Saat pulang sekolah, Zianca memutuskan pulang menggunakan angkutan umum, biasanya ia akan nebeng pulang dengan Fina, namun udah beberapa hari ini sepeda motor Fina sedang rusak. Sementara Puput tinggal tidak jauh dari sekolah, jadi dia selalu di antar jemput oleh Ibunya.
Zianca menunggu busway di halte depan sekolahnya. Di jam-jam sore seperti ini biasanya busway itu memang akan datang terlambat.
Ia mendengarkan lagu-lagu kesukaannya menggunakan wireless earphone nya. Ia berdiri di pojok halte, menghindari kerumunan siswa dan siswi lain yang juga ikut mengantri.
Tiba-tiba seseorang menarik sebelah wireless earphone nya, mengagetkan Zianca yang terbelalak kaget.
"Lagi dengerin apa sih??" Seru Aaron mengagetkan Zianca.
"Kamu belum pulang?"
"Belum.. aku lagi nungguin busway.." jawabnya enteng sambil masih mengenakan sebelah wireless earphone Zianca di telinganya.
"Busway?? Mobil kamu mana?" Tanya Zianca heran.
"Lagi di bengkel.." jawabnya singkat memejamkan matanya menikmati lagu yang berirama di telinga kirinya.
Zianca hanya mengangguk tak berkomentar.
"Kamu tinggal di komplek Anggrek kan?" Tanya Aaron melepas wireless earphone Zianca.
"Iya.. kok kamu tau??"
"Dulu kamu kan pernah kasih tau ke aku.." jawabnya lagi.
Zianca mengingat-ingat kapan ia pernah memberitahu Aaron alamat rumahnya, karena seingatnya mereka tidak pernah membahas hal pribadi satu sama lain.
"Kamu emang selalu pulang sendiri ya?" Tanyanya lagi.
"Iya.."
"Gimana kalau mulai besok aku yang anterin pulang??"
"Ehh nggak usah.. rumah aku lumayan jauh dari sini.."
"Nggak pa-pa.. kita searah kok.."
Zianca hanya tertegun, dia tidak pernah tau kalau rumah Aaron searah dengan jalan rumahnya.
"Nggak perlu.. makasi ya tawarannya.." geleng Zianca mantap.
Tak lama busway pun tiba di halte. Zianca dan Aaron segera masuk ke dalam busway tersebut, busway itu penuh sesak seperti biasanya. Zianca memilih berdiri di dekat pintu, sementara Aaron berada tidak jauh darinya.
Zianca tampak tidak memperdulikan sekelilingnya. Ia hanya berdiri menghadap ke pintu, pandangannya kosong memandang keluar. Aaron ternyata tengah memperhatikannya dengan seksama tanpa ia sadari.
Sesekali Zianca bergerak dan mencuri pandang ke arah Aaron, lagi-lagi ia mendapati Aaron menatapnya dengan tatapan aneh. Zianca segera mengalihkan pandangannya, pura-pura tidak melihat ke arah Aaron.
Ada 10 halte yang telah di lalui hingga Zianca tiba di halte depan komplek perumahannya.
Saat turun, Zianca sempat menoleh ke arah Aaron, ia tampak menyeringai aneh pada Zianca. Dia benar-benar tampak berbeda saat berada di luar sekolah, sama seperti dirinya. Dia akan menjadi pribadi yang berbeda ketika seorang diri atau sedang bersama keluarganya.
Ia masih harus berjalan kaki sekitar 2 km ke dalam, 50 meter pertama dari jarak gerbang ke dalam itu merupakan taman bermain dan pepohonan yang sangat rindang, Ayahnya selalu was-was ketika Zianca berjalan kaki melewati area itu. Tetapi tak ada pilihan lain, karena hanya itu satu-satunya jalan masuk ke dalam komplek perumahan mereka.
Zianca mempercepat langkahnya, ia merasa ada yang sedang mengikutinya. Ia bahkan sudah tidak tau lagi lagu apa yang sedang berirama di kedua telinganya. Ia merasa mulai panik, ia semakin mempercepat langkahnya, hingga tiba-tiba seseorang menarik bahunya keras.
"Arghh !!" Sontak Zianca langsung meringkuk sambil berjongkok di pinggir jalan dan terpekik ketakutan.
Tangan itu menarik sebelah wireless earphone Zianca.
"Heh !! Apaan sih !!" Celetuk Mikha panik mendengar pekik kuat Zianca.
Zianca melongo melihat kakaknya Mikha tengah berdiri di hadapannya.
"Kak Mikha??"
"Makanya kalau lagi dengerin lagu suaranya jangan terlalu keras.. daritadi aku panggil-panggil.." gerutu kakaknya ketus.
"Maaf kak.. aku pikir tadi ada orang yang ngikutin aku.."
"Ya iyalah.. aku orangnya !!" Ia melangkah cepat meninggalkan Zianca kesal.
"Kak.. tunggu aku.." Zianca segera berlari kecil menyusul langkah cepat Mikha.
"Maaf ya.." imbuh Zianca lirih.
"Cepetan.." jawabnya masih terdengar kesal.
Hubungan Zianca dan Mikha tidak selalu baik dan tidak selalu buruk. Terkadang mereka sangat mesra dan akur satu sama lain, namun terkadang saling berteriak dan bertengkar karena hal-hal sepele seperti musuh bebuyutan.
Meskipun begitu, Zianca sangat menyayangi Mikha, meski kadang Mikha bersikap sesukanya dengan dia, namun dia tidak peduli dengan hal itu, dia tetap menyayangi kakaknya.
****
Makan malam bersama hal dirumah hal yang biasa di lakukan. Hampir tiap malam ayahnya membelikan nasi goreng bakso pedas kesukaan Zianca, sementara saat Mikha pulang, ayahnya akan membelikan bihun goreng seafood pedas manis.
Makan malam itu seperti biasanya, tidak ada hal yang istimewa.
"Udah kamu bayarkan uang semester kamu??" Tanya ibunya memulai percakapan.
"Udah dong Ma.. udah aman.." sahut Mikha enteng.
"Semoga kuliah kamu lancar terus ya Nak.. kamu kan kuliah sambil bekerja.. lebih baik kamu juga harus belajar menghemat.. ya minimal untuk mencukupi keperluan pribadi kamu.." Ryo tau kalau Mikha masih suka minta uang jajan dari istrinya, namun Winda tidak pernah memberitahunya hal itu.
"Aduh Pa.. biaya hidup zaman sekarang itu emang tinggi, apa apa serba mahal.. sehari aja cuma buat makan aku habis ratusan ribu.." ujar Mikha santai sambil menyantap bihun gorengnya.
"Ha?? Emang kamu makan apa?? Makan dimana??" Timpal ayahnya kaget.
"Ya di cafe lah Pa.. atau nggak kadang temen-temen ngajak makan di mal.. mana ada yang murah.."
"Ya ampun.. kan sayang duitnya Mikha.. kenapa nggak makan di kantin kantor? Kamu bilang di kantor ada kantinnya??" Ayahnya terkejut mendengar pernyataan Mikha.
'Aku aja jajan sehari cuma 15 ribu.. bisa-bisanya kak Mikha sehari habisin ratusan ribu..' batin Zianca takjub.
Dia pun sempat berpikir untuk bekerja sambil kuliah nantinya, dia sangat ingin hidup mandiri seperti kakaknya, dan yang pasti ingin menabung banyak uang agar bisa membeli rumah dan kendaraan sendiri di masa depan.
"Ya ampun Pa.. kenapa sih heboh banget?? Biasa kok ngabisin banyak uang untuk belanja makan.. lagian dia udah bekerja.. ya wajar aja kalau dia ingin menikmati hasil keringatnya sendiri.." celetuk ibunya membela.
"Kamu selalu aja belain perlakuan yang salah.. harusnya kamu tegur Mikha.. biar dia bisa belajar menghemat.. kamu pikir aku nggak tau selama ini kamu masih sering kirim uang jajan untuk dia?? Aku nggak masalah kamu kasih dia uang saku.. tapi aku rasa itu hal yang nggak wajar.. dia punya gaji yang cukup besar, uang kuliah juga masih kita yang tanggung.. aku juga masih kasih dia uang saku bulanan.. tapi kamu juga masih selalu kirimin dia uang saku mingguan diam-diam kan?? Coba kamu hitung-hitung, berapa banyak uang yang dia habiskan dalam sebulan.. dia hanya menghabiskan banyak uang untuk foya-foya.." omel ayahnya kesal.
"Jadi Papa keberatan kasih aku uang saku??" Celetuk Mikha sinis.
"Papa cuma ingin kamu belajar menghemat.. punya tabungan untuk diri kamu sendiri di masa depan.. kamu nggak perlu mikir untuk kasih papa dan mama kamu apa-apa.. kamu bisa mengatur hidup kamu jadi lebih baik itu sudah cukup.." Ryo segera bangkit dari duduknya, ia meninggalkan makan malamnya dan pergi naik ke lantai 2 menuju ruang kerjanya.
Mikha dan ibunya tampak sangat kesal. Sementara Zianca yang mendengar perdebatan itu hanya terus mempercepat makannya, setelah selesai ia segera bangkit dari duduknya, mengemas piring dan gelas kotornya, lalu mencuci bersih piring dan gelas kotor itu.
Kemudian ia segera berlalu masuk ke dalam kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Lina Zascia Amandia
Mampir memberi like. 3 bab dulu ya...
2022-08-07
1