Meja makan.
Semua penghuni meja makan menikmati makannya dengan lahap.
Rara yang sudah selesai sarapan asik melihat melihat ponselnya.
Saking asiknya dia tidak mendengar panggilan Ara yang berulang.
Ryan yang ada di dekatnya memanggilnya sedikit keras.
"Khanza.... Khanza Ghaniya! Di panggil mama tuh!"
Rara menoleh pada kakaknya dengan wajah masam.
"Aku sudah bilang jangan memanggilku dengan sebutan itu. Namaku Rara... Rara Artawijaya." katanya agak keras menatap tajam pada kakaknya.
"Apaan manggil manggil aku dengan nama jelek itu!" comelnya kesal. Lalu melihat kembali ke layar ponselnya dengan bibir manyun.
Semuanya tersenyum senyum mendengar ucapannya.
"Di panggil Rara nggak dengar. Giliran di panggil Khanza langsung noleh. Jelek apaan coba? Kakak malah merasa kamu lebih suka di panggil dengan nama itu! Khanza....Khanza, Khanza Ghaniya. Nama yang indah!" kata Ryan kembali meledeknya.
Rara menatapnya dengan emosi.
"Ih kakak.... jangan sebut nama itu lagi. Aku benci...!" katanya dengan suara meninggi. Wajahnya yang memerah antara sedih dan marah.
"Ryan, berhentilah menggoda adikmu!" kata Rafa menatap tajam kepadanya.
"Maaf pa...!" Ryan segera tutup mulut dengan menahan tawanya.
Yang lainnya masih dengan senyuman menghiasi wajah.
"Rara sayang. Mama tuh manggil kamu sejak tadi. Kamu asik sama ponselmu makanya gak dengar panggilan mama." kata Riez buka suara.
Rara segera melihat pada Ara.
"Maaf ma, Rara gak dengar. Rara begitu terpukau melihat destinasi destinasi wisata di Eropa. Ada apa ma?"
Ara menatapnya tersenyum.
"Mama sudah menyampaikan keinginan mu sama papa. Papa dan Mama tidak akan melarang mu pergi. Terus di Eropa nanti kamu akan tinggal di mana? apa di rumah kita, atau di villa, hotel, di apartemen atau ada tempat yang kamu sukai? Kamu tinggal pilih, mama akan segera memberitahu pada pengurus tempat kita di sana." katanya menjelaskan.
"Atau kalau kamu mau tinggal di rumah kakakmu Ci...!"
"Aku mau tinggal di hotel." potong Rara segera. Tak ingin mendengar kata Cio. Dia kembali melihat pada ponsel dengan wajah masam.
Ara dan Rafa saling berpandangan.
Ketiganya kakaknya juga terdiam.
Ara langsung mengulas senyum.
"Baiklah sayang, jika itu keinginan mu!"
"Papa akan segera menyiapkan segala keperluan mu selama di sana. Kamu bebas tinggal di mana saja di tempat kita yang berada di sana. Kamu tinggal kasih tahu mama, nanti mama yang akan mengurusnya! Jaga diri di sana baik baik. Dan ingat, jangan melakukan sesuatu yang membuat papa mama kecewa!" ujar Rafa.
"Iya pa, Rara selalu ingat pesan papa dan mama! Oh ya, aku punya permintaan. Aku nggak ingin ada yang tahu perjalanan ku ke Eropa." ucap Rara.
Rafa dan Ara mengerti dengan perkataan itu.
Yang tak ingin keberadaannya di Eropa di ketahui oleh Cio.
Rafa geleng-geleng kepala dengan sikap putrinya. Yang hingga detik ini masih membenci Cio, ponakannya itu.
Saat ini Cio berada di Australia karena perjalanan bisnis. Dia bertemu dengan keponakannya itu di sana. Karena keduanya mempunyai tujuan yang sama datang ke Australia. Bersama pengusaha besar lainnya melakukan pertemuan bisnis.
Dan Cio mengatakan kepada dirinya akan menetap dan tinggal di Australia untuk beberapa waktu karena masih mengurus bisnisnya di negara itu.
Pemuda itu masih sempat menanyakan Rara.
Sudah dapat di pastikan Rara tidak akan bertemu dengan Cio di Eropa.
Rara tidak tahu kalau kakaknya itu kini telah tumbuh menjadi seorang pemuda yang gagah dan merupakan pengusaha besar ternama berkat ketekunan dan kerja kerasnya.
"Mau kakak temani?" sahut Raka.
"Nggak perlu kak, Rara mau pergi sendiri. Rara ingin mandiri tak mau menyusahkan orang lain. Lagian kakak juga sibuk dengan urusan Yayasan!"
"Baiklah jika itu keinginan mu. Kamu hati hati di sana dan jangan lupa shalat!"
Rara mengangguk.
"Jika butuh sesuatu atau ada apa apa segera hubungi kakak!" timpal Riez seraya mengusap kepalanya.
"Kepada kakak juga! Kakak menyayangi mu! Maaf ya tadi." imbuh Ryan tersenyum manis.
Rara kembali mengangguk, menatap wajah ketiga kakaknya bergantian.
"Yuri akan menemanimu. Anggaplah dia adalah teman perjalanan mu. Dan untuk hal ini kau tidak boleh menolak." kata Rafa.
Yuri adalah anak perempuan pak Sam (masih ingat kan dengan pak Sam?), kepala pelayan rumah utama. Umur Yuri 29 tahun.
Rafa mempercayakan Yuri sebagai teman perjalanan putrinya karena wanita itu mempunyai kemampuan ilmu bela diri dan menguasai bahasa asing. Yuri juga tahu orang orang yang tergabung dalam anggota topeng hitam. Selain itu Rara dekat dengan Yuri.
"Baik pa..!" kata Rara tak berani menolak. Karena apa yang menjadi keinginan papanya tidak bisa di tolak dan di bantah.
Papanya, meski begitu sayang dan memanjakan mereka berempat, tapi tetap menerapkan kedisiplinan dan aturan keras pada pada mereka selama itu untuk kebaikan mereka.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
𓂸ᶦᶰᵈ᭄🇪🇱❃ꨄ𝓪𝓢𝓲𝓪𝓱࿐
4
2022-02-24
1
Aris Pujiono
semakin menarik
2022-02-03
0
auliasiamatir
berati cerita ini, ada bagian satunya yah Thor,..
ini cerita lanjutan yah
2022-01-24
1