"Apa yang kau katakan Sarah?!" Om penghuni baru ikut berteriak.
"Kau yang mengusirku dari rumah! Dan sekarang kamu malah menuduhku selingkuh!!"
"Hendra! Kau sudah ketahuan masih saja ngeles hah?!"
Om penghuni baru itu terperangah mendengar istrinya memanggil dirinya tanpa embel-embel Mas.
"Kamu sudah berubah! Dulu kamu tak pernah memanggil namaku! Kau selalu memanggilku dengan sebutan Mas!"
"Kamu juga sudah berubah Mas! Dulu kamu tidak pernah berteriak padaku!! Ini semua pasti gara-gara perempuan ini!!" wanita itu kembali menunjuk hidungku.
"Cukup Sarah! Dia tidak ada hubungannya dengan pertengkaran kita! Dia nggak tahu apa-apa!!"
"Tega kamu Mas! Kau lebih membelanya daripada istrimu sendiri!! Sudah sejauh mana hubungan kalian?!!"
"Sarah!! Sudah kukatakan aku tidak ada apa-apa dengannya! Aku bahkan tidak tahu namanya!!"
"Bohong!! Kalau kamu tidak tahu namanya, lantas kenapa tadi kalian naik sepeda berdua?!!"
Aku sudah cukup lelah setelah main kucing-kucingan dengan Ayah. Tapi Tuhan sepertinya tidak mengizinkanku untuk istirahat.
"Apa aku sudah terlihat keriput Mas?! Apa itu alasannya kamu selingkuh dengan perempuan yang sangat muda ini?!!" tangannya menunjukku lagi.
"Dia bahkan terlihat seperti anak-anak!"
"Mm, maaf sebelumnya." Akhirnya aku buka suara. "Tante salah paham. Kami tidak ada hubungan apa-apa. Om Hendra tidak berbohong, dia memang tidak tahu nama saya. Tadi saya itu cuma nebeng--"
"Diam kamu!! Siapa yang memintamu untuk berbicara?!!" bentak Tante Sarah. "Dia pasti tidak pulang ke rumah gara-gara kamu!!"
"Cukup Sarah!!" teriak Om Hendra. "Dia nggak ada kaitannya dengan ini semua! Kamu mengusirku dari rumah! Karena itu aku nggak pulang!!"
"Kamu lihat itu?!! Suamiku yang dulu sangat lembut padaku, sekarang malah membentakku!! Suamiku berubah pasti gara-gara kamu!!"
Plakk!!
"Sarah!!" Om Hendra berteriak.
Panas. Aku memegang pipi kiriku yang ditamparnya.
Dua kali. Sudah dua kali aku ditampar selama tinggal di kosan ini.
"Dasar pelakor!! Heeeghh!!!"
"AAAAKHH!!" Tante Sarah menjambak rambutku.
"Sarah!! Apa yang kamu lakukan?!! Hentikan!!" Om Hendra berusaha melepaskan tangan istrinya dari rambutku.
"Minggir kamu Mas! Biarkan aku membuat perhitungan dengan pelakor ini!!"
Kenapa setiap perempuan kalau bertengkar selalu menarik rambut lawan sih?! Kenapa nggak saling jotos saja?! Apa mereka ingin menguji kekuatan rambut mereka?!
Aku nggak akan diam saja!
Aku nggak salah!
Dipikir nggak sakit apa rasanya dijambak!
Heeeghh!!
Aku balas menarik rambut Tante Sarah.
"AAAKHH!!"
Aku tersenyum puas mendengar teriakannya.
Rasakan! Gimana rasanya dijambak hah?!
"Dasar pelakor nggak tahu diri! Berani-beraninya kamu menjambakku!!"
Dia kembali menjambak rambutku.
"Sudah kubilang aku bukan pelakor!! Tante pikir aku akan diam saja menerima dirimu menjambakku hah?!!" Aku menarik rambutnya sekuat tenaga.
"AAAKHH!! SAKIT! LEPASKAN!!"
Aku tersenyum mendengar teriakannya. Inilah akibatnya jika seenaknya menuduh orang sembarangan.
Yang awalnya kami saling menjambak, kini menjadi hanya aku yang menjambaknya.
"Mas! Sakit! Tolong aku Mas!!" rengek Tante Sarah.
Tante Sarah berusaha menggapai rambutku lagi. Tapi tidak berhasil.
Suaminya yang berusaha melerai kami malah kena cakar olehnya.
Setelah aku merasa puas, akhirnya aku melepaskan rambut Tante Sarah.
Aku tersenyum bangga melihat rambut di tanganku. Rambut Tante Sarah.
"Rambutku!!" teriak Tante Sarah ketika melihat rambut di tanganku. "Awas aja kamu kalau sampai aku botak!"
"Hahaha! Makanya jangan sok-sokan main jambak-jambakan kalau ternyata rambutmu mudah rontok!!" sahutku.
"Lihat Mas! Apa yang dilakukan simpanan kamu kepadaku?!!"
Ini bukan sinetron. Aku tidak akan diam saja ada orang yang menjambakku.
"Aarrghh! Dasar! Padahal baru tadi pagi aku ke salon merawat rambutku! Tapi kau menjambaknya hingga rontok!!"
Aku terkekeh mendengar rengekan Tante Sarah. "Itu tandanya, Tante Sarah harus pindah ke salon lain. Salon itu kualitasnya tidak terlalu bagus. Buktinya, baru ditarik kayak gini aja udah rontok!"
Tante Sarah terlihat sangat marah mendengar perkataanku.
"Heeghh!!" Dia melayangkan tangannya ingin menamparku.
Hup!
Seseorang menahan tangan Tante Sarah. Aku menoleh, ternyata Andri.
"Ada apa ini?!" tanya Andri.
"Jangan ikut campur kamu! Ini bukan urusanmu!!" Tante Sarah menarik tangannya.
"Kamu itu masih muda!! Cari laki-laki lain yang tidak beristri!!"
"Tante, saya sudah bilang kalau saya itu nggak ada hubungan apa-apa dengan suami Tante!"
"Dasar pelakor!! Nggak tahu malu! Sudah ketahuan masih saja nggak ngaku!"
"Tunggu sebentar! Apa maksud Tante?! Tisa pelakor?!"
"Iya!! Suamiku selingkuh dengannya!!"
Andri menatapku meminta jawaban. Aku menggeleng ke arahnya. "Dia salah paham! Mana mungkin aku sama Om-om! Tolong bantu aku!!" bisikku.
"Nggak mungkin Tante! Tante salah paham!!" Andri membelaku.
"Kenapa kamu membelanya?! Aku melihat sendiri dia barusan boncengan dengan suamiku!!"
Aku mengusap kasar wajahku. "Sudah saya bilang, saya itu cuma nebeng, Tante!!"
"Diam kamu!" lagi-lagi Tante Sarah berteriak kepadaku.
"Tante salah paham! Tisa nggak ada hubungan apa-apa dengan suami Tante!"
"Dari mana kamu tahu kalau mereka nggak ada hubungan apa-apa?!!"
"Karena Tisa itu pacar saya!!"
Aku terperangah mendengar ucapan Andri.
"Apa yang kau katakan?!!" bisikku.
"Sudah, diamlah! Hanya ini cara yang keluar dari otakku untuk membantumu!!" Andri balas berbisik.
Andri meraih pinggangku. Menariknya lebih dekat dengannya. Tangan kanannya kini melingkar di perutku.
"Dia pacar saya!"
Aku yang terkejut berusaha melepaskan diri. Tapi dicegah olehnya.
"Apa yang kamu lakukan Tis?! Jangan bergerak dan tetaplah di sampingku! Ikuti sandiwaraku, dengan begitu dia tidak akan menuduhmu sebagai pelakor!!" bisiknya.
"Jadi, dia pacar kamu?" Tante Sarah terlihat ragu.
"Ya, Tisa adalah pacar saya!!" ucap Andri mantap.
"Entah kenapa saya merasa ragu. Apa buktinya kalau kalian pacaran?!" sahut Tante Sarah.
"Bukti apa lagi? Bukankah Tante sudah melihat buktinya?! Kami berpelukan! Itu sudah merupakan bukti kalau kami pacaran!!" ucap Andri.
"Kalau cuma pelukan, semua orang juga bisa pelukan!! Kalau dia memang pacarmu, cium dia!!"
Aku membulatkan mata mendengar ucapan Tante Sarah. Kutatap Andri dengan tegang.
Dia nggak mungkin akan menciumku kan?!
"Kenapa kamu diam saja?!" ujar Tante Sarah.
Cup!
Aku reflek menutup mata saat Andri tiba-tiba menciumku. Bibirnya menyentuh keningku.
Aku rasa wajahku sekarang sudah merah seperti kepiting rebus.
Meskipun hanya di kening, tapi ini pertama kalinya aku dicium seseorang.
Untungnya jantungku buatan Tuhan. Coba kalau buatan manusia, mungkin sudah copot karena kaget akibat Andri yang tiba-tiba menciumku.
"Gimana? Apa Tante masih belum percaya?!" tanya Andri.
"Kalau cuma kening mah--"
Tante Sarah tidak melanjutkan perkataannya melihat Andri yang kembali mendekatkan wajahnya kepadaku.
Melihat Andri yang mendekatkan wajahnya, sepertinya dia tidak berniat akan mencium keningku lagi.
Apa ini?! Apa dia akan mencium bibirku?!! Tidak!!
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
nengrony24
uuuhhhh andri menang banyakk 😘😘😘😘😘😘😁😁😁😁😁😁😁
semangat thor lanjut
2021-12-25
1
◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾
andri harus berterimakasih pada tante sarah.... 👍😅 andri menang banyak nih
2021-12-18
1
I don't know😶
...
2021-11-23
1