BAB 2 Pertama Iyas melihat Laras

Laras sudah berada dalam kantornya, ia di sambut ramah oleh teman-temannya,

"Hai nona... hari ini kan hari liburmu???

kenapa masih masuk nona???"

goda salah satu rekan Laras

"Ada berkas yang harus ku ambil, setelah ini saya juga akan pergi... jadi tenanglah.. aku tidak akan berlama-lama disini tuan ...... "

Senyuman tersirat di bibir manis Laras, ia tahu bahwa temannya hanya menggodanya.

"Nona jangan berprasangka buruk terhadap saya, saya hanya...."

"Bercanda kali tuan", sambil mengambil berkas yang ada di dalam laci mejanya,

Laras pun melangkah keluar dari ruangan dengan diikuti teman prianya tersebut,

"Apakah benar kau akan menangani kasus itu,???"

"Eh kenapa nada bicaramu berubah tuan????" sambil terus melangkah kan kakinya,mereka bicara tanpa henti,

"Ya, aku akan menangani kasus ini, bahkan dengan gratis, kamu tau sendiri, kasus ini akan menentukan harga diri seorang perempuan, dan saya akan memastikan pria itu akan mendapatkan balasan yang setimpal"

Amarah yang ada di hati Laras sedikit demi sedikit terpancar di wajahnya, tangannya geram sambil memangku berkas, saat ia ingin masuk ke dalam mobilnya dering ponselnya menghentikan langkahnya,

"Iya nyonya, ada yang bisa saya bantu ..."

".........

"Oh baiklah nyonya, saya akan langsung menuju kesana"

"....,.......

"Ok sama-sama nyonya"

Laras pun mematikan ponselnya dan langsung menghidupkan mesin mobilnya, memutar mobilnya kearah yang berlawanan dengan tujuannya.

Beberapa saat kemudian ia sudah sampai di depan gedung tinggi, ia menatap gedung itu lalu menghembuskan nafas beratnya,

ia memasuki perusahaan itu dengan tenang dan langkah bagai model, semua mata tertuju padanya, sebagian sudah mengenalnya, mereka menundukkan kepala ramah kepada Laras

"Nona.... anda sudah di tunggu di ruangan presdir, namun saat ini ia masih berdiskusi dengan kepala direktur, Presdir harap anda tidak keberatan untuk menunggu"

"Baiklah, terimakasih,"

senyuman di bibir Laras terlihat jelas, karyawan itu pun menuntun Laras sampai keruangan Presdir mereka, sedikit menunggu akhirnya pintu ruangan itu terbuka,

karyawan itu membungkuk memberi hormat, saat sang direktur keluar dari pintu, sekilas direktur itu memandang Laras begitupun dengan Laras, tatapan mereka bertemu namun tidak ada senyum di bibir direktur itu, membuat senyum yang berada di bibir Laras pun menyusut,

Laras pun masuk dengan panduan karyawan itu yang tak lain lagi adalah asisten tuan presdirnya,

"Silahkan duduk nona Laras...."

"Terimakasih tuan...."

Laras pun duduk berhadapan dengan presdir yang sudah cukup berumur, ya dia adalah tuan Pradipta, pemilik utama perusahaan Pradipta group,

"Istriku ... pasti dia yang menyuruh nona kemari"

"Iya tuan..."

"Baik lah sepertinya anda terlihat sangat terburu-buru, saya hanya ingin mendiskusikan masalah yang terjadi dalam perusahaan, saya hanya butuh saran dari nona, sebelum saya mengambil jalur hukum adakah jalan lain????"

Presdir itu pun menceritakan deteil masalah yang terjadi, tentunya adalah masalah yang tadi pagi terjadi di ruang direktur.

"Kita harus mencari bukti, tidak harus langsung menyalahkan karyawan anda tuan, jelas dalam rekaman cctv ini, karyawan anda tidak melakukan hal yang salah, jika ini di bawa ke rana hukum, karyawan anda yang akan paling di rugikan, dan tentunya anda juga,"

Laras menjelaskan semua tentang pengetahuan nya di rana hukum, membuat Presdir itu terkagum dengan tindakan yang Laras berikan, ia terkesan dengan pengacara muda itu, matanya terus menatapnya, senyuman di bibirnya penuh dengan arti,

"Baiklah tuan, jika sudah tidak ada urusan, bisakah aku meninggalkan ruangan ini???

"Baiklah nona, hati-hatilah di jalan semoga hari mu menyenangkan, "

Dengan ramah tuan Presdir mengantarnya hingga keluar ruangan, Laras menundukkan tubuhnya memberi hormat dan segera meninggalkan perusahaan itu, 4 ekor mata terus mengawasi langkan Laras dari bilik ruangan,

"Apakah dia....?"

"Iya tuan... dia adalah nona Laras Pramudya"

tersirat senyum di bibir Iyas, ia terus menatap langkah Laras yang lama-kelamaan sudah menghilang dari jangkauan matanya,

Hari ini jadwal Laras sangat padat, pertama ia harus kerumah sakit, lanjut dengan bertemu seseorang yang selalu jadi kaki tangannya, lanjut menemui keluarga korban yang akan ia bantu,

"Kamu jangan menyerah... tetaplah semangat"

Terlihat jelas gadis itu sudah tidak bersemangat menjalani hari, bagaiamana ia bisa tenang, saat semua orang di lingkungannya sudah memvonisnya sebagai wanita murahan, demi uang ia rela naik ranjang pengusaha, dan menuntutnya tanpa ada rasa malu,

Itulah kata-kata yang sering ia dengar,

"Nona, anda percaya saya...."

"Tapi nona.. meskipun kita akan menang, desas desus itu tidak akan hilang"

"Aku akan mengurus semuanya, kamu tenanglah... aku akan memberikan keadilan untukmu, tapi aku membutuhkan bantuan mu untuk satu hal"

"Apa itu nona..."

"Seperti saran ku sebelumnya, anda barus terus membawa alat itu, saya yakin pria itu akan menemui anda esok atau nanti,"

"Apakah nona yakin itu,?"

"Beberapa bukti sudah ada di genggaman saya, jadi tenanglah, bersikaplah santai, agar orang tuamu juga bisa bersemangat, ingat hidupmu masih panjang, oke..."

"Terimakasih nona..... terimaksih banyak"

ucap gadis itu sambil menangis di pelukan Laras, gadis itu masih berumur 20 Tahun, namun kasus ini sudah benar-benar mencoreng nama baiknya,

***

"Brayen.... kamu bantu sedikit pengacara itu, saya juga ingin memberikan hukuman kecil untuk pria itu"

ucap Iyas sambil menatap arah jendela,

"Tapi tuan.... orang itu bukanlah orang yang bisa di anggap sepele, dunia gelapnya sangat membahayakan tuan, saya belum yakin, apakah nona Laras bisa memenangkan kasus ini, jika ia menang maka keselamatan nona Laras akan terancam tuan???"

"Apakah kau takut Bray ....???"

"Bukan begitu tuan, saya hanya mengkhawatirkan keselamatan anda, jika anda ikut campur dalam hal ini, mereka pasti juga akan mengincar anda tuan???"

"Beri bukti atas nama wanita itu,"

"Itu akan membahayakan non Laras tuan???"

"Saya tidak peduli itu, dan juga saya ingin tau lebih, sampai mana kemampuan wanita itu,

pertemuan pertama tadi, saya sudah bisa melihat mata singa di dirinya, ada keberanian yang tidak pernah di miliki orang lain, jadi lakukanlah apa yang saya katakan, saya ingin besok bukti itu sudah ada di pengadilan"

"Baik tuan, akan saya laksanakan"

Setelah berkata, Brayen pun meninggalkan ruangan Iyas, terlihat senyum samar di bibir Iyas, entah apa yang di rencanakan Iyas untuk Laras,

["Benarkah itu dia... jika memang dia adalah dia, kemana dia???? mata elangnya yang mengingatkanku akan 5 tahun yang lalu, dimana dia??? bagaimanapun kabarnya??

ckk.... mengingatnya saja,sudah membuatku marah,"] ucap Iyas dalam hatinya

Iyas menggerakkan giginya, geram dengan masa lalu nya yang terlihat di matanya,

jam berjalan seakan begitu cepat,

Kini Laras sudah ada di dalam perjalanan ingin pulang, dering ponselnya membuatnya tidak fokus mengemudi, tangan kirinya meraba kursi sebelahnya sedangkan tangan kanannya fokus mengemudi,

"Ya hallo"

"Sayang.... ada dimana?"

"Ini di jalan Oma, sudah hampir sampai rumah kok, ada apa Oma??"

"ahh tidak sayang... ada tamu di rumah, ia ingin bertemu denganmu"

"siapa Oma??"

"Oma tidak mengenalnya sayang, cepatlah,dia sudah lama menunggu"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!