Aku langsung berhenti makan.
Aku alergi udang. Bakwannya sudah terlanjur aku telan.
Aku bergegas ke kamar mandi. Berkumur, membersihkan sisa-sisa udang di mulutku.
Aku harus beli obat alergi ke apotek.
Untungnya kosanku dekat dengan apotek. Aku hanya perlu berjalan sepuluh menit untuk sampai di apotek.
Aku menatap apotek di depanku.
Aku mendengus melihat tulisan tutup di pintu kaca apotek.
Bagus! Apoteknya tutup!
Kini aku mulai merasakan gatal di kulitku.
"Aku harus ke klinik untuk beli obatnya!"
Sudah beberapa menit aku menunggu di pinggir jalan, tapi belum ada angkot yang lewat.
"Kenapa nggak ada angkot yang lewat sih?!!" kulitku terasa semakin gatal. "Becak pun juga nggak ada!"
Aku mulai menggaruk badanku.
Sebuah mobil berhenti di depanku. Kemudian kacanya terbuka. Andri.
"Kamu ngapain berdiri di sini Sa?"
"Aku mau ke--"
"Ya ampun Sa! Kulit kamu kenapa merah-merah gitu?!!" Andri memotong ucapanku.
"Aku alergi. Ini aku mau beli obat, tapi apoteknya tutup. Mau ke klinik tapi nggak ada angkot yang lewat," jawabku sambil terus menggaruk leher.
"Ayo naik, aku anterin kamu!"
Segera aku masuk ke mobil Andri. Aku sudah nggak tahan dengan rasa gatalnya.
"Jangan digaruk! Nanti malah luka!" ucap Andri.
"Ngomong doang mah gampang. Coba kamu tahu rasa gatalnya!"
"Emangnya tadi kamu makan apa, kok bisa jadi kayak gini?!!"
"Tadi aku makan bakwan. Aku nggak tahu kalau ada udangnya. Aku alergi udang. Udah terlanjur ketelen!"
Kepalaku juga terasa gatal. Semuanya terasa gatal.
Aku terus menggaruk. Kurasa sekarang aku terlihat seperti kera.
Setelah sampai di klinik, aku langsung berlari ke dalam untuk membeli obat.
Setelah mendapat obatnya, aku langsung mengunyah obat itu. Nggak ada waktu buat beli air minum.
Pahit? Tentu saja!
Tapi rasa gatal mengalahkan rasa pahit obatnya.
Andri menghampiriku dengan sebotol air. Dia terlihat kaget melihatku yang langsung mengunyah obatnya.
"Kamu langsung kunyah obatnya?!!" Aku mengangguk. "Nggak pahit?!!"
"Tentu saja pahit!" sahutku.
"Ini air, minumlah!"
"Makasih ya." Aku mengambil air dari Andri. "Makasih juga udah nganterin aku."
"Iya, sama-sama. Yuk kita pulang."
Aku mengangguk.
Di dalam mobil, aku jadi merasa ngantuk. Sepertinya karena obat tadi.
________
"Sa, bangun."
Mendengar suara itu, aku jadi terbangun.
Aku mengerjab-ngerjabkan mata.
Ya ampun, aku ketiduran!
Aku menoleh ke Andri. "Maaf, aku ketiduran."
"Iya, nggak papa. Sepertinya itu karena efek obatnya. Kita udah sampai di kosan."
Aku melihat keluar jendela. Ternyata benar, kita sudah sampai di kosan.
Aku membuka pintu mobil dan turun.
Kutatap Andri yang masih berada di dalam mobil.
"Kamu nggak turun?!"
Aku mengernyit. Rasanya dalam satu hari ini, aku sudah mengatakan kata ini sebanyak dua kali.
"Aku masih ada urusan."
Setelah mengucapkan kalimat itu, mobil Andri melaju pergi.
Aku masuk ke dalam kamar dan melanjutkan tidurku.
________
Sejak kejadian makan eskrim dengan Iren waktu itu, entah kenapa kalau berpapasan dengan Iren aku jadi ngerasa aneh.
"Tis."
Aku menoleh. "Ya Mbak, kenapa?"
"Aku rasa Iren itu aneh deh!"
Aku mengerutkan alis mendengar perkataan Mbak Lina. "Maksudnya?"
"Kalau dia lagi ngomong sama kamu, dia senyum manis. Giliran ngomong sama aku, judes banget!"
"Masa sih Mbak?"
"Iya, beneran!!"
Mbak Lina urung bicara lagi saat Iren masuk ke dapur. Dia bergegas keluar.
Aku membalik telur di wajan.
"Aw!! Sss!!" minyak gorengnya mengenai lenganku.
"Tisa! Hati-hati dong!" Iren meraih lenganku yang terkena minyak goreng.
Dia mengusap lenganku. Sedetik kemudian dia menjilat lenganku.
Aku terkejut dan langsung menarik lenganku.
"Apa yang kamu lakukan?!!"
"Aku hanya menjilatinya biar kulitmu tidak melepuh!" jawabnya.
Apa itu masuk akal? Dia tidak perlu sampai melakukan itu!
Aku segera memindahkan telur ke piringku dan berlalu meninggalkan Iren masuk ke kamar.
Aku merasa risih dengan apa yang dilakukan Iren barusan.
Apa yang dikatakan Andri itu benar ya?! Ah, nggak tau deh. Mendingan aku makan aja.
Aku melahap habis nasi putih dengan telur ceplok yang barusan aku goreng.
Hari ini aku libur, jadi aku memutuskan untuk tidur seharian.
Baru beberapa menit aku terlelap, terdengar suara sound system yang begitu keras.
Bahkan saking kerasnya suara sound system itu, sampai membuat kaca di kamarku ikut bergetar.
Aku keluar dari kamar dan mengecek keadaan di luar.
Astaga. Aku menatap sebuah sound system berukuran besar itu berdiri kokoh di depan kosanku.
Ada acara apa sih?!!
Melihat ada Ibu-ibu yang lewat, aku segera berlari ke pagar menghampirinya.
"Bu, ini ada acara apa ya? Kok ada sound system segala?" tanyaku padanya.
"TUKU KETAN, NENG PRAPATAN. BALIKAN NENG MANTAN, PODO KARO MANGAN JANGAN NGET-NGETAN!"
Astaga!! Suara sound system ini begitu keras. Rasanya sampai ikut menggetarkan jantungku!
"Hah?!! Apa?! Nggak denger!!" Ibu itu sedikit mengeraskan suaranya.
"Ini ada acara apa Bu?! Kok ada sound system segala?!!" tanyaku dengan mengeraskan suara juga.
"Oh, ini ada acara nikahan."
"Sampai kapan acaranya selesai Bu?!" tanyaku lagi.
"Mungkin dua hari."
Apa?!! Dua hari aku harus mendengarkan musik sekeras ini?!! Gimana aku bisa tidur?!!
Aku kembali masuk ke kamar.
Setiap hentakan musik itu, kaca di kamarku selalu ikut bergetar.
Padahal ini hari libur, tapi aku tidak bisa menikmati hari liburku dengan tenang.
Sudah memakai headset pun aku masih bisa mendengar suara sound system itu.
Tiba-tiba saja lagu yang kudengar dari headset berhenti.
Setelah aku mengeceknya, ternyata hpku mati.
"Kenapa harus mati segala sih?!"
Aku berbaring menatap langit-langit kamarku.
"Mau tidur nggak bisa, hp juga mati. Rasanya bosen banget kalau nggak ngapa-ngapain. Waktu jadi terasa begitu lambat!"
Aku bangkit duduk. Kutatap kuku jariku yang sudah mulai panjang.
"Potong kuku ah!" Aku keluar dari kamar dan duduk di teras.
"Lagi potong kuku Tis?" tiba-tiba Iren duduk di sebelahku. Aku hanya mengangguk.
Duuuh, dia ngapain sih kesini?! Gara-gara apa yang dilakukannya tadi di dapur, aku jadi ngerasa nggak enak kalau berdua sama dia.
"Kalau udah selesai, nanti aku pinjam ya. Aku juga mau potong kuku."
Aku kembali mengangguk.
Aku membulatkan mata saat tangan Iren terulur ke wajahku. Dia menyibak anak rambut yang menghalangi wajahku dan menyelipkannya ke belakang telinga.
Segera aku menepis tangannya itu.
Iren apa-apaan sih?!!
"Rambut kamu halus ya," ucapnya. "Rambut kamu juga sehat. Sepertinya kamu nggak pernah mewarnai rambutmu."
Lagi-lagi aku hanya mengangguk.
Semua ucapan dan perlakuannya terhadapku terasa aneh.
Aku tidak ingin berlama-lama dengannya.
Susananya sekarang juga terasa sangat aneh. Aku ingin cepat-cepat meninggalkan Iren.
"Ini, aku udah selesai potong kuku." Aku memberikan pemotong kuku kepada Iren meskipun aku belum selesai memotong kuku.
Saat aku hendak bangkit dari dudukku, tiba-tiba Iren menarik tanganku.
Cup!
Aku terbelalak, Iren menciumku!
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
💐⃞⃝⃟⍣⃝🌺﷽🆅🅸🅽🅰❶﷽⍣⃝కꫝ🎸᭄꧂
aaa, ya ampuuun.. astaga.. 🙄😣
2021-12-21
0
◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾
iiiuuuhhhh 😒
2021-12-18
1
Farida Sae
udah di bilangin Ama Andri kok masih ngeyel
2021-11-18
1