Pak Bimo mengetuk pintu rumah, dan tak lama istrinya membukakan pintu dan menyambut suaminya dengan penuh harap.
"Pah bagaimana tadi?" tanya istrinya.
"Nanti papah ceritakan mah! " jawab Pak Bimo dengan wajah penuh kebingungan.
Mereka kemudian masuk ke dalam rumah. Setelah selesai membersihkan badannya, Pak Bimo langsung menceritakan hasil pertemuannya dengan Pak Dio. Saat itu Greesha tengah tertidur dalam kamarnya, sehingga tidak tahu kedatangan Papahnya. Pak Bimo bercerita dengan wajah yang penuh cemas dan terlihat begitu gelisah.
"Pah, kita harus bagaimana? " tanya Bu Bimo dengan cemas.
"Papah juga bingung mah, tawaran pak Dio sangat menggiurakan, tapi Greesha? " Pak Bimo kembali murung, dan terlihat begitu cemas.
Malam tiba , setelah makan malam Pak Bimo berencana membicarakan masalah Pak Dio kepada Greesha.
"Gimana Pah tadi ketemunnya sama Pak Dio? Apa bisa membantu kita? " tanya Greesha dengan rasa penasaran.
"Pak Dio bisa membantu kita, melunasi hutang Papah, dan membantu Papah membangun kembali bisnis Papah, " ungkap Pak Bimo.
"Beneran Pah? Berarti kita akan segera keluar dari rumah ini dan kembali ke kehidupan kita dulu kan? " tanya Greesha dengan sumringah.
"Tapi Pak Dio mengajukan syarat untuk Papah! " tambah Pak Bimo.
"Syaratnya apa Pah? " tanya Greesha.
"Papah harus.... "
"Harus apa Pah? " sahut Greesha.
"Harus mau menjadi besan dari Pak Dio! " jelas Pak bimo.
"Besan? Besan berarti anak Pak Dio akan menikah dengan anak Papah? " tanya Greesha, yang nampaknya masih belum memahami perkataan Pak Bimo .
"Iya Greesha"
"Menikah? Anak Papah? " gumam Greesha sambil menggaruk kepalanya.
"Anak Papah kan cuma aku, berarti aku yang menikah? " tanya Greesha terkejut.
Pak Bimo menganggukan kepalanya. Greesha masih bengong menatap orang tuanya, dan mencerna baik-baik kata-kata Pak Bimo.
"Bentar bentar Pah, ini kenapa aku harus menikah dengan anaknya Pak Dio? " tanya Greesha.
"Iya Pak Dio memang mengajukan syaratnya seperti itu," ungkap Pak Bimo.
"Greesha kalau kamu tidak mau mamah sama papah tidak apa-apa, kita akan cari jalan lain untuk masalah ini, " ucap Bu Bimo sambil memegang tangan Greesha.
Greesha masih terdiam, dia masih berfikir untuk apa anak seorang konglomerat harus dijodohkan dengan dia anak dari pengusaha yang bangkrut.
"Apakah dia sangat jelek sampai harus dicarikan istri! "fikir Greesha.
"Kalau Greesha mau bertemu dulu sama anak dari Pak Bimo juga bisa, kalau mau besok kita bisa ketemu dengan mereka! " ucap Pak Bimo.
Greesha hanya diam, dia masih bingung dengan semua ini. Dia berjalan menuju kamar, dan membaringkan badannya di atas tempat tidur.
"Kenapa hidupku jadi seperti ini, tiba-tiba Papah bangkrut dan harus tinggal di rumah kecil ini, tiba-tiba juga ada yang mau menikahi ku, apa maksud dari semua ini Ya Tuhan? " gumam Greesha.
Semua ini begitu tiba-tiba untuknya, bagaimana dia bisa menikah dengan orang lain, sedangkan dia telah memiliki seorang kekasih yang sangat ia sayangi. Dan saat ini dia begitu merindukan Rafandra, seharian ini pun dia tidak mengangkat telfon dari Rafandra. Dia hanya mengirim pesan kalau besok Rafandra tidak perlu menjemput Greesha saat berangkat kuliah dengan alasan akan diantar oleh Papahnya.
Saat hatinya dipenuhi cinta nya dengan Rafandra, dia harus menerima tawaran untuk menikah.
"Andaikan Rafandra yang akan menikahi ku, aku tidak mungkin bimbang seperti ini," gumam Greesha
"Tapi kalau aku menikah, hidupku akan lebih baik dari sekarang, aku tidak perlu tinggal disini, dan aku tidak akan hidup susah. Tapi bagaimana mungkin aku harus menikah dengan orang yang aku tidak tahu dia siapa! " ucap Greesha dalam hati.
" Jika aku tidak menikah dengan anak Pak Dio bagaimana dengan keluargaku, bagaimana hidup kita kedepannya, "ucap Greesha sambil menggulingkan badannya di atas tempat tidur. Pagipun tiba, Greesha tengah bersiap untuk berangkat kuliah, dia berangkat lebih pagi dari biasanya, karena dia harus naik angkot dan jarak rumahnya yang sekarang lebih jauh dari pada yang dulu.
Ini adalah kali pertama ia menunggu angkot di pinggir jalan, tak pernah terbayangkan kalau ia akan melewati masa-masa seperti ini. Dia harus Berdesak-desakan dengan penumpang lain, ada yang membawa sayuran, ada yang ngamen, bahkan ada yang membawa ikan, membuat Greesha merasa mual dan ingin muntah. Tapi Greesha harus menahannya, hingga akhirnya dia sampai di kampus, saat turun dari angkot, dia memilih tidak turun tepat di depan kampus, tapi agak jauh dari kampusnya , agar tidak ada teman kampus nya yang melihat dirinya. Dan kemudian dia berjalan kaki untuk ke kampus. Sesampainya di kampus, ia bergegas ke toilet, membersihkan badannya, memakai parfum, dan memastikan badannya harum serta rambutnya tidak lepek. Setelah semua terlihat rapi, ia berjalan menuju kelas. Saat dikelas ia melihat Yumi sudah duduk di bangku nya.
"Greesha, Loe kenapa baru datang? " tanya Yumi.
"Em iya tadi kesiangan, " jawab Greesha mengelak.
"Tadi Rafandra nyariin, loe kemana aja sih dari kemarin katanya loe nggak bisa dihubungi, dan tadi juga nggak mau di jemput, " ucap Yumi.
"Ee.... iya kemarin ituu, kemarin gue ada acara sama keluarga, acara nya dadakan gitu, dan sibuk banget jadi sama sekali nggak bisa pegang HP, terus tadi gue tuh diantar sama bokap gue, "kata Greesha dengan sedikit gelagapan.
" Ya uda sekarang loe mending ngabarin Rafandra deh, kasihan dia bingung gitu nyariin loe mulu, "pinta Yumi.
Sepanjang kelas perkuliahan Greesha sama sekali tidak bisa berkonsentrasi, pikiran nya masih saja kalut dan kacau. Dia merasa bahwa masa depan keluarga nya sekarang berada ditangannya. Haruskah dia menikah dengan orang itu dan meninggalkan Rafandra atau dia akan membiarkan keluarga nya menanggung penderitaan ini entah sampai kapan atau bahkan kehidupan mereka akan seperti ini selamanya.
Setelah semua mata kuliah nya selesai Greesha segera bergegas pulang, tapi dia di hadang Rafandra di depan kelas. Greesha terkejut melihat Rafandra yang tiba-tiba didepannya.
"Haii sayang, " ucap Greesha gelagapan.
"Kamu mau kemana? " tanya Rafandra.
"Mau pulang, " jawab Greesha.
"Aku antar! "ucap Rafandra sambil memegang lengan Greesha.
" Jangan!!! "teriak Greesha dengan spontan.
" kenapa? " tanya Rafandra heran.
"Aku di jemput sama Papah, " jawab Greesha.
"Tumben kamu diantar jemput sama Papah kamu, kalau gitu aku antar kedepan, aku nemenin kamu sampai Papah kamu datang! " pinta Rafandra.
Greesha gelisah, dia bingung harus menjawab apa, karena sebenarnya dia mau pulang naik angkot bukan dijemput oleh Papahnya, tapi tidak mungkin ia mengatakan hal tersebut kepada Rafandra.
Dia seketika memutar otaknya, dia harus mencari alasan agar Rafandra bisa pergi dan dia bisa menghindar.
Setalah sampai di depan kampus, mereka duduk di sebuah kursi dekat gerbang kampus.
"Sayang aku haus, kamu bisa tolong belikan aku minum di kantin? aku pengen banget minum jus mangga, " pinta Greesha.
"Tapi kamu nanti di sini sendiri, gimana? " tanya Rafandra.
"Nggak apa sayang, aku berani disini sendiri, tolong ya aku haus banget, " pinta Greesha dengan manja.
Melihat kekasihnya kehausan Rafandra pun bergegas pergi ke kantin.
Saat Greesha merasa keadaan sudah aman, dan Rafandra sudah pergi ke kantin, dia lalu segera berlari pergi untuk mencari angkot.
"Maaf Sayang, aku harus bohong sama kamu, aku masih belum bisa jujur sama kamu tentang masalahku sekarang, " batin Greesha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments