Part 5 Kemenangan

Semua yang berada di ruang sidang terkejut dengan apa yang terekam di flashdisk itu, begitu juga dengan Laras, karena ia tidak tau dengan hasil rekaman itu,

Semua mata tertuju pada Laras, begitupun dengan nyonya Martha,

"Nona Laras... apa anda harus menyelinap hanya demi membuktikan hal ini, itu termasuk tindakan melanggar privasi seseorang,"

"Pak Hakim... itu tidak benar... yang di katakan tuan valko tidak benar, aku tidak tau rekaman itu, sungguh itu bukan bukti yang aku kumpulkan"

"Tapi bukti ini ada di berkas mu Nona Laras"

"Bukti itu saya yang kirim tuan hakim"

Tiba-tiba suara seseorang yang tidak di kenal Laras muncul dari arah pintu,

"Maafkan saya... karena hadir terlambat,"

pria itu berjalan ke arah mimbar, sedangkan Laras turun dengan heran melihat sosok yang satu kali ia lihat,

"Siapa anda....apa urusan anda disini"

Valko mengintimidasi pria itu, pria yang sudah berpakaian seorang pengacara,

"Perkenalkan saya adalah Iyas, pengacara nona Ana selaku korban disini, maafkan saya karena datang terlambat"

Iyas mengeluarkan kartu identitas pengacaranya agar mereka semua percaya,

Nyonya Martha tidak percaya dengan tindakan putranya itu,begitupun dengan Laras, dia juga tidak percaya kalau putra kliennya adalah seorang pengacara juga.

"Maafkan saya tuan hakim, karena saya menggunakan bukti yang memalukan seperti itu, karena saya tau pria yang menjadi tersangka bukankah pria yang bisa di anggap remeh, tapi demi klien saya, saya harus melakukan itu, sebenarnya bukti dari nona Laras sudah cukup membuktikan tentang kejahatannya, namun.... saya ingin membuktikan, bahwa bukan hanya klien ku yang sudah menjadi korbannya, jadi demi martabat wanita, saya harap korban mendapatkan keadilan seadil-adilnya"

Laras masih tidak percaya,di saat semua laki- laki menganggap rendah wanita, ternyata masih ada yang ingin meninggikan martabat wanita, ia terus menatap pria yang baru pertama kali ia lihat itu, timbul senyum di bibirnya,

lama ruangan itu senyap, akhirnya palu sudah di ketuk kan,

"Dengan semua bukti, saudara Ana terbukti sebagai korban, dan akan menerima biaya kerugian sebesar 100juta dari pihak tersangka, dan tersangka akan di hukum 15tahun penjara"

Tok..Tok..Tok...

Suara palu di atas meja, semua orang banyak yang keluar tinggal Laras,Martha Iyas dan keluarga korban, sedangkan keluarga tersangka menatap dua orang yang sudah membuat anak nya di hukum, terlihat jelas dendam di mata mereka.

"Tuan Iyas... terimakasih atas bantuannya, terimaksih atas semua yang tuan lakukan, saya dan keluarga tidak akan pernah lupa dengan kebaikan tuan"

ucap ayah dari korban yang tak lain lagi adalah karyawan nya sendiri,

"Aku melakukannya bukan untuk kalian,tapi untuk pengacara yang berhati mulia,seperti yang kau ucapkan kemaren"

sambil menatap Laras yang berdiri tidak jauh darinya,

"Tuan ... saya berterima kasih atas bukti yang anda kirimkan, tapi... saya tidak butuh bukti itu, karena dengan bukti yang saya kumpulkan saya sudah bisa memenangkan kasus ini" ucap Laras sambil menunjuk kan senyum terpaksa nya,

"benar-benar wanita tidak tau terimaksih"

ucapan itu tidak keras namun cukup di dengar oleh Laras, yang jaraknya sudah semakin dekat dengannya,

"Iyas... sejak kapan... sejak kapan sayang.... " ucapan Martha yang mendekati putranya,

"mama kok ada disini dimana papa?"

"papamu sibuk, sudah jangan mengalihkan pembicaraan,jawab pertanyaan mama"

"sejak hari ini,detik ini juga"

semua terheran mendengar perkataan Iyas, semua mata tertuju padanya,

"hei.. sudah .. jangan lihat aku seperti itu, aku tau aku tampan.. tapi tidak usah segitunya juga ngeliat aku"

"maaf tuan ... saya tidak tau kalau anda punya sifat percaya diri yang tinggi"

ucap Laras diikuti tawa oleh Martha,

"baiklah pak Dayu... selamat untuk mu dan untuk putrimu, aku hanya bisa bantu sampai disini,"

"nyonya Laras, keluargaku berhutang banyak pada anda, suatu saat kami akan membalas jasa mu nyonya"

ucap orang tua yang masih tangannya merangkul putrinya,

"tidak perlu... saya ikhlas, lagian sidang ini memang sepenuhnya bukan karena saya, tapi karena tuan Iyas..."

Laras berkata sambil melihat ke arah Iyas, begitupun dengan Iyas, ia kaget dengan panggilan yang di lontarkan Laras, pandangan mereka bertemu satu sama lain,

"tuan... terimakasih... terimakasih ... banyak"

"tidak perlu... aku sudah bilang, aku melakukan itu hanya demi nona Laras"

"ehmmm ehmmm.... baiklah mari kita rayakan kemenangan ini bagaimana?"

usul nyonya Martha yang memecahkan ketegangan suasana.

"kalau kalian berkenan mampirlah kerumah ku, istriku sudah mempersiapkan semua, meski sederhana, tapi itulah bentuk rasa syukur keluarga kami"

ajak bapak dayu kepada para pahlawan yang di anggap sudah menyelamatkan kehormatan putrinya.

"benarkah pak? baiklah saya ikut,

ucap Laras yang di lihat aneh oleh Iyas,

"apa kau begitu tertarik dengan makanan??" kalau begitu bagaimana kalau kita rayakan di restoran saja" usul Iyas

"kamu saja tuan, saya ingin makan, makanan rumahan itu lebih menyenangkan"

Marta menatap anaknya yang sedari tadi melihat ke arah Laras.

*apakah Iyas menyukai nona Laras, kalau itu benar tidak akan repot menjodohkan mereka*

senyum nyonya Martha sangat terpancar di bibirnya,

"baiklah sayang... kita ikut mereka saja, hitung-hitung kamu berkunjung kerumah karyawan mu, itu bagus buat perusahaan"

ucap nyonya Martha sambil menyentuh tangan putranya, sebenarnya niatnya hanya ingin mendekatkan putranya dengan menantu idaman nya itu.

"baiklah saya ikut ma..."

"mari... mari tuan .."

mereka pun keluar dari ruangan sidang itu, dan segera menuju ke rumah pak Dayu,

beberapa saat kemudian mereka pun sampai, dan di sambut oleh ibunya Ana istri oak Dayu.

"terimakasih nyonya, tuan, saya hanya bisa melihat dari televisi, karena kondisi saya yang tidak memungkinkan untuk ikut kesana"

"ibu.... tidak usah berkata seperti itu, saya melakukan itu karena saya juga wanita, kita berhak berjuang,"

" sayang... nona Laras baik banget ya, cantik lagi, andaikan mama punya putri sepertinya, mama pasti akan bangga kepadanya, tapi itu tidak mungkin, setidaknya bisa jadi mantu mama juga gak apa-apa"

ucapan Martha yang sambil menatap mata putranya, seolah-olah ia melihat cinta juga di mata putranya,

"apakah dia wanita yang mama maksud tadi malam???"

"kamu juga menyukainya kan"

"aku tidak menyukai aku hanya ingin tahu saja"

"nah.. jika begitu kita lamar saja dia, dengan leluasa kamu akan mencari tahu tentangnya kan sayang?

sejenak Iyas berfikir... benar juga kata mamanya, ia bisa mencari tau semua tentang 4 tahun yang lalu,

kesakitan yang di rasakan 4 tahun lalu harus ia cari tau,

"kita bicarakan itu dirumah saja ya mah, gak enak kalau ada yang dengar"

"kenapa kalau ada yang tau.. malah itu bagus"

"mama...."

"oke oke... "

Iyas dan nyonya Martha pun melangkah mendekati keluarga pak Dayu,

"tuan silahkan duduk"

pak Dayu menyeret kursi agar Iyas bisa duduk, namun Iyas melarangnya,

"ini di luar kantor, jadi jangan sungkan pak,maafkan saya jika saya kasar di kantor, tapi itu adalah tanggung jawab saya"

"tidak apa-apa tuan, saya mengerti"

sekali lagi Laras menatap laki-laki di hadapannya itu, ia sedikit tersenyum namun langsung menundukkan kepalanya lagi, menyantap makanan di depan matanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!