Khanza & Gracio

Khanza & Gracio

1. Perampok

Halo semua, bagaimana kabarnya? Semoga sehat terus dan selalu dalam lindungan Allah SWT, Amiin......

Jumpa lagi di karya author yang ke tiga.

Tak bosan bosan author meminta dukungan dari readers semua.

Karya ini masih kelanjutan dan berhubungan dengan karya author sebelumnya, Rafa & Ara.

Ikutin ya, jangan lupa tinggalkan jejak dukungannya😍

Next......

Di tempat parkir sebuah SMA Bergengsi.

"Raka.....!" panggil agak keras seorang wanita berumur 37 tahun pada seorang siswa muda berumur 16 tahun.

Yang di panggil langsung menoleh.

Dia sangat kenal dengan suara itu.

"Mama...!" ucapnya begitu melihat siapa yang memanggil. Dia tersenyum dan langsung melangkah sedikit cepat ke arah wanita yang di panggil MAMA. Begitu tiba di depan wanita itu, dia segera mengambil tangan kanan mamanya dan mencium punggung tangannya.

Wanita itu tersenyum menatap wajah tampan putranya.

"Mana adikmu nak?" tanyanya setelah lelaki yang bernama Raka mencium punggung tangannya.

Raka celingak-celinguk melihat ke arah pintu keluar sekolah. Matanya kelayapan mencari sesuatu, yaitu adik perempuannya.

"Tuh dia....!" tunjuk Raka pada seorang siswi yang tampak keluar dari pintu bersama dua orang temannya.

Wanita anggun berparas cantik meski usianya tiga tahun lagi memasuki kepala Empat, mengikuti arah telunjuk putranya.

Ara... AZAHRA Radya Almira tersenyum melihat putrinya.

"Rara....!" panggil Raka sedikit keras.

Siswi yang bernama Rara menoleh. Wajah manisnya mengulas senyum melihat ke arah mama dan kakaknya. Rara melambaikan tangan pada mereka berdua.

Dia pamitan pada kedua temannya, lalu segera mendekati Ara dan Raka.

"Mama....!" ucapnya tersenyum, lalu mencium tangan mamanya.

Keduanya saling bertatapan sejenak. Menatap wajah manis putrinya.

Kemudian menuju mobil, masuk dan meninggalkan tempat itu.

Dalam perjalanan mereka berbincang tentang kegiatan sekolah dan pelajaran hari ini. Serta rencana liburan akhir semester ganjil.

Sesekali saling bergurau dan bercanda.

Ara selalu menjemput anak anaknya jika punya waktu dan kesempatan di sela sela kesibukannya.

Saat melewati jalan yang agak sepi.

Ara menginjak Rem tiba tiba-tiba.

Bugh....

Terdengar bunyi seperti sesuatu yang di tabrak. Di susul pekikan dari depan mobil mereka.

Ketiganya terkejut.

"Suara apa itu?" tanya Rara. Melihat pada mama dan kakaknya bergantian.

"Entahlah, mama gak tahu. Tapi sepertinya mama menabrak sesuatu!" kata Ara tidak tenang. Dia sendiri bingung kok bisa menabrak sesuatu? Karena dia gak melihat ada orang di depan. Dan selama ini dia selalu hati hati dalam mengemudi.

Hah?

Raka dan Rara kaget saling berpandangan.

Mereka melihat ke depan.

"Biar mama periksa dulu!" kata Ara hendak membuka mobil untuk turun.

Tapi gerakannya terhenti ketika Raka menahan tangannya. Raka melihat sebuah mobil berhenti di arah seberang jalan. Dia khawatir penumpang mobil itu akan menyalahkan dan menyakiti mamanya.

"Ada kecelakaan!" teriak sopir melihat tubuh terkapar di depan mobil mereka.

Penumpang mobil tersebut langsung keluar dan menuju ke arah mobil Ara. Empat Pria bertubuh kekar.

Beberapa detik berlalu, muncul mobil yang lain dan ikut berhenti.

Rara jadi takut, begitu juga dengan Ara.

Melihat orang mulai berdatangan.

"Mama tenang....!" Raka menenangkan keduanya melihat ketakutan di wajah mereka. Dia memegang kedua tangan wanita itu.

"Hey, buka pintunya!" terdengar suara keras dari luar di disertai ketukan keras pada jendela mobil.

Mereka tersadar melihat sudah ada beberapa pria yang berkumpul di depan mobil mereka.

"Cepat keluar!" kata salah seorang di antara mereka.

"Aduh....gimana nih? Rara takut!" Rara ketakutan di tempat duduknya.

Ara juga semakin cemas dan tidak tenang.

"Tenanglah, aku akan keluar. Mama dan Rara di dalam saja." kata Raka berusaha kuat meski dia sendiri tidak tenang.

"Tidak Raka...kamu temani adikmu saja di sini! Mama yang akan keluar. Mama....!"

"Aku yang akan menanganinya, percaya deh sama aku!" potong Raka segera. Dia tahu saat ini mamanya juga sangat takut di lihat dari tangannya yang gemetar.

Ketukan keras pada pintu mobil kembali mengangetkan mereka. Ara dan Rara menjerit ketakutan. Keduanya saling berpelukan.

"Cepat keluar!" teriakan dari luar.

Raka hendak membuka pintu mobil.

"Raka....nanti mereka akan berbuat jahat kepadamu. Biar mama saja nak, mama nggak ingin kamu kenapa napa! Mama yang menabrak, maka mama yang bertanggung jawab!" Ara menahan tangannya.

Raka tersenyum berusaha tenang agar mamanya tidak khawatir.

"Mama jangan cemas. Percayalah padaku. Aku tidak akan apa apa!" dia lebih khawatir jika mamanya yang turun. Khawatir orang orang itu akan menyakiti mamanya.

Ara menatap wajah putranya semakin khawatir.

Dia geleng-geleng kepala meminta Raka untuk tidak keluar.

"Di antara kita harus tetap keluar untuk menyelesaikan masalah. Aku harus keluar sebelum mereka semakin brutal merusak mobil dan menyakiti kita semua. Biar aku yang menghadapi mereka. Begitu aku keluar... cepat kunci pintu mobil!" Raka mengecup tangan mamanya. Lalu menatap wajah Rara yang pucat. Dia mengusap lembut wajah pucat adiknya, berusaha tersenyum untuk menenangkan. Lalu segera membuka pintu dan turun.

Ara dengan gerakan cepat mengunci pintu mobil otomatis.

"Ada apa pak?" tanya Raka berusaha tenang. Tubuhnya langsung di tarik kasar beberapa pria ke depan mobil.

Raka terkejut melihat seorang wanita yang terkapar di bawah depan mobil mereka. Di sampingnya ada gadis sebaya dirinya yang menangisi wanita itu. Sepertinya wanita itu adalah ibunya mendengar sang gadis memanggil IBU untuk bangun.

Gadis itu menatap Raka seraya mengedipkan matanya berulang seolah memberi isyarat pada dirinya.

"Bocah ingusan. Mobil kalian menabrak wanita ini. Kau harus tanggung jawab." kata seorang pria di antara mereka kasar.

Raka menurunkan tubuhnya dan mendekati tubuh wanita itu. Dia meriksa denyut nadi.

Seseorang pria menariknya dengan kasar.

"Mobil kalian telah menabrak wanita ini. Kalian harus tanggung jawab!" menatap tajam pada Raka. Yang lainnya ikut mendesak Raka.

"Iya....kami akan tanggung jawab. Tenang dulu. Saya akan segera menghubungi ambulance untuk membawa ibu ini ke rumah sakit!"

Raka merogoh ponselnya di saku celananya.

"Lihat...bukan dia yang menyetir mobil." kata pria lain melihat pada Ara yang duduk di belakang setir.

Mereka ikut menoleh dan mendekati pintu Ara.

"Hey, keluar kau. Kau harus tanggung jawab!" teriak mereka mengetuk keras pintu mobil.

"Pak.... siapapun yang menyetir, kami akan tanggung jawab. Tolong Jangan kasar begitu. Kami akan tanggung jawab. Saya juga akan menghubungi pihak kepolisian!" kata Raka.

"Wanita tidak berperasaan. Menabrak orang malah mengurung diri di dalam. Bukannya turun dan melihat!" kata yang lain, Alih-alih mendengar perkataan Raka.

"Cepat turun!"

"Turun....!"

"Turun...!"

"Turun atau kami akan hancur kan mobil ini!" Menggoyang goyangkan mobil Toyota Alphard mewah tersebut. Lalu mengetuk keras kaca mobil. Bahkan sudah ada yang menggunakan batu. Sebagian dari mereka menahan Raka yang berusaha menenangkan mereka untuk sabar dan berpikir jernih.

Di dalam mobil, Rara menahan Ara untuk tidak turun.

"Mama harus turun nak!" kata Ara.

"Tapi bagaimana jika mereka nyakitin mama? lihat mereka sangat brutal!" kata Rara ketakutan.

"Mama akan bicara baik baik. Mereka menahan kakak mu. Mama khawatir mereka akan nyakitin kakak kamu. Kita juga harus segera membawa ibu itu secepatnya ke rumah sakit!" kata Ara menjelaskan.

"Kamu tetap di dalam sini jangan keluar."

"Tapi ma...!"

"Teruskan menghubungi papa mu!" sejak tadi mereka menghubungi Rafa tapi tidak di angkat. Mungkin Rafa lagi sibuk.Tapi sesibuk apapun Rafa tetap akan mengangkat telepon dari mereka, tapi entah kenapa kali ini tidak.

Ara segera turun.

Begitu turun dia langsung di tarik kasar oleh mereka.

"Hey, jangan kasar seperti itu." Raka langsung menggunakan seluruh kekuatannya melepaskan diri dari pegangan mereka.

Dia tidak terima mamanya di perlakukan kasar seperti itu.

"Tolong jangan kasar pada mama saya!" teriaknya. Raka segera menarik tubuh Ara dari pegangan mereka dan menaruh di belakangnya.

"Saya kan sudah bilang akan tanggung jawab. Saya sudah menghubungi ambulance dan pihak kepolisian. Sebentar lagi mereka akan tiba. Tolong Jangan seperti ini. Atau kalau anda mau, kita bawa ibu ini ke rumah sakit sekarang juga menggunakan mobil kami." sarannya.

"Ah.. banyak bacot lo....!" sala seorang di antara mereka melayang kan tangan ke wajahnya.

Raka meringis merasakan sakit di wajah.

"Raka....!" pekik Ara memegangi wajah Raka

"Tolong jangan seperti ini. Kami sudah katakan akan bertanggung jawab sepenuhnya. Kenapa kalian masih melakukan kekerasan?" Ara menatap mereka satu persatu.

"Dari pada ribut seperti ini, lebih baik kita segera selamatkan ibu ini dan membawanya ke rumah sakit sebelum terjadi sesuatu yang lebih buruk padanya!" katanya kembali.

Mereka tak menggubris perkataan Ara.

Sala seorang di antara mereka melayangkan pukulan ke wajah Raka. Dengan sigap Raka menangkis. Terjadi adu jotos di antara mereka. Raka berusaha melindungi dirinya dari serangan yang datang bertubi-tubi.

Dia bingung kenapa orang orang menyerangnya dan bukan khawatir dengan keadaan wanita yang tergeletak di jalan.

Jeritan ketakutan Rara dari dalam mobil mengalihkan perhatian mereka. Beberapa pria segera membuka mobil dan menariknya kasar.

"Mama.....!!!!" Rara semakin takut.

"Rara.....!!!!"

"Cepat ambil alih kemudinya. Sebelum ambulance dan polisi datang!" seseorang dari mereka memberi isyarat.

"Ada apa ini?" batin Raka mendengar ucapan mereka. Dia melihat pada gadis itu. Gadis itu menggeleng cepat dengan wajah sedih memelas. Lagi lagi Raka tidak mengerti dengan isyarat itu.

"Mama...." jerit Rara memanggil Ara ketika di paksa keluar dengan kasar dari mobil. Gadis itu menangis ketakutan.

"Rara....!" pekik Ara

"Rara....!" teriak Raka.

Tendangan keras melayang di wajah Raka tidak sempat di hindari karena menolong Rara.

"Siapa sebenarnya kalian? apa mau kalian?" sentak Ara melihat sesuatu yang tidak baik dari mereka.

"Cepat urus mereka, lalu segera tinggalkan tempat ini!" kata Salah seorang pria lalu langsung duduk di belakang kemudi dan melarikan kendaraan mewah milik Ara setelah terlebih dahulu menarik paksa tubuh wanita yang terkapar bersama anak gadisnya.

Sekarang Ara dan Raka sadar kalau orang orang itu adalah perampok yang bekerja sama dengan menggunakan modus tabrakan pura pura.

Raka berusaha menghentikan mereka dengan terus melakukan perlawanan pada empat orang perampok yang tertinggal.

Dua orang di antara mereka menyeret Ara dan Rara masuk ke dalam mobil mereka.

"Lepas..... jangan sakiti anak anakku!" sentak Ara berusaha melepaskan diri.

Dari arah depan muncul sebuah motor sport dengan kecepatan tinggi. Dan berhenti tepat di depan mereka. Seorang pemuda tampan pengendaranya menggunakan helm tertutup turun. Dia berlari cepat, lalu melompat dan melayangkan tendangan keras pada perampok yang menahan Ara dan Rara.

Kedua perampok itu jatuh terjungkal ke tanah.

"Berandalan tengik, beraninya kalian menyakiti mama dan adikku!" umpat pemuda itu.

"Kak Riez....!" ucap Rara mengenal pemuda itu yang merupakan kakak tertua nya.

"Rara sayang....mama!" Riez langsung memeluk adik dan mamanya.

"Kalian baik baik saja?"

"Kami baik nak, cepat tolong adikmu!" kata Ara menunjuk pada Raka yang kewalahan melawan empat orang perampok.

"Baik ma, tunggu di sini...." Riez melangkah cepat mendekati Raka.

"Hay dek...apa kau butuh bantuan?" tanyanya seraya menyaksikan pertarungan yang tidak seimbang.

"Kak Riez...!" sapa Raka begitu melihat keberadaan kakaknya. "Kalau kakak tidak keberatan!" sambungnya kembali.

"Dengan senang hati!" kata Riez tersenyum dan segera bergabung. Dia menyerang membabi buta dengan gerakan tubuhnya yang lincah. Akhirnya dengan kemampuan ilmu bela diri yang dimiliki oleh keduanya, para perampok itu berhasil di lumpuhkan dan kabur.

Ara menyuruh untuk membiarkan mereka pergi, tak perlu di kejar lagi.

Terdengar bunyi klakson mobil.

Mobil Ara yang di bawah kabur oleh perampok tadi berhenti tepat di depan mereka.

Lalu keluar lah seorang pemuda tampan dengan senyuman di wajah.

"Ryan...." ucap Ara.

"Maaf ya ma....kami terlambat datang menolong kalian! Nih mobil mama aku kembalikan!" katanya.

Pemuda bernama Ryan itu mendekat dan langsung memeluk Ara dan Rara bergantian.

"Adikku sayang....kamu pasti ketakutan. Makanya denger tuh kata papa untuk belajar ilmu bela diri!"

Rara menatap cemberut.

"Kakak kemana aja sih? para perampok itu jahat dan nyakitin kami! lihat tuh kak Raka....kasihan tubuhnya babak belur gitu. Rara takut mereka akan membunuh kami bertiga!" sungut Rara menatap kesal pada kedua kakaknya, Riez dan Ryan.

Kedua kakaknya itu tertawa kecil melihat wajah kesalnya. Seperti di komando, keduanya mengangkat tubuh adiknya ini tiba tiba. Di lempar ke sana kemari, dan di tangkap keduanya dengan kuat. Membuat gadis itu kaget dan menjerit jerit minta di turunkan karena takut jatuh.

"Sudah sudah....yang penting kita baik baik saja. Bersyukurlah Allah masih menyelamatkan kita hari ini! Sekarang mari kita ke kantor papa." kata Ara menatap wajah tampan ketiga putranya bergantian. Serta wajah manis putrinya yang masih cemberut.

Wajah ke empat anaknya yang hampir sama.

Riez anak tertua dia dan Rafa.

Terus Ryan anak kedua.

Raka anak ketiga dan terakhir adalah Rara.

Ke empat anak mereka saling menyayangi dan melindungi satu sama lain. Meski terkadang sering bertengkar dan saling menjahili.

Dan terlebih lagi ketiga putranya ini sangat menyayangi dan memanjakan adik perempuan semata wayang mereka.... Rara.

Raka dan Rara memilih di sekolah yang sama. Raka memilih satu sekolah dengan adik perempuannya ini untuk menjaganya. Sedangkan Riez dan Ryan memilih di sekolah yang berbeda.

"Benar.... ayo kita ke kantor papa. Rara kangen banget sama papa!" ujar Rara teringat Rafa yang sebulan belakangan berada di Australia karena perjalanan bisnis. Dan baru tiba dua jam lalu di kantor pusat RA Group.

Tak langsung pulang ke rumah, Rafa malah menuju kekantor karena harus mengadakan rapat mendadak dengan para direkturnya dari perusahaan cabang dan anak perusahaan dari seluruh daerah tanah air. Mereka telah menunggu dirinya sejak pagi.

Untuk kejadian buruk yang terjadi hari ini, Ara meminta kepada anak anaknya untuk tidak memberi tahukan kepada papa mereka. Dia tidak ingin menambah beban dan membuat Rafa khawatir. Karena dia tahu suaminya itu lagi pusing dan terbebani dengan begitu banyak pekerjaan. Di tambah lagi Wisnu tidak berada di sampingnya. Setelah menemani Rafa ke Australia, Wisnu tidak ikut pulang. Dia meminta izin untuk mengunjungi keluarganya di Amerika.

Hanya Rara dan Ara yang datang berkunjung ke kantor Rafa. Ketiga pemuda itu langsung pulang ke rumah untuk mengobati luka kecil dan lebam di tubuh Raka. Dan juga menghindar dari papa mereka dengan keadaan Raka yang kacau.

****

Tinggalkan jejak dukungannya ya 😍

Terpopuler

Comments

Mugiya is back

Mugiya is back

mampir

2022-12-21

0

Rimanto Ato

Rimanto Ato

Kerenn thor 👍👍 selalu mantap karyamu 👍

2022-03-28

0

Ryoka2

Ryoka2

Mampir Thor, salken.

2022-03-06

1

lihat semua
Episodes
1 1. Perampok
2 2. Rara kangen papa
3 3. Melepas kerinduan
4 4. Namaku Rara, bukan nama jelek itu.
5 5. Eropa, l'm coming
6 6. Musim Semi Di Negeri Kincir Angin.
7 7. Mimpi itu datang lagi
8 8. Nasi goreng yang enak dan lezat, tapi membuat sedih.
9 9. Kita tetangga
10 10. Lagu itu....
11 11. Tamu tak di undang
12 12. Orang Aneh
13 13. Terkena wajan panas
14 14. Aku membencinya
15 15. Aku Sahreza Gracio, bukan Ryu Deva Mayandra (Pengakuan)
16 16. Insiden buruk
17 17. Tempat siapa ini?
18 18. Wajah menakutkan
19 19. Siapa dia?
20 20. Apa dia kekasih kakak?
21 21. Khanza punya pacar?
22 22. Graciana Putri
23 23. Kita tidak bisa terus seperti ini
24 24. Edgar Wirayudha
25 25. Pendekatan
26 26. Cemburu
27 27. Aku hanya menyayangimu, bukan dia atau wanita lain.
28 28. Tamu spesial
29 29. Ruang rahasia di dalam kamar
30 30. Aku mencintaimu
31 31. Senyuman manis penuh kepalsuan
32 32. Obat perangsang
33 33. Kesedihan Khanza
34 34. Perasaan apa ini?
35 35. Kemarahan Anggi
36 36. Perubahan sikap Khanza
37 37. Pertengkaran Anggi dan Caroline
38 38. Sakit hati Ryu
39 39. Rafa & Ara
40 40. Wajah tersenyum tapi hati sedih
41 41. Menunggu mu pulang
42 42. Nomor tak bernama
43 43. Kita berdua seperti orang asing
44 44. Ancaman lewat lirikan mata
45 45. Bertemu keluarga Alkas
46 46. Ketakutan Khanza
47 47. Pertengkaran Ryu dan Dion
48 48. Sesuatu yang tidak mungkin
49 49. Berbagi cerita
50 50. Merasa sepi di tengah keramaian
51 51. Aku lemah tanpamu
52 52. Kekhawatiran Rara
53 53. Senang mendengar suaramu
54 54. Ancaman Anggi
55 55. Rara di culik
56 56. Rara di culik 1
57 57. Obat mustajab adalah dirimu
58 58. Keinginan Rara
59 59. Ryu dan Anggi Menikah
60 60. Anggi Hamil
61 61. Insiden buruk lagi
62 62. Imbalan 100 T
63 63. Bertemu kembali
64 64. Aku berhak atas dirimu
65 65. Pernikahan Gracio dan Khanza
66 66. Bercak merah di tubuh Khanza Vs kehamilan Ara.
67 67. Kekesalan Cio
68 68. Pengakuan cinta
69 69. Rara dan Rangga jadian ( pacaran)
70 70. Senyuman indah di balik ciuman
71 71. Menghindari
72 72. Lemah, tak berdaya
73 73. Pengakuan Ryu.
74 74. Kekecewaan Khanza
75 75. Cemburu
76 76. Drama perselingkuhan Ryu
77 77. Wanita itu lagi
78 78. Saudara kembar
79 79. You are so cute, Baby
80 80. Malam pertama
Episodes

Updated 80 Episodes

1
1. Perampok
2
2. Rara kangen papa
3
3. Melepas kerinduan
4
4. Namaku Rara, bukan nama jelek itu.
5
5. Eropa, l'm coming
6
6. Musim Semi Di Negeri Kincir Angin.
7
7. Mimpi itu datang lagi
8
8. Nasi goreng yang enak dan lezat, tapi membuat sedih.
9
9. Kita tetangga
10
10. Lagu itu....
11
11. Tamu tak di undang
12
12. Orang Aneh
13
13. Terkena wajan panas
14
14. Aku membencinya
15
15. Aku Sahreza Gracio, bukan Ryu Deva Mayandra (Pengakuan)
16
16. Insiden buruk
17
17. Tempat siapa ini?
18
18. Wajah menakutkan
19
19. Siapa dia?
20
20. Apa dia kekasih kakak?
21
21. Khanza punya pacar?
22
22. Graciana Putri
23
23. Kita tidak bisa terus seperti ini
24
24. Edgar Wirayudha
25
25. Pendekatan
26
26. Cemburu
27
27. Aku hanya menyayangimu, bukan dia atau wanita lain.
28
28. Tamu spesial
29
29. Ruang rahasia di dalam kamar
30
30. Aku mencintaimu
31
31. Senyuman manis penuh kepalsuan
32
32. Obat perangsang
33
33. Kesedihan Khanza
34
34. Perasaan apa ini?
35
35. Kemarahan Anggi
36
36. Perubahan sikap Khanza
37
37. Pertengkaran Anggi dan Caroline
38
38. Sakit hati Ryu
39
39. Rafa & Ara
40
40. Wajah tersenyum tapi hati sedih
41
41. Menunggu mu pulang
42
42. Nomor tak bernama
43
43. Kita berdua seperti orang asing
44
44. Ancaman lewat lirikan mata
45
45. Bertemu keluarga Alkas
46
46. Ketakutan Khanza
47
47. Pertengkaran Ryu dan Dion
48
48. Sesuatu yang tidak mungkin
49
49. Berbagi cerita
50
50. Merasa sepi di tengah keramaian
51
51. Aku lemah tanpamu
52
52. Kekhawatiran Rara
53
53. Senang mendengar suaramu
54
54. Ancaman Anggi
55
55. Rara di culik
56
56. Rara di culik 1
57
57. Obat mustajab adalah dirimu
58
58. Keinginan Rara
59
59. Ryu dan Anggi Menikah
60
60. Anggi Hamil
61
61. Insiden buruk lagi
62
62. Imbalan 100 T
63
63. Bertemu kembali
64
64. Aku berhak atas dirimu
65
65. Pernikahan Gracio dan Khanza
66
66. Bercak merah di tubuh Khanza Vs kehamilan Ara.
67
67. Kekesalan Cio
68
68. Pengakuan cinta
69
69. Rara dan Rangga jadian ( pacaran)
70
70. Senyuman indah di balik ciuman
71
71. Menghindari
72
72. Lemah, tak berdaya
73
73. Pengakuan Ryu.
74
74. Kekecewaan Khanza
75
75. Cemburu
76
76. Drama perselingkuhan Ryu
77
77. Wanita itu lagi
78
78. Saudara kembar
79
79. You are so cute, Baby
80
80. Malam pertama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!