Aku terkejut, mobil yang kami tumpangi ternyata tidak menuju ke kosan.
Aku terbelalak saat mobil ini berhenti tepat di depan rumah yang tidak asing bagiku.
Ini rumahku!!
Kenapa Andri malah kesini?!
Dengan sedikit panik, aku bertanya kepadanya. "Ndri, kenapa kita malah ke sini?!!"
"Oh iya, aku lupa nggak bilang sama kamu," ucapnya sambil menoleh.
"Kamu ingat nggak, sama Om yang di lampu merah tadi pagi?"
Aku bergeming.
Tentu saja aku ingat, dia Ayahku!
"Itu lho, Om yang ngajak aku ngobrol. Ternyata kantor kami bekerja sama dengan kantornya. Aku mampir ke rumahnya untuk mengambil berkas penting."
Aku kembali memandang rumah di depanku.
"Ayo kita turun," ucap Andri tiba-tiba.
Aku terbelalak mendengarnya.
"A-andri, aku nungguin di mobil aja ya." Aku nggak akan masuk ke rumah.
Andri mengernyit. "Kenapa? Cuma sebentar kok. Setelah aku ngambil berkas, kita langsung pulang."
"Nggak deh, aku nungguin kamu di sini aja!"
"Ya udah deh. Kalau gitu mesin mobilnya tetep aku nyalain, supaya nggak panas di dalam mobil," ucapnya sambil keluar dari mobil.
Aku melihat Andri masuk ke rumahku melalui kaca mobil.
Beberapa menit kemudian, Andri keluar. Diikuti dengan Ayah di belakangnya.
Setelah dia masuk ke mobil, Andri tak langsung menjalankan mobilnya. Dia tampak memikirkan sesuatu.
"Mm, Sa?" panggilnya.
"Ya?"
"Rasanya kok aku seperti supir ya, kalau kamu duduk di belakang. Boleh nggak kalau kamu pindah ke depan?"
Aku nggak masalah pindah ke depan. Tapi masalahnya, untuk pindah ke depan, itu berarti aku harus keluar dari mobil.
Aku melihat Ayah yang masih berdiri di teras. Ayah masih setia di posisinya, menunggu mobil Andri meninggalkan rumah.
Aku nggak bisa keluar dari mobil. Nanti Ayah akan melihatku.
Akhirnya aku memutuskan untuk pindah ke depan tanpa harus keluar dari mobil.
Aku merangkak ke depan melalui celah dua kursi di depan.
Andri menatapku dengan penuh keheranan.
"Apa?!! Kau memintaku untuk pindah ke depan kan?!!"
Sedetik kemudian Andri malah tertawa.
"Aku memang memintamu untuk pindah ke depan, tapi kenapa kamu malah lewat sini?!! Kamu bisa pindah ke depan melalui pintu kan?!" ucapnya di sela-sela tawanya.
"Sudahlah, yang penting aku sudah pindah ke depan kan?! Ayo kita pulang sekarang!"
"Ahaha! Oke oke!"
Akhirnya Andri menjalankan mobilnya.
Aku bernafas lega saat kami mulai menjauh dari rumah.
Tak ada perbincangan di sepanjang perjalanan pulang.
Hingga akhirnya kami sampai di kosan. Saat aku akan turun dari mobil, Andri mulai bersuara.
"Sa, sekali lagi aku ingetin kamu ya. Jangan dekat-dekat sama Iren."
Aku meliriknya malas. "Hm."
Aku mengernyit saat Andri tidak ikut turun.
"Kamu nggak turun?" tanyaku.
"Aku masih belum pulang kerja, aku mau kembali ke kantor," sahutnya.
Terus kenapa tadi dia nawarin aku buat bareng kalau ternyata dia belum pulang kerja?!!
Aku menatap mobil Andri yang mulai menjauhi area kos-kosan.
"Hei!! Baru pulang kerja ya?!!" tiba-tiba Iren merangkul bahuku. Seperti biasa, wajahnya penuh dengan senyuman.
"Iya." Aku membalas senyumannya. "Kamu enak ya, bisa kerja dari kosan."
"Jadi translator anime itu ada enak dan nggak enaknya juga kali! Oh iya, ini kunci kos kamu. Tadi pagi Ibu kos titip ke aku."
Aku meraih kunci yang dijulurkan Iren.
"Kok pada berdiri di luar? Ada apa?"
Aku dan Iren serempak menoleh ke sumber suara. Ternyata Pipit.
"Eh?! Ini siapa, kok aku baru lihat? Kamu penghuni baru di kos ini ya?" tanya Pipit ke Iren.
"Iya, aku penghuni baru di sini. Kenalin, Iren," dia menjulurkan tangannya ke Pipit.
"Aku Pipit, sahabatnya Tisa." Pipit menerima uluran tangan Iren.
"Kalian mau eskrim nggak? Aku baru beli eskrim nih!" Iren mengacungkan kantong plastik di tangannya.
"Mau!!" Aku dan Pipit serempak menjawab.
"Kok kamu beli eskrim banyak banget Ren?" tanya Pipit.
"Iya, lagi promo katanya. Yuk, ke kamarku!"
"Aku ganti baju dulu ya!" Aku berlalu masuk ke kamar.
Dengan kecepatan kilat, aku mengganti bajuku. Tak sabar ingin menikmati eskrim gratis.
Aku bergegas ke kamar Iren.
"Ini, buat kamu Tis!" Iren memberiku satu cup eskrim rasa cokelat.
"Makasih Ren!" Aku membuka tutup cup eskrim.
Tidak lupa aku menjilati eskrim yang menempel pada tutup cup-nya. Sayang, nanti mubasir. Hehehe.
"Tis, aku minta eskrim kamu dong! Kayanya punya kamu lebih enak deh!" Pipit menyendok eskrim di tanganku.
"Buset! Aku aja belum ngerasain punyaku, udah kamu duluan yang coba!!"
Pipit hanya nyengir mendengar ucapanku.
"Tis, cobain punyaku deh. Punyaku enak tahu!!" tawar Iren.
Aku mengernyit. "Punya kita kan sama-sama rasa cokelat Ren. Pasti sama lah rasanya."
"Nggak sama!! Kelihatannya lebih enak punyaku. Cobain deh!!"
Iren menyendok eskrim miliknya, kemudian menyodorkan ke mulutku.
Awalnya aku ragu. Tapi akhirnya aku memakan eskrim yang disuapin oleh Iren.
Karena aku merasa nggak enak, jika menolaknya. Apalagi kan dia yang ngasih eskrim.
"Gimana? Enak kan punyaku?"
Aku hanya mengangguk. Sama aja kok rasanya!
Kemudian aku beralih ke eskrim milikku sendiri.
Yang gratisan itu terasa sangat nikmat! Hahaha!
"Tis!"
"Ya? Kenapa?" Aku mendongak ke Iren.
Tiba-tiba tangan Iren terjulur ke bibirku. Dia mengusapnya.
"Ada eskrim di bibirmu!"
Aku terbelalak melihat Iren menjilat jarinya yang barusan ia gunakan untuk mengusap bibirku.
Wajar nggak sih, kalau ada orang yang menjilat eskrim bekas bibirmu?
Kulirik Pipit, sepertinya dia tidak melihat apa yang Iren lakukan barusan. Dia sibuk memakan eskrim.
"Bibir kamu warnanya bagus Tis. Kamu pakek lipstik apa?"
"Tisa mana pernah pakek begituan! Dia aja nggak pakek bedak, apalagi lipstik!" sahut Pipit.
"Iya kah? Kalau begitu bibir kamu merahnya alami ya. Lembut lagi!" ujar Iren. "Mungkin rasanya juga manis."
Aku mendongak kaget. "Apa Ren?!!"
Apa aku salah dengar?! Barusan aku sepertinya mendengar dia mengatakan bibirku manis!
"Ah, ini. Eskrimnya manis!"
"Ooh.."
Sepertinya tadi aku salah dengar!
________
Aku duduk di kasur, melipat bajuku yang sudah kering.
Pipit nggak jadi nginap. Tadi dia ditelpon Ibunya. Setelah makan eskrim, dia langsung pulang.
Tok tok tok
Aku menatap pintu kamarku yang diketuk seseorang.
Setelah kubuka pintunya, ternyata itu Ibu kos.
"Tisa, Ibu mau buka katering. Ini Ibu coba latihan masak. Kamu cobain masakan Ibu ya!" Ibu kos menyodorkan kotak putih.
Aku tersenyum lebar. "Terimakasih ya Bu."
"Iya, sama-sama. Ibu permisi dulu ya. Mau bagi-bagi ke tetangga yang lain."
Aku langsung menutup pintu ketika Ibu kos pergi.
Satu lagi yang membuatku betah di sini. Meskipun Ibu kos suka gosip, tapi dia baik. Suka bagi-bagi makanan.
Aku langsung memakan nasi dari Ibu kos.
Saat aku menggigit bakwan, aku terbelalak melihat isi bakwannya.
Mampus! Ada udang di dalam bakwannya!!
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾
waduh tisa alergi kah 🤔
2021-12-18
1
Arun AgamSalsabilla Shopp
lanjut
2021-11-18
1
Featri Dyana
KK othor up lgi dong..aq nungguin😍😍
2021-11-17
2