitu Ammar. Ammar temanku sekantor, Silvi itu teman kuliahnya, sudah kenal Silvi lama banget, dan dia yang menjodohkan kami, kalau masalah materi, dia itu punya klinik kecantikan di empat kota, jadi meski aku tidak menikahinya dia sudah sangat berkecukupan,sudah Mas, aku mohon doanya saja ya," pungkas Azam.
"Iya pasti, kalau kamu sudah yakin dengan pilihan dan keputusanmu, Mas pasti doakan yang terbaik untuk kalian," ucap Amir akhirnya.
"Aku nyusul anak-anak dulu ya," ucap Azam kemudian, dia segera masuk ke kebun mencari anak-anak.
"Om...!!!" seru Fahri dan Farhan ketika melihat Azam berjalan ke arah mereka.
"Mama mana Om?" tanya Fahri setelah Azam sudah berdiri di dekat mereka.
"Lho Mama belum ke sini?" tanya Azam balik.
"Belum, bukannya sama Om tadi??" sahut Farhan yang ikut mencari mamanya.
"Ini sudah satu jam lebih, sebentar lagi Maghrib juga, coba kalian telpon ya, yuk kembali ke rumah, apelnya biar dibawain mas nya yang jaga," ucap Azam sambil membawa anak-anak dan bu Wati kembali ke rumah.
"Gak aktif hp nya Om," ucap Farhan setelah mencoba menelpon mamanya.
"Ya sudah kalian tenang dulu, masuk ke rumah sama bu Wati, Om pasti bawa pulang Mama lagi," ucap Azam mencoba menenangkan si kembar walau dia sendiri panik. Si kembar kemudian masuk ke rumah orang tua Azam bersama bu Wati, menunggu Mamanya kembali.
"Ada apa Zam?" tanya Aris yang ada di depan kebun.
"Silvi, Silvira hilang, dia tadi ke arah sana, katanya mau telpon, terus kalau sudah mau nyusul ke dalam, tapi sampai sekarang gak muncul, ditelpon gak bisa," jawab Azam.
"Oh iya tadi sore kata satpam ada kecelakaan di depan minimarket, yuk kita cari tahu, mungkin aja ada petunjuk," ucap Amir.
"I..iya Mas," ucap Azam sambil berjalan mengikuti Amir ke minimarket yang dimaksud, hatinya tak karuan, membayangkan yang tidak-tidak, bagaimana jika terjadi sesuatu dengan Silvira, dia baru saja melamarnya, tapi dia sudah gagal menjaganya, bagaimana nanti dia bisa menghadapi anak-anak.
"Zam, kamu tenang dulu, biar aku yang tanya," ucap Amir yang tahu adiknya begitu khawatir dengan calon istrinya. Azam hanya mengangguk menuruti kakaknya.
"Permisi Bu, mau nanya," ucap Amir kepada Ibu pemilik minimarket.
"Oh iya Mas Amir, ada yang bisa saya bantu?" sahut pemilik minimarket yang tentu saja mengenal Amir.
"Tadi apa benar ada kecelakaan di depan sini?" tanya Amir.
"Iya bener, tadi itu ada wanita habis belanja di sini, pas keluar padahal masih di tepi jalan langsung disrempet mobil, eh ternyata yang nyetir lagi mabok, kasihan tuh mbak nya kakinya patah kayaknya," kata ibu pemilik minimarket.
"Oh Allah," lirih Azam.
"Sst, belum tentu itu Silvi," ucap Amir menenangkan Azam yang kembali mulai panik.
"Wanita itu pakai baju apa Bu?" tanya Azam.
"Kalau gak salah biru bajunya, tadi cepet banget kok, untung ada yang nolongin, langsung panggil ambulan, langsung dibawa tuh ke RS kota,"
"Silvi pakai baju biru langit tadi Mas," ucap Azam.
🌷🌷🌷
Flash back on...
Silvira duduk di bangku panjang di depan minimarket sebelah pintu masuk kebun apel. Dia kemudian menelpon budhenya.
📲 "Assalamualaikum Budhe," sapa Silvira.
📲 "Waalaikumusalam, Nduk apa kabar?" tanya budhe.
📲 "Alhamdulillah sehat Budhe, Budhe juga sehat kan?" tanya Silvi balik.
📲 "Iya, ada apa ini kok tumben telpon budhe,"
📲 "Begini Budhe, saya sepertinya dalam waktu dekat mau menikah,"
📲 "Lho, sudah ada calonnya kah?"
📲 "Alhamdulillah sudah ada Budhe, Budhe jangan khawatir ya, memang terlihat mendadak, tapi anak-anak sudah setuju, dan ini tinggal nunggu restu dari Budhe saja,"
📲 "Oalah, iya, kapan kamu bawa calon suamimu ke rumah Budhe?"
📲 "Nanti malam in syaa Allah, sudah dulu ya Budhe, nanti aku kabari kalau mau ke sana," pungkas Silvi.
Daan tiba-tiba...
Bruuuakkkkk!!!!!!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
🌷𝙈𝙗𝙖 𝙔𝙪𝙡 ☪
innaalillahi wa innaa ilaihi roji'un...
semiga tdk terjadi hal yg fatal pd silvira....
2021-11-26
1