Kantor pusat RA Group.
Rafa segera menyelesaikan rapatnya. Dia langsung menuju ruang kerjanya karena tak tahan ingin bertemu dengan istri dan putrinya.
Sebulan di Australia membuatnya rindu pada dua wanita itu.
Terutama dengan Rara yang selalu menghubunginya karena sangat rindu dengannya.
"Akh....anak itu meski sudah besar masih saja manja!" guman Rafa tersenyum mengingat putrinya yang kini sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik dan manis. Sikap dan sifatnya yang lembut serta mata teduhnya menurun dari Ara.
Begitu tiba di ruangan. Dia melihat dua wanita yang di kasihi nya itu sedang duduk di Sofa sambil menikmati minuman.
"Papa." ucap Rara senang begitu melihat Rafa masuk.
Rara langsung bangkit berdiri. Dia tersenyum senang. Ara juga tersenyum melihat suaminya.
Rara melangkah mendekati papanya. Tak sabar ingin memeluk.
"Sayangnya papa....!" ucap Rafa tersenyum.
Dia juga melangkah menuju pada Rara, tapi langkahnya terhenti dengan masuknya seorang gadis memanggil dirinya. Gadis itu langsung melangkah cepat pada Rafa dan memeluk.
"Daddy....!"
Rafa kaget.
Sementara Rara urung melangkah mendekati papanya. Perlahan dia menurunkan ke dua tangannya yang sudah terbuka untuk memeluk.
"Cia....!"
"Hiks...hiks....Daddy...!" Cia menangis kecil.
"Kenapa sayang?" Rafa langsung memeluknya seraya melirik sekilas pada Rara yang tampak kecewa. Tapi dia tahu putrinya itu selalu mengerti dan mengalah pada kakak sepupunya ini.
Dari kecil sampai di usianya yang sudah menginjak 27 tahun, Cia masih sangat manja pada dirinya dan Ara. Manjanya bahkan melebihi Rara. Maklumlah dari kecil dia dan Ara sangat memanjakan gadis ini. Tapi masih dalam batas yang wajar.
Cia terus menangis kecil. Rafa bingung.
Ara melangkah mendekat mereka.
Sedangkan Rara perlahan melangkah ke sofa dan duduk kembali. Sepertinya Kakak sepupunya ini lebih butuh papanya sekarang.
Entah ada masalah apa lagi hingga membuatnya sedih dan menangis seperti itu. Dan ini bukan kali pertama kakak sepupunya begini.
"Ada apa sayang? Kenapa Cia menangis?" Ara bertanya seraya mengelus punggung Cia lembut.
"Hiks hiks.... kenapa Daddy baru pulang sekarang? Daddy lama amat perginya. Cia sangat butuh Daddy!" ngambek Cia menatap cemberut pada Rafa mengabaikan pertanyaan Ara.
Rafa dan Ara saling menatap bingung.
"Cia kan bisa ngomong sama ante Ara kalau butuh sesuatu!" kata Rafa.
Tangis Cia semakin menjadi. Keduanya tambah bingung. Ara memberi isyarat untuk mengajak Cia duduk.
Rafa mengangkat dan menggendongnya duduk di sofa. Ara mengambil minum dan di berikan pada Cia.
"Cia minum dulu ya...biar tenang!" katanya melihat Cia masih terisak.
Rafa menerima air itu lalu diminumkan pada Cia pelan pelan.
Sedangkan Rara hanya diam di tempat duduk memperhatikan mereka.
Ara segera duduk di samping Cia.
Mengelus punggung Cia yang kembali memeluk Rafa.
"Ada masalah apa sayang? kok gak ngomong sama ante?"
"Saat ini aku butuh Daddy ante. Aku mau Daddy menghajar bajingan itu! Kalau ante pasti nggak bisa." kata Cia.
Dahi Ara mengerut. Begitu juga Rafa. Sekarang mereka mengerti penyebab kesedihan anak ini.
"Siapa yang harus Daddy hajar sayang?" tanya Rafa.
Cia mengangkat tubuhnya, lalu menatap wajah Daddynya.
"Bajingan itu Daddy. Dia menghianatiku. Hiks hiks.....Aku sakit hati Daddy, aku membencinya. Aku ingin memberinya pelajaran! tapi aku tak mampu! hiks hiks!" Cia semakin menangis.
Rafa mengerti penyebab permasalahannya, penghianatan yang di lakukan kekasihnya.
"Baiklah.....! Daddy akan kasih balasan setimpal kepadanya. Beraninya bajingan itu nyakitin dan membuat putri Daddy menangis! Daddy tidak akan mengampuninya." katanya kemudian dengan menahan amarah. Rafa yang sangat tidak suka jika ada orang yang menyakiti keluarganya. Apalagi sampai menangis mengeluarkan air mata seperti ini.
"Benar Daddy?" wajah Cia langsung merekah.
Rafa mengangguk.
Ara melongo mendengar ucapan suaminya.
Dia melirik tajam pada Rafa. Rafa buru buru mengalihkan pandangannya ke arah lain menghindari lirikan tajam istrinya.
"Aku ingin Daddy patahkan kakinya agar tidak bisa berjalan. Potong lidahnya agar tidak menebar rayuan gombal lagi pada setiap wanita." kata Cia dengan emosi menggebu gebu.
"Cia sayang. Apa Cia sudah lupa pesan paman Raka dulu?" kata Ara yang terkejut dengan keinginannya.
Cia menatap wajah Ara. Tentu saja dia selalu ingat pesan almarhum pamannya Raka dulu. Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Jangan membalas keburukan seseorang. Sejak duduk di kelas dua SD, mereka sadar dan tahu kalau paman baik mereka itu telah pergi meninggalkan dunia untuk selama lamanya. Bukan pergi ke tempat jauh seperti kata mereka.
Cia kembali menangis dan terisak. Dia kembali masuk ke pelukan Rafa.
"Tapi hati aku terlalu sakit ante. Mereka berpelukan, berciuman di depan ku! Huuuuuu, sakit ante! Aku ingin membalas mereka." Cia kembali menangis.
"Brengsek." umpat Rafa dengan tangan terkepal kuat. Dia tahu siapa laki laki itu. Setiap pria yang dekat dengan Cia di diketahuinya. Karena dia selalu mengawasi kehidupan anak anaknya lewat anak buahnya.
Termasuk kejadian buruk yang terjadi hari ini. Dia tidak ikut campur dengan melibatkan anak buahnya yang mengikuti dari jarak jauh, karena dia tahu ketiga putranya bisa menangani para perampok itu.
Ara menatapnya sesaat sambil menggelengkan kepala. Lalu kembali mengelus rambut Cia.
"Cia harus sabar sayang. Ante mau tanya, apa benar kamu sangat bencinya? kali aja kamu lagi emosi saat ini nak!" kata Ara dengan lemah lembut.
Cia berbalik menatap Ara.
"Aku benci banget ante! Aku gak mau lagi sama dia! Aku udah mikir banyak kali! Pecundang itu lebih memilih dan membela selingkuhannya dari pada aku. Sakit Ante, sakit...hiks hiks!" kata Cia seraya menekan dadanya.
"Benar....?"
Cia mengangguk.
"Kalau begitu Ikhlaskan dia. Mungkin dia bukan orang yang terbaik untuk Cia. Tak perlu membalas apa yang dia lakukan." Ara memegang wajahnya lembut.
"Sayang....kamu tuh sangat cantik tanpa kekurangan. Kamu juga anak baik dan cerdas. Di luar sana masih banyak pria baik yang mau sama Cia. Ante yakin, Allah telah menyiapkan seseorang yang lebih baik untuk kamu!"
"Gak usah sedih gitu.... lihat tuh cantiknya jadi berkurang...!" Ara tersenyum seraya menyapu sisa Air matanya.
"Ante mu benar. Rugi amat nangis ngeluarin air mata buat buaya kayak gitu. Emang siapa dia? Cih...!! Cia harusnya senang karena Allah telah memperlihatkan sifat buruk bajingan itu! Bajingan itu gak pantas untuk putri Daddy! Banyak kok pria yang menginginkan dirimu!" sambung Rafa membelai lembut rambut keponakannya yang sampai saat ini masih menganggap dirinya ayahnya. Meski Cia sudah tahu ayah kandungnya yang sebenarnya adalah Revan.
"Sayang, membalas orang yang nyakitin kita bukan harus dengan keburukan. Doakan yang terbaik untuknya. Semoga dia sadar dan berubah. Dan balasannya adalah seribu kebaikan yang akan berbalik pada kamu!" kata Ara kembali.
"Baik ante, Daddy.....! Cia akan tinggalkan dia dan meluapkannya! Cia iklhas!" kata Cia lemas.
Rafa dan Ara tersenyum senang.
"Nah gitu dong, itu baru namanya putri Daddy. Cia harus tetap kuat, jangan lemah begitu! Kemarilah.... Daddy kangen sama kamu!" kata Rafa.
Cia berbalik dan naik ke pangkuan Daddynya. Seperti kebiasaannya sejak kecil, suka duduk di pangkuan Rafa dan ngecup ngecup wajah Rafa walau sudah gede begini.
Rafa memeluknya penuh kasih sayang dalam beberapa saat, hingga akhirnya gadis itu turun dari pangkuannya dengan wajah yang sudah segar di hiasi senyuman.
"Aku mau keluar....tadi udah janjian sama teman teman untuk bertemu!" katanya.
"Apa hatinya Udah baik?" tanya Ara menebak suasana hati gadis ini.
"Udah ante... jangan khawatir. Aku baik baik saja!" jawab Cia mengulas senyum.
"Hati hati di luar, lakukan hal yang baik meski saat ini kamu lagi patah hati. Pergilah untuk menghibur dirimu. Ingat ya, jangan melakukan hal buruk yang bikin Daddy kecewa!" ujar Rafa.
"Iya Daddy!" Cia segera melangkah keluar setelah melambaikan tangan pada Rara yang di tanggapi Rara dengan senyuman.
Rafa mengantarnya sampai ke pintu.
"Kemarilah sayang....!" kata Rafa menatap pada putrinya sambil tersenyum. Dia membuka kedua tangannya lebar. Pelukan yang hendak di berikan tadi tapi tertunda karena kedatangan Cia.
Rara tersenyum, bangkit dari duduknya dan melangkah cepat ke arah papanya dan masuk ke dalam pelukannya.
Rafa memeluk putrinya hangat. Berulangkali dia mencium puncak kepala putrinya.
"Rara kangen sama papa!" memeluk papanya erat.
"Papa juga kangen sama kamu sayang. Maaf ya, papa lama perginya!" Rafa mengecup kening, kedua pipi, hidung dan bibir putrinya. Hal yang biasa selalu di lakukan.
"Papa punya sesuatu untukmu!" Menatap mata teduh putrinya yang menenangkan sama seperti milik Istrinya.
"Rara kan sudah bilang, Rara gak butuh buah tangan. Melihat papa kembali dengan sehat tak kurang apa pun Rara sudah senang dan bersyukur!" kata Rara kembali memeluk papanya.
Rafa terharu mendengarnya.
Rafa memeluk erat putrinya. Keduanya berpelukan agak lama melepas kerinduan.
Ara menyaksikan dengan senyuman keharuan.
Rara melepaskan pelukannya. Karena dia tahu ada orang lain yang juga rindu pada papanya, yaitu mamanya.
Rafa menoleh pada wanita cantik anggun mempesona dengan balutan hijabnya, yang sedang duduk dengan senyuman indah di wajah. Rafa sangat rindu dengan sosok ini. Segera dia melangkah mendekati istrinya.
"Sayangku......!" memegang wajah Ara, mendaratkan kecupan lembut di kening dan bibir istrinya.
"Aku sangat merindukanmu sayang!" lalu memeluknya, menyesap aroma wangi tubuh wanitanya ini.
*****
Happy reading, semoga kalian suka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
SHADOW
nambah cicilan thor🤣
2022-05-05
0
Rimanto Ato
aku juga rindu cerita mu thor, terimakasih untuk krya barunya pengganti Rafa dan Ara
2022-03-28
0
𓂸ᶦᶰᵈ᭄🇪🇱❃ꨄ𝓪𝓢𝓲𝓪𝓱࿐
2
2022-02-24
2