Aku melihat lampu merah yang masih berdurasi 60 detik.
Aduh, kalau lama-lama di sini, bisa-bisa Ayah melihatku.
Aku menatap topi yang bertengger di kepala Andri.
"Ndri, aku pinjam topi kamu ya."
Tanpa menunggu persetujuan Andri, aku langsung mengambil topi itu dan memakainya.
Aku melihat lampu lalulintas lagi. Sepertinya sebentar lagi akan berubah menjadi hijau.
3..2..1..
Lah! Kok lampunya tetep merah sih?! Mana durasinya jadi 120 detik lagi.
"Mas mas!"
Aku membulatkan mata. Sepertinya Ayah memanggil Andri. Aku segera menyembunyikan wajahku di di punggung Andri.
Andri menoleh. "Ada apa Om?" sahutnya.
"Di depan ada apa sih? Kok lampunya masih merah?" tanya Ayah.
Andri mendongak ke depan, berusaha melihat apa yang sedang terjadi di depan sana.
"Sepertinya terjadi kecelakaan Om," ucap Andri.
Apa?!! Kecelakaan?! Bakal lama dong berarti!
"Ndri, masa sih ada kecelakaan? Bakal lama dong kalau kayak gini?!" bisikku ke Andri.
"Udah, tenang aja. Begitu lampunya hijau, aku bakalan ngebut biar kamu nggak telat!"
Sekarang bukan masalah telat lagi. Aku lebih khawatir kalau Ayah melihatku!
"Kok lama banget ya Mas?" lagi-lagi Ayah bertanya ke Andri.
"Iya nih Om, lama banget. Padahal saya lagi buru-buru."
"Mau nganter pacarnya kerja ya Mas?"
Aku membulatkan mata mendengar pertanyaan Ayah.
"Iya Om," jawab Andri.
Mataku tambah membulat mendengar jawaban Andri.
"Ish! Apaan sih Ndri, kenapa kamu malah jawab iya?!!" ucapku sambil mencubit pinggang Andri.
"Aw!! Sakit tahu Sa!!"
"Biarin!!"
Lampu berubah menjadi hijau.
Akhirnya aku bisa bernafas lega. Mobil Ayah melaju meninggalkan kami.
Andri melajukan motornya dengan sangat cepat.
"Ndri, pelan-pelan. Jangan ngebut!!"
"Hah?!! Apa?!! Aku nggak denger!!"
Kebiasaan, kalau orang naik motor mendadak jadi budek!!
"Pelan-pelan! Jangan ngebut!!" teriakku. "Bukannya malah nyampek tempat kerja, aku malah terbang kebawa angin lagi!"
"Ahaha! Emangnya kamu layangan, yang bisa terbang kalau kena angin?!! Udah, pegangan aja. Aku mau nambah kecepatan nih!!"
Andri menambah kecepatan motornya. Membuatku harus berpegangan erat.
Memeluk erat Andri? Ayolah, ini bukan kisah romantis seperti di film-film.
Kalian salah. Alih-alih kelihatan romantis, aku malah kelihatan seperti nenek-nenek atau orang yang sudah tua kalau dibonceng sepeda motor. Yang kalau dibonceng, pasti selalu pegangan ke belakang.
Aku berpegangan erat pada pegangan belakang motor.
Karena motornya melaju kencang, sebentar lagi aku akan nyampek tempat kerjaku.
"Belok kanan!" ucapku memberitahu Andri.
"Stop, stop! Berhenti di sini." Akhirnya aku nyampe.
"Aku saranin kamu jangan sampai bonceng nenek-nenek ya," ucapku sambil turun dari motor.
"Kenapa?" dia terlihat bingung.
"Bisa encok dia kalau kamu nyetirnya kayak tadi!"
Andri malah tertawa. "Kan aku ngebut, supaya kamu nggak telat tadi."
"Cieee, Tisa. Dianterin siapa tuh?!!" Lilis, teman kerjaku tiba-tiba menghampiriku.
"Apaan sih Lis, orang aku cuma dianterin ojek kok!"
Andri tiba-tiba menyodorkan tangannya, seperti minta sesuatu.
Aku mengernyit bingung. "Kenapa?"
"Katanya tadi aku ojek, ya udah aku minta ongkos ojeknya!"
Mataku membulat. Segera aku merogoh uang dari saku celana. Kuserahkan uang berwarna biru.
"Eh, kayaknya nggak ada kembaliannya deh! Nggak usah deh!" tolaknya.
Aku tahu dia cuma bercanda minta ongkos ojeknya.
"Ya udah, aku pulang dulu ya." Andri melajukan motornya meninggalkan kami.
"Tis, itu beneran pacar kamu ya? Aish, punya pacar kok nggak bilang-bilang sih?!"
Aku melirik kesal Lilis. "Orang dibilang ojek kok masih ngeyel. Kamu nggak lihat, dia tadi minta ongkos ojeknya?! Udah ah, ayo kita masuk!!"
"Tumben hari ini kamu pakek topi Tis?"
Aku meraba topi di kepalaku.
Aduh, aku lupa nggak ngembaliin topinya Andri.
________
Sepulang kerja, aku dan Lilis mampir ke tukang sempol yang mangkal tak jauh dari pabrik tempatku kerja.
Banyak orang jualan jajanan di sini. Kanan kiri jalan dipenuhi dengan orang jualan.
Kalau nggak pintar-pintar ngerem duit, bisa langsung habis gaji sebulan.
Setelah itu, kami duduk di kursi tempat biasanya kami nunggu angkot sambil memakan sempol.
"Tis, Mas yang tadi kok nggak jemput kamu ya?!"
Aku melirik ke Lilis. "Ck, kan aku udah bilang, kalau dia itu cuma ojek!!"
"Masa sih? Kok tukang ojek keren gitu?!"
"Kamu tahu dari mana kalau dia keren?! Kamu aja tadi pagi nggak lihat wajahnya, kan dia pakek masker!!" sahutku kesal.
"Pakek masker aja keren, apalagi nggak pakek?!"
Tiba-tiba sebuah mobil warna hitam berhenti di depan kami. Aku dan Lilis saling pandang.
Seorang cowok dengan jas rapih keluar dari mobil.
Aku terbelalak. Andri!!
Bukannya dia tadi pagi naik motor ya?!! Kok sekarang jadi naik mobil?!
Dia berjalan menghampiriku.
"Ngapain kamu ke sini?!" tanyaku.
"Aku mau ambil topi yang kamu pinjam tadi pagi." Andri menunjuk topi yang aku pegang.
Astaga!! Kita kan satu kosan! Aku bisa mengembalikannya pas pulang nanti. Kenapa dia repot-repot datang ke sini?!!
"Ya ampun Tisa! Jadi cowok ini yang nganterin kamu tadi pagi itu ya?!! Ternyata cowok kamu tajir ya!"
"Sudah kubilang dia itu bukan pacar aku!!" Aku sedikit menekan suaraku agar tidak terdengar oleh Andri.
"Nih! Terimakasih." Aku menyodorkan topi Andri.
"Kamu nggak pulang?" tanya Andri sambil meraih topinya.
"Kita lagi nunggu angkot Mas," jawab Lilis spontan.
Aku menoleh kaget ke arahnya.
Yang ditanyain siapa, yang jawab siapa.
"Kalau gitu, bareng aku aja yuk?" ajak Andri.
"Nggak usah. Kamu duluan aj--"
"Boleh Mas. Yuk kita masuk mobilnya Tis!" Lilis memotong ucapanku dan menarik tanganku masuk mobil.
Aku tak bisa menolak lagi saat tubuhku ditarik masuk ke dalam mobil. Kami berdua duduk di belakang.
"Tis, kamu hebat ya. Aku nggak nyangka kamu ternyata punya pacar tajir!" bisik Lilis.
"Lilis, udah berapa kali aku bilang, dia itu bukan pacar aku!!" aku balas berbisik.
"Tapi Tis, ini kesempatan kamu. Ada cowok cakep, tajir lagi. Langsung sikat aja!!"
"Emangnya kamu kira baju, main sikat aja!"
________
Suasana di dalam mobil menjadi hening ketika Lilis sudah turun dari mobil. Tak ada pembicaraan diantara kami.
Andri terlihat seperti seorang supir yang sedang mengantar majikannya. Apalagi dengan posisiku yang duduk di belakang.
"Ehem!" Aku sedikit berdehem untuk memecahkan keheningan.
"Melihat dari mobilmu yang bagus, sepertinya kamu bukan orang tidak punya."
Andri melirikku dari kaca spion diatasnya.
"Jangan salah sangka. Mobil ini bukan punyaku. Aku meminjamnya dari temanku," sanggahnya.
"Hmh! Kau pikir aku percaya? Sebelum berbohong, harusnya kamu copot dulu gantungan yang ada di atasmu itu!"
Ada gantungan kayu dengan nama Andri yang bergantung di kaca spion atasnya.
Aku tersenyum, Andri tidak bisa menjawab pertanyaanku.
Aku tidak tahu kenapa Andri berbohong. Aku juga tidak terlalu peduli dia itu orang kaya atau bukan. Itu bukan urusanku.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Ganuwa Gunawan
dia kira s andri topo dapur.. yg mesti d sikat biar bersih tuh kotoran nya
2022-10-12
0
◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾
andri calon suami kau Tisa
2021-12-18
1
Arun AgamSalsabilla Shopp
lanjut lg Thor
2021-11-17
1