"Woi.. Zi !!! Pagi-pagi udah heboh aja.." seru seseorang dari arah belakang mengagetkan lamunan Zianca yang memandang Buk Tini lekat-lekat.
Zianca dan Fina menoleh ke belakang, ternyata itu Puput teman mereka. Zianca hanya terkekeh melihat gaya Puput yang terngah berlari. Bagaimana tidak, tubuh bongsor dan mont*k Puput terlihat sangat lucu saat berlari.
"Kayak nggak tau Zianca aja.. sekolah ini rame dan seru cuma gara-gara dia doang.." imbuh Fina terkekeh merangkul lengan Zianca dan Putri.
"Yuk buruan.. tapi temenin gue ke toilet dulu ya.. mau dandan nih..." rengek Fina menyeret kedua temannya.
"Wajah lo udah cantik gini ngapain harus di poles make-up sih.." gerutu Puput.
"Ihhhh nggak PD tauu.." gumam Fina merengek.
"Yaelah.. mending tempelin wallpaper aja sekalian.. tahan lamaaa.. kalau bosan tinggal dibuka, terus tempel yang baru.." timpal Zianca sinis mendengar rengekan Fina.
"Sial*n ni orang.. lo pikir muka gue kayak tembok.."
"Lah kan emang kayak tembok.. tebel bener tu muka.. udah bolak balik di tegur guru jangan pake makeup ke sekolah.. ehhh masih aja tetep pake makeup ke sekolah.." jelas Zianca santai.
"Jahat banget sih !!" Tukas Fina merajuk.
"Yang ngambek ga boleh nyontek pas ulangan kimia ya.." goda Zianca saat melihat Fina yang manyun.
"Astaga !! gue lupa hari ini ada ulangan.. gue belum ada belajar sama sekali !!" Pekik Fina tertahan.
"Emang pernah belajar??" Timpal Zianca lagi-lagi menggoda Fina.
"Ya pernah lah.." tukas Fina mencubit kecil lengan mungil Zianca.
"Aww !!! Sakit tau !!" Gerutu Zianca mengusap-usap lengannya.
"Nih orang udah muka tembok, hobi KDRT temen lagi.." omel Puput menjewer telinga Fina yang menyeringai kesakitan.
Lalu mereka bertiga tertawa tanpa ada rasa marah, kesal atau tersinggung atas semua ucapan mereka satu sama lain. Begitulah pertemanan Zianca. Mereka selalu bebas mengatakan apa saja tanpa batasan dan tanpa ada rasa tersinggung ataupun sakit hati. Meski ucapan mereka terkadang serius, namun mereka sudah saling mengenal karakter masing-masing. Itu sebabnya mereka saling mengenal baik satu sama lain dan tetap langgeng sejak duduk di bangku SMA kelas 1.
***
4 minggu lagi adalah ujian kelulusan mereka. Sudah waktunya mereka terjun ke dunia perkuliahan untuk melancarkan jalan menuju cita-cita mereka.
Saat jam istirahat, Zianca, Fina dan Puput berada di kantin sambil menyantap makan siang mereka. Sebelumnya Zianca memeriksa uang sakunya yang di selipkan sang ayah ke dalam saku tasnya, ternyata Ayahnya menyelipkan selembar uang Rp 50,000. Biasanya Zianca akan menyimpan uang saku itu untuk di tabung, karena dia selalu mendapat uang saku setiap harinya dari sang ibu, tapi uang saku dari ibunya itu hanya pas-pas untuk makan siang saja. Itu sebabnya ayahnya suka sekali menyelipkan uang saku secara diam-diam ke saku tas Zianca.
Hari ini Zianca yang sedang merasa pusing hanya membeli sebungkus roti dan air mineral dingin.
"Lu diet Zi??" Celetuk Fina heran.
"Nggak kok.. gue lagi males makan aja nih.." geleng Zianca pelan, padahal sebenarnya ia sedang tidak enak badan sejak pagi. Tapi Zianca sangat pintar menyembunyikan kesulitannya.
"Zizi.." sapa seseorang dari arah belakang.
Zianca menoleh dengan tatapan ramahnya.
"Eh.. Aaron.. baru keluar kelas??" Tanya Zianca ramah.
"Iya nih.. tadi banyak tugas di kelas.." ujar Aaron tersenyum manis mendekati meja Zianca.
Aaron siswa terkeren kelas 11 dan merupakan junior Zianca di sekolah, namun dia tidak pernah sekalipun memanggil Zianca dengan sebutan Kakak, ia selalu beralasan jika perbedaan usia mereka kurang dari setahun, itu artinya mereka sebaya. Jadi dia tidak punya alasan lain memanggil Zianca dengan sebutan 'Kak' meski ia adalah juniornya.
Sejak kelas 10 ia terpilih sebagai ketua osis sekaligus idolanya ciwi-ciwi di sekolah hingga saat ini.
Gimana enggak? Udah super cakep, keren, tajir lagi. Ia selalu bersikap hangat dan sangat ramah dengan Zianca, namun sangat dingin dan ketus dengan siswi yang lain. Pernah beredar rumor kalau Aaron dan Zianca pacaran, Aaron tidak pernah membantah sama sekali, dia hanya selalu tersenyum jika ditanyakan hal itu oleh teman-temannya, sementara Zianca sibuk membantah rumor itu, karena dia menganggap Aaron hanya sebatas teman saja.
"Zi.. makan yuk? Aku traktir ya.." serunya lagi.
"Ehh nggak usah.. aku udah jajan kok.. kamu lanjut makan aja.." geleng Zianca sungkan.
"Beneran? Dari dulu kamu selalu aja nolak tawaran aku.. kamu malu ya karena aku adek kelas kamu?" Ujar Aaron ketus.
"Eh.. bukan gitu.. tapi beneran.. aku udah jajan kok.. nih liat aku udah beli cemilan sama minuman.. aku juga ada cemilan lain di dalam tas kok.." jelas Zianca merasa tak enak hati.
"Oh.. yaudah deh.. kapan-kapan aku traktir ya.." ujarnya lagi tersenyum manis, segera berlalu menghampiri meja teman-temannya.
"Cieee.. Zizi masih aja jadi incaran brondong yang satu ini.." goda Puput meledek setengah berbisik.
"Apaan sih.." tukas Zianca tertawa.
"Eh.. tapi beneran loh Zi.. dari dulu dia berusaha banget deh buat deketin lo.. apalagi waktu lo masih jadi wakil ketua Osis.. cara dia ngomong sama lo juga beda.. pake aku kamu hahahah.." ungkap Fina.
"Yaelahhh.. karena waktu itu kan kita sama-sama ada keperluan makanya deket terus.. lagian mana mungkinlah dia tertarik sama gue.. masih banyak kali cewek-cewek yang cantik, tajir, pinter.. jadi ya nggak mungkin lah.." celetuk Zianca berbisik.
"Nggak ada yang nggak mungkin.. lo aja yang nggak PD.." timpal Fina sambil menyantap mi gorengnya.
"Lagian kalian kan tau.. gue nggak pernah mau pacaran satu sekolah.. risih.. terus pasti mengganggu banget.." ujar Zianca santai.
"Ihhh.. romantis tau.. bisa makan di kantin bareng, pulang pergi sekolah bareng, bikin tugas sekolah bareng.." seru Puput merona.
"Gue justru nggak suka yang kayak begituan.. gue malah nggak bisa fokus belajar.. terus pasti bakal cepet bosan.."
"Yaelah.. ni anak kayak udah pernah pacaran aja.." celetuk Fina menyindir. Zianca hanya memasang muka mengejek pada Fina, tidak memperdulikannya.
"Lagian ini kan kesempatan emas Zi.. mumpung ada brondong cakep, tajir, keren kayak Aaron.. ya elo embat aja.." Puput tampak bersemangat saat menceritakan Aaron, karena dia dulu pernah menggila-gilai sosok Aaron.
"Lo kali yang pengen banget ngembat dia.." ledek Zianca terkekeh.
"Sayangnya dia nggak mau sama gue sih.. kalau mau.. ya pasti udah gue embat lah.." Puput tampak tertawa tertahan sambil mencuri-curi pandang ke arah pojok kantin, tempat Aaron duduk dengan temannya.
"Ehh.. liat deh.. itu adek kelas yang baru pindah itu kan?? Kabarnya nih.. dia pindah kesini cuma buat deketin Aaron doang.." bisik Puput lirih.
"Kayak nggak ada cowok lain aja??" Gerutu Fina sinis.
Sontak Zianca dan Fina pun ikut menoleh ke arah Aaron. Aaron benar-benar tampak cuek dan tidak memperdulikannya, padahal gadis itu tampak tebar-tebar pesona pada Aaron.
"Ya ampun.. kasihannya.." gumam Fina berbisik. "Kalau gue nih ya.. cantik dan tajir kayak tuh cewek.. gue bakal jadi playgirl.. semua cowok cakep dan tajir gue pacarin.." hayal Fina tertawa.
"Ya pantes Tuhan nggak kasih lo kecantikan yang berlebihan.. soalnya niatnya udah jahat sih hahahahaha.. dari lo masih di dalam rahim Tuhan itu udah tau lo bakal punya niat jahat kayak begini pas gedenya.. makanya pas lo lahir ya di kasih muka pas-pasan kayak gini.. hahahaha.." ledek Zianca sinis.
"Jahat banget ihhh...." geram Fina mencubit kecil lengan Zianca hingga ia kesakitan.
"Aww.. sakit tau.." gerutu Zianca mengusap-usap lengannya.
"Rasain.." ejek Fina cemberut.
Puput yang melihat perdebatan Zianca dan Fina hanya tertawa geli.
Setelah selesai makan siang, mereka bertiga berencana untuk singgah ke perpustakaan terlebih dahulu. Namun, saat baru keluar dari kantin, Aaron menghentikan langkah Zianca.
"Zi.. nih.. cuaca lagi panas gini pasti enak banget minum yang seger-seger.." ujar Aaron menyodorkan sebotol minuman perisa buah yang dingin.
"Makasi ya.. tapi kamu nggak perlu repot-repot.." ujar Zianca sungkan.
"Nggak repot kok.. aku ke kelas dulu ya.." Aaron segera berlalu dengan teman-temannya yang tampak meledek Zianca.
***
"Ehh.. lu beneran naksir sama kakak kelas?? Bahasa lu sama doi beda bener.." Dion tampak penasaran dengan sikap Aaron pada Zianca.
Aaron hanya tersenyum simpul.
"Jadi beneran??" Serunya tidak percaya.
"Tapi kayaknya Karin anak baru lebih oke loh.. kabarnya dia pindah kesini cuma biar bisa deketin elu.." imbuh Tyo nimbrung.
"Gue nggak minat sama yang lain.. kalau kalian minat ya deketin aja.." tukas Aaron santai.
"Tapi bukannya lo udah pernah di tolak sama tu kakak kelas??" Tanya Dion lagi.
"Siapa bilang? Gue nembak aja nggak pernah.. makanya lo lo pada jangan sotoy.. jangan percaya gosip di sekolah deh.. kayak emak emak komplek aja.." gerutu Aaron sinis.
"Ya kali.. udah 1 tahun belakang lo ngincer dia mulu.." imbuh Tyo.
"Gue emang nungguin doi lulus.." jawabnya yakin.
"Lah emang kenapa??" Tanya Tyo dan Dion serempak.
"Ah.. lo berdua nggak perlu tau lah.."
-->> ilustrasi tokoh pria "Manu Rios"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments