"Tis, Tisa! Bangun Tis!" Suara Pipit yang kencang, dan tubuhku yang seperti diguncang-guncang membuatku terbangun.
"Bangun Tis, bangun!"
"Apaan sih Pit? Aku tuh masih ngantuk!"
"Bangun! Ada cowok tampan datang ke kosan ini! Sepertinya penghuni baru!" ucapnya antusias. Dia bangkit, mengintip dari jendela kamarku.
"Aduh Pit, gitu doang heboh banget sih! Kirain apaan! Udah ah, aku mau tidur lagi. Mumpung lagi libur." Kurebahkan tubuhku lagi.
"Ck, ah Tisa! Ada cowok guanteng dicuekin!"
"Bodo amat. Aku ngantuk!"
"Ya udah deh. Kalau gitu aku pulang dulu ya. Nanti sore aku ke sini lagi. Daaah," ucapnya sambil membuka pintu kamar dan pergi.
Sementara aku? Aku kembali melanjutkan tidurku.
________
Aku baru terbangun lagi sekitar jam 10.
Perutku yang keroncongan ini menjadi alarm yang membuatku terbangun.
"Bakso! Bakso!"
Pas sekali! Tukang bakso lewat di depan kosanku.
Tanpa pikir panjang, aku langsung keluar kamar.
"Bakso Bang!" teriakku pada tukang bakso.
Tukang bakso berhenti.
Segera kuambil uang di dompetku, dan bergegas ke tukang bakso.
Tak kuhiraukan rambutku yang awut-awutan karena bangun tidur. Dengan cepat, kuikat rambutku asal-asalan ke atas.
"Satu porsi, dibungkus aja ya Bang." Abang tukang bakso mengangguk.
"Libur Neng?" tanyanya padaku.
"Iya Bang." Kuusap wajahku yang rasanya berminyak. Tak luput, aku juga membuang kotoran yang ada di sudut mataku.
"Nggak jalan sama pacarnya Neng?"
"Nggak punya pacar Bang," jawabku singkat.
"Masa sih, cantik gini tapi nggak punya pacar?"
"Ya emang nggak punya Bang, tapi kayaknya Abang perlu pakek kacamata deh," ujarku.
"Hah? Kok bisa?"
"Iya, soalnya kayaknya mata Abang bermasalah deh. Aku yang awut-awutan gini dibilang cantik. Pasti baksonya jadi mahal kan, karena gombalan tadi?"
Dilihat dari manapun, mukaku pasti saat ini minyakan banget. Apalagi muka bantal karena baru bangun tidur.
Abang bakso malah ketawa mendengar ucapanku.
"Neng, Neng. Yang namanya cantik itu, mau penampilan kayak gimanapun, ya tetep cantik!" imbuhnya.
"Udah ah Bang. Jangan gombal lagi, nggak bikin kenyang!" ucapku sambil membayar bakso dan masuk ke kamar.
Setelah ambil mangkuk, aku melahap bakso sambil nonton anime. Rutinitasku tiap libur, nonton anime.
Tak terasa, waktu sudah menjadi sore.
Aku yang lagi asik-asiknya nonton anime dari hp sambil dicas, dikagetkan oleh pintu kamar yang tiba-tiba dibuka seseorang.
"Pipit! Kalau mau masuk itu ketuk pintu dulu!" Aku memandang kesal kearahnya, tapi Pipit malah mendelik ke arahku.
"Udah dibilang, kalau hp lagi dicas itu jangan dibuat main!" Sekarang malah dia yang ngomel ke aku. Aku hanya memutar bola mata.
"Ya kalau kamu punya pacar, yang bela-belain harus balas chat. Lha ini, cuma nonton kartun doang! Bisa cepet rusak hpmu kalau dibuat main terus saat dicas!"
"Udah dibilangin, bukan kartun! Tapi anime, a-ni-me! Jangan berani-beraninya nyebut anime kartun!"
"Emang kenapa? Sama aja tuh! Kartun, kartun, kartun!" ucap Pipit mengejekku.
"Heeeghh! Dibilang nggak sama, ya nggak sama! Jangan nyebut anime kartun!!" Kututup mulut Pipit dengan tanganku.
"Hemph!" Pipit menepis tanganku. "Tanganmu kok rasanya asin sih Tis?"
Aku tertawa mendengar ucapannya. "Ya iya lah, orang barusan aku habis garuk ketek!" ucapku menyeringai.
"Iihhh, dasar! Tisa jorok!" Pipit mengusap-usap mulutnya. "Pantesan asin!"
Aku hanya tertawa melihatnya.
"Gimana rasanya ketek yang belum mandi dari pagi? Enak nggak? Hahaha!"
"Dasar! Dari tadi pagi kamu belum mandi?" Aku mengangguk menjawabnya.
"Ya ampun ... jorok banget sih kamu. Cepet mandi sana Tis! Bau tahu!"
"Nggak ah, males! Lagian nggak mau ke mana-mana kok."
"Kata siapa nggak kemana-mana? Ikut aku belanja ke mall yuk!"
"Huaaaii!" Aku menguap lebar. "Nggak ah males!"
"Ayolah Tis, aku bosen di kosan terus!"
"Yang bosen siapa?" tanyaku.
"Aku," jawabnya
"Yaudah, kamu aja yang pergi sendiri. Aku nggak bosen di kosan."
"Ayolah Tis, nggak seru kalau shopping sendirian," ucapnya memelas.
"Aku nggak suka shopping! Capek jalan ke sana ke mari!" sahutku.
"Ayolah, aku beliin cilok deh!"
Nah, dia mulai menyogokku!
Aku masih bergeming.
"Sama sempol deh."
Kulirik dia, aku masih tetap bergeming.
"Batagor juga!"
"Kuy, gasken!" Aku langsung berdiri. Cilok, sempol, batagor, l am coming!
"Eits! Mau ke mana kamu?" Pipit menahan bajuku.
"Kan mau ke mall, katanya mau shopping?"
"Mandi dulu sana!" titahnya.
"Nggak usah deh, kasian kamunya nunggu kelamaan nanti."
"Halah, bilang aja nggak sabar pengen makan cilok! Giliran soal makanan aja, gercep!"
"Ehehe." Aku hanya nyengir menanggapinya.
"Tapi Tis, seenggaknya kamu cuci muka dululah. Mukamu minyakan banget tuh!"
"Kenapa harus cuci muka kalau ada tisu basah?" ucapku sambil mengelap wajahku dengan tisu basah.
Pipit mengusap wajahnya kasar. "Ya Allah, bisa-bisanya aku punya sahabat kayak dia. Joroknya udah kelewatan!"
"Yuk berangkat!" ajakku.
"Sisir dulu tuh rambut! Berantakan kayak gitu!" ucapnya lagi.
Kuambil topi hitam yang tergantung di dinding. "Inilah kegunaan dari topi, sayang." Kupakai topi itu, menutupi sempurna rambutku yang tadi berantakan. "Nah, lihat! Nggak perlu sisiran lagi kan?" ucapku bangga.
Lagi-lagi Pipit hanya geleng-geleng kepala melihat tingkahku.
"Yuk lah, berangkat. Cilokku sudah menunggu." Aku berangkat dengan pakaian seadanya. Kaos oblong lengan pendek, celana training, dan topi hitam tadi.
Hahaha. Inilah aku. Aku tak pernah ribet soal penampilan. Aku memakai apapun yang membuatku nyaman.
Aku memandang Pipit yang tinggi semampai. Kulitnya putih dengan gincu merah di bibirnya. Tak luput dengan baju yang begitu, wah!
180 derajat sangat berbeda dengan penampilanku. Aku tak pernah berdandan, karena tidak bisa. Begitu belajar bikin alis, malah bentuk kotak dan jadi aneh.
Dia perempuan yang sangat menjaga penampilan. Apalagi dia bekerja di salon yang cukup terkenal.
Aku pernah ditawari kerja di sana, tapi aku nggak mau. Karena aku merasa tidak cocok berada di tempat yang berkilau seperti salon. Hehehe. Aku yang amburadul gini, kerja di salon?
"Pit, kamu udah tinggi. Ngapain masih pakek sepatu yang ada hak-nya?" Kupandangi sepatunya itu. Entah berapa centimeter tingginya. Ngilu aku lihatnya.
"Ini namanya fashion sayang, fashion! Ugh! Sayangku ini, besok-besok aku akan ajari kamu fashion deh!" ucapnya sambil menggandeng lenganku.
"Fashion apaan? Udah tinggi, masih pakek sepatu tinggi! Kayak galah tahu nggak!" ucapku tertawa. "Enak deh, nanti kalau ada pohon ceri, nggak usah ambil galah. Orang ada galah di samping aku! Hahaha!"
"Aish! Tisa nih! Masa orang disamain sama galah! Gini nih, kalau nggak tahu fashion. Lihat tuh sepatu bulukmu!" Pipit menunjuk sepatu tali yang kupakai. "Harusnya mah, itu udah masuk tong sampah!"
"Enak aja! Ini nih masih bisa dipake tahu!" bantahku.
"Ada lubangnya tuh di depan! Sampai jempolmu udah kelihatan pun, aku yakin kamu masih pakek tuh sepatu. Baru kalau udah sol-nya lepas, nah, baru deh kamu bilang nggak bisa dipakek!"
"Nah itu kamu tahu!" sahutku.
"Tisa, Tisa. Kamu itu kerja uangnya buat apa sih? Beli pakaian enggak, make up juga enggak, keluarga juga kaya tapi penampilan kayak gembel gini!" ucapnya mencibirku. Aku hanya meliriknya malas.
"Eh, tapi tadi siang Ayahmu telpon aku lagi tahu! Nanyain kosan kamu di mana."
Aku menoleh terkejut. "Terus kamu bilang apa?! Kamu nggak bilang kan, alamat kosanku?!"
"Ya enggaklah. Kan aku udah janji sama kamu, tapi mau sampai kapan kamu nggak pulang ke rumahmu Tis?"
"Sampai aku sukses! Udahlah, jangan bahas rumah terus. Bahas lain aja!"
Orang-orang yang bersalipan dengan kami selalu saja memandangi kami.
Mungkin mereka heran dengan penampilan kami yang begitu kontras. Yang satu cantik bening, yaitu Pipit. Yang satunya lagi amburadul, aku!Hahaha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Park Kyung Na
suka ceritanya😊
2022-04-30
1
nuna_ruu
mau apa yang lewat kek, tidur nomor satu 🙈
guys, dapat jatah libur untuk tidur disegala rutinitas dari senin sampai minggu itu berharga banget lho, beneran deh
2022-01-03
1
💐⃞⃝⃟⍣⃝🌺﷽🆅🅸🅽🅰❶﷽⍣⃝కꫝ🎸᭄꧂
tisa,seperti ku, amburadul. bedanya, tisa kaya, aku miskin. 😁😁
semangat selalu author💪
2021-12-15
1