Di dalam kamar, Zianca duduk di meja belajarnya, memeriksa ponselnya. Ada pesan baru dari Fina.
"Lo tadi pulang bareng Aaron ya??" Tulisnya singkat.
Zianca yang bingung segera membalas pesan itu, bagaimana Fina bisa tau? Karena seingatnya Fina sudah lebih dulu pulang menggunakan ojek online.
"Tau darimana?"
"Tau dong.. Aaron tadi nanya lo pulang sama siapa, terus gue bilang kalau lo pulang naik busway karena gue nggak bawa kendaraan, terus dia diem aja sih.. gue tanya kenapa katanya pengen ngajak lo pulang bareng.. cieee..." balas Fina lagi.
"Kayaknya ada yang aneh deh.. dia juga tau gue tinggal dimana.."
"Dulu dia pernah nanya alamat rumah lo sama gue.. tapi itu udah lama banget sih.. kenapa baru sekarang ya doi ngikutin lo pulang??"
"Seriusan?? Emangnya rumahnya dimana sih?"
"Kalau nggak salah di daerah Langga deh.."
Zianca tertegun, daerah Langga itu sangat jauh dari rumahnya, daerah itu pusat perkotaan, kalaupun ada perumahan disana itu komplek perumahan super elit, ditambah lagi arah jalannya juga beda jauh kalau dari sekolah menuju rumahnya dan rumah Zianca, Zianca pun berpikir keras, kenapa Aaron berbohong padanya. Pertama soal tau alamat rumahnya, ia mengatakan kalau dialah yang memberitahu Aaron alamat rumahnya, lalu dia juga berbohong soal jalur rumah mereka yang searah.
"Mungkin dia ada keperluan di sekitar sini.. kan deket deket sini ada banyak kos-kosan.. mungkin temennya ada yang ngekos di deket sini.." balas Zianca berusaha tidak peduli.
"Kayaknya nggak mungkin deh.."
"Au ah gelap.." balas Zianca singkat.
Zianca segera meletak ponselnya di atas meja, kemudian ia menyalakan laptopnya ingin memeriksa info perguruan tinggi.
Samar-samar ia masih bisa mendengar kalau ibunya dan Mikha masih berbincang bersama. Mikha memang sangat dekat dengan ibu mereka, sementara Zianca dekat dengan ayahnya. Ayahnya tidak pernah membeda-bedakan perhatian pada anaknya, namun Mikha selalu menyalah artikan setiap perkataan ayahnya, itu penyebab perdebatan antara mereka berdua sering terjadi.
Zianca mengulik setiap detail info perguruan tinggi di daerahnya maupun yang di luar kota. Ia memang pernah berencana untuk kuliah di luar kota, dia ingin hidup mandiri. Di satu sisi ia ingin tinggal sendiri, agar tidak lagi sering berdebat dengan ibunya. Ibunya sering memancing perselisihan antara mereka, dengan memperbesar masalah-masalah kecil yang sepele. Terkadang saat lelah setelah pulang bekerja, ibunya akan melampiaskan rasa lelahnya dengan memarahi Zianca tanpa alasan, lalu akan berujung dengan perdebatan antara ibu dan ayahnya yang selalu membela Zianca yang tidak tau kesalahannya apa. Itu benar-benar membuatnya merasa tertekan.
Saat fokus memilih-milih artikel, tiba-tiba ia menemukan sebuah artikel yang berisi info beasiswa keluar negeri yang di sponsori oleh sebuah perusahaan besar di kotanya. Perusahaan itu memang yang terbesar di kotanya, bahkan ayahnya bekerja di salah satu anak cabang perusahaan itu. Ayah Zianca seorang IT di perusahaan perbankan. Sementara ibunya seorang akuntan di perusahaan media massa.
Mereka hidup cukup mapan, namun 3 tahun lalu, mereka harus menanggung hutang di bank yang cukup besar untuk biaya kuliah Mikha yang pertama di universitas kedokteran, namun Mikha berhenti di pertengahan semester 2 dengan alasan tidak sanggup lagi meneruskan kuliahnya di kedokteran, padahal orang tuanya harus meminjam di bank uang yang sangat banyak untuk itu, tapi ayah dan ibunya tidak mempermasalahkan itu, mereka tidak pernah memaksakan keputusan anak-anak mereka untuk urusan pendidikan, yang penting anak-anak mereka bertanggung jawab dan menyelesaikan pendidikannya dengan sangat baik. Kini ia tengah berkuliah lagi di universitas swasta jurusan akuntansi.
Itu kenapa ayahnya cukup keras pada Mikha, karena dia sosok yang kurang bertanggung jawab dengan setiap keputusan yang dia ambil meski ia anak yang pintar.
Zianca melihat rincian tawaran beasiswa itu untuk di beberapa negara di Eropa. Zianca terus fokus membaca, dan dia merasa sangat tertarik dengan itu. Setelah selesai kuliah mereka juga dijamin akan langsung mendapat pekerjaan dengan posisi dan gaji yang besar. Hal itu mengingat bahwa perusahaan itu memang sangat besar dan sukses, jadi tawaran yang mereka berikan tidak main-main.
Selama kuliah semua biaya akan di tanggung, mereka dapat tempat tinggal, uang makan, uang transport, uang saku, uang kuliah, dll. Akhirnya Zianca bertekad ingin mencoba beasiswa itu.
****
Saat bangun, tidak seperti biasanya rumah mereka terdengar sangat sepi. Di liriknya jam di dinding pukul 6.25 pagi. Biasanya jam segini ibunya sudah mulai mengomel. Zianca yang merasa aneh bangkit dari tidurnya, segera memeriksa keluar. Dia tidak menemukan siapapun, namun ia melihat sesuatu di meja makan. Ia mendekati meja makan itu.
Sarapannya telah tersedia dan ada catatan kecil di atas meja.
"Kami berangkat duluan karena harus mengantar Mikha berangkat kerja.. kamu jangan lupa sarapan.. hati-hati di jalan ya.." tulis papanya jelas. Disana juga terdapat uang pecahan 5ribu dan 10ribu dari ibunya. Bahkan kalau di pikir-pikir uang itu tidak cukup untuk uang transportasi dan makan siangnya. Namun Zianca tidak pernah ambil pusing soal itu karena ia punya tabungan cukup banyak.
Zianca hanya bisa menghela nafas pelan, ia sudah merasa mual membayangkan pengap dan penuh sesaknya busway di pagi hari seperti ini. Dia juga yakin pasti akan terlambat datang ke sekolah.
Zianca segera bersiap-siap untuk berangkat sekolah, saat hendak menyimpan ponselnya ke dalam tas, ternyata ia mendapat pesan singkat dari ayahnya, pesan itu di kirim pukul 5.40 pagi tadi.
"Papa ada tinggalin uang transport buat kamu di dalam saku tas kamu.. kamu naik ojek online aja biar nggak telat.. jangan lupa sarapan.. hati-hati di jalan ya Nak.." Zianca memeriksa laci tasnya, ada selembar uang pecahan 50 ribu.
Padahal di dalam sana masih ada uang pecahan 50 ribu yang sebelumnya di kasih ayahnya.
Zianca lalu mengambil kedua lembaran uang 50ribu itu dan memasukkannya ke dalam celengan besinya dalam lemari pakaian.
Di dalamnya banyak lembaran uang pecahan 10ribu, 20ribu dan 50ribu. Sudah hampir 3 tahun terakhir ia menabung, dan tidak pernah menghitunganya, saat SMP dulu dia juga menabung selama 3 tahun, lalu setelah lulus sekolah ia menghitung uang tabungan itu, ternyata mencapai 8 juta rupiah.
Dari uang itu ia membeli ponsel baru, sepatu baru, tas baru dan laptop baru untuknya. Ia juga membelikan kado untuk ayah dan ibunya berupa sepatu kerja untuk sang ayah, dan tas kerja untuk sang ibu. Zianca lah yang selalu memberi kado di hari spesial kedua orang tuanya, sementara Mikha tidak pernah memberi kado apapun, malah kadang ia pasti sering melupakan hal penting itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments