Matahari masih belum terbit, Radja sudah bangun dan langsung melangkah ke warung. Dia melihat Hadi dan Sutri memotong sayuran dan menyiapkan pembukaan warung.
"Apa ada yang bisa aku bantu?" tanya Radja dengan wajah datar.
"Ayo bantu aku memotong sayuran."
Radja mengambil pisau kecil dan langsung berdiri di depan talenan. Dia segera mengambil wortel dan ketimun serta mengayunkan tangannya dengan lihai.
Pekerjaan memotong sayuran selesai jam 6 pagi. Adanya Radja membuat pemotongan sayuran dan persiapan warung selesai lebih cepat.
"Radja, aku akan mengantarmu ke sekolah. Apa kamu ingin sekolah?" tanya Sutri dengan senyum manis.
"Sekolah, tempat apa itu?"
"Banyak anak berusia hampir sama sepertimu, mungkin mereka bisa menjadi temanmu."
Radja langsung berpikir akan bertemu para Dewa yang mendapatkan kesempatan untuk hidup di bumi.
"Baik, aku akan datang ke sekolah."
Hadi dan Sutri mengambil sepeda, karena mereka hanya memiliki satu sepeda akhirnya ketiganya memilih untuk menuntun sepedanya.
"Radja, sebenarnya kamu dari mana?" tanya Hadi sambil mengerutkan kening. Dia tidak pernah melihat anak berusia 15 tahun mempunyai stamina yang begitu mengesankan.
"Sudah aku bilang. Aku adalah penguasa alam semesta, jangan tanya tempatnya dimana. Temanku membuatkan jalan aneh menuju ke bumi yang sangat indah ini."
"Wah. Sepertinya sangat menarik hidup di sana, Ya," sahut Sutri yang berada di sisi lain.
"Jangan membayangkannya. Tidak ada orang waras di tempat itu, aneh sekali mereka ingin melengserkan tahtaku tapi sangat lemah."
"Ayolah, ceritakan tempatmu." Sutri membujuk Radja untuk menceritakan istana yang dibicarakan.
"Ada beberapa pelayan yang menyebalkan serta batu-batuan berwarna hitam pekat. Kadang mereka memancarkan warna kuning terang yang membuatku merasa risih. Pokoknya tempat itu sungguh membosankan!"
Sutri dan Hadi menganggukkan kepala, mereka hanya mendengar tanpa menganggap serius cerita itu.
Sesampainya di sekolah, penjaga keamanan menghentikan Sutri dan Hadi yang ada di depan. Radja duduk di sepeda karena Hadi dan Sutri menyuruhnya naik.
"Ada keperluan apa datang kesini?"
"Kami ingin mendaftarkan anak ini." Hadi adalah orang yang paling cepat menjawab.
Disisi lain Radja tidak peduli dengan apa yang dikatakan Hadi dan Sutri terhadap dirinya.
"Pendaftaran sekolah sudah ditutup. Jadi kembalilah tahun depan." Petugas keamanan menatap Hadi dan Sutri dengan tatapan tajam seperti ingin marah.
Radja yang tidak terima langsung turun dari sepeda. Namun tangannya langsung dipegang Sutri karena tidak ingin melanjutkan masalah.
"Baik, Pak."
Tepat setelah mereka membalikkan badan ada nona cantik dan sopirnya menggunakan mobil mewah.
Tanpa merasa ragu, Nona cantik itu langsung turun dari mobil dan menyodorkan tangannya.
"Aku Lisa."
Radja menoleh ke kanan dan kiri, dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. "Oh, aku Radja," jawabnya tanpa menjabat tangan Lisa.
Paman yang berada di kemudi mobil langsung turun dan mengayunkan telapak tangannya. Radja tidak menghindar dia menerima pukulan.
"Plak..." suara tamparan keras.
Hadi dan Sutri hanya bisa diam, meraka tidak akan mampu menghadapi orang seperti Lisa dan sopirnya.
"Oh... Ini yang di namakan tamparan. Aku pikir tidak sesakit yang dibicarakan para ibu-ibu di warung." Dengan polosnya Radja mengelus pipinya yang tampak membekas merah.
Lisa dan Sopirnya membelalakkan mata, meraka tidak percaya anak berusia lima belas tahun bisa menerima tamparan dengan santainya. Bahkan anak itu tidak bergeming ataupun kesakitan sedikitpun.
Sopir yang tidak merasa puas langsung melesatkan tamparan kedua dah ketiga dengan kekuatan penuh. Namun Radja tidak berpindah sedikitpun, dia menerima tamparan dengan santainya.
Ketika tamparan selanjutnya akan dilancarkan, Lisa menghentikannya sambil menggelengkan kepalanya.
"Radja. Apa kamu mau sekolah di sini?"
"Iya, aku dengar banyak dewa yang bersekolah disini."
"Dewa?"
"Iya, Dewa yang mendapatkan kesempatan kembali ke bumi dan menikmati hidupnya lagi."
Lisa tertawa terbahak-bahak. "Lucu sekali Radja. Ini sudah 2021 memangnya ada Dewa yang masih hidup."
"Aku masih hidup dan berdiri di depanmu."
Pembicaraan sudah mulai melenceng, Lisa langsung mengalihkan pembicaraan mereka. "Aku tanya sekali lagi, apa kamu ingin masuk sekolah ini?"
"Tentu!"
"Baiklah, ayo. Aku akan membawamu pada kelapa sekolah langsung."
"Tunggu Lisa, memangnya sekolah membutuhkan uang banyak?" Radja meraih tangan mungil Lisa dengan pegangan yang lembut.
"Tentu saja. Disini adalah sekolah yang paling mahal di seluruh negeri. Reputasinya juga sebanding dengan harga yang dibayar."
"Ah, aku tidak punya uang."
"Selama ada aku di sampingmu jangan pikirkan uang. Bahkan negeri ini bisa aku beli jika mau," kata Lisa penuh percaya diri.
"Oh, sepertinya menarik. Aku ikut!"
Mereka melewati penjaga keamanan dengan mudah, Sutri dan Hadi juga mengikuti dari belakang. Sopir yang mengendarai mobil harus membawanya masuk.
"Bocah apa itu, aku adalah petarung kelas 5. Bahkan tentara terlatih tidak mungkin menerima tamparan sekeras itu."
Sopir bergumam dan memikirkan banyak hal, dia masih tidak percaya tamparannya diterima tanpa rasa sakit yang berarti.
Sesampainya di ruang kepala sekolah, Lisa langsung masuk tanpa mengetuk pintu.
"Hai, anak yang baik itu harus mengetuk pintu dulu." Radja menghentikan Lisa yang sudah masuk ke dalam ruangan.
"Mengapa aku harus sopan pada pamanku sendiri," jawab Lisa dengan ekspresi datar, dia tidak berniat melepaskan pergelangan tangan yang di genggam Radja.
"Jangan seperti itu, Paman penjual nasi goreng juga aku hormati. Jadi ketuk saja pintunya, itu tidak akan mengurangi nyawamu."
Radja bersikeras supaya Lisa mengetuk pintu.
"Tuk... tuk." Dengan sedikit terpaksa Lisa mengetuk pintu.
Pamannya yang melihat Lisa dari tadi tersenyum manis. Dia merasa sangat dihormati oleh keponakannya dan langsung menunjukkan diri.
"Halo keponakanku sayang. Ada angin apa nih kamu mengunjungi orang tua bau tanah ini?"
"Paman Zheng. Aku ingin kamu mengurus dokumen terkait pendaftaran Radja di kelasku."
"Tunggu, Lisa. Semua anak di kelas itu adalah jenius yang tiada tara. Memangnya temanmu sepintar apa?"
"Sejujurnya aku sangat bodoh, Paman. Kalau bisa tempatkan aku di kelas yang paling buruk saja, banyak preman lebih bagus," sahur Radja.
Lisa dan Paman Zhang langsung menoleh kearahnya.
"Apa kamu yakin ingin berteman dengan para preman?"
"Ada banyak preman di sekitar warung. Jadi mungkin aku akan lebih cepat beradaptasi dengan para preman."
Sudah diputuskan akhirnya Radja ditempatkan di kelas J. Salah satu tempat para berandalan kaya yang selalu menggunakan kekerasan untuk memperebutkan wilayah.
Sutri dan Hadi pergi karena kehadiran mereka sudah cukup. Lisa mengantar Radja ke kelas J yang penuh dengan coretan di tembok.
"Sempurna. Ini adalah lingkungan yang sangat menarik!" kata Radja.
Dia mendorong pintu kelas dengan lembut dan mengucapkan salam yang sudah dia pelajari sepanjang perjalanan.
"Selamat Pagi semuanya!"
Semua pasang mata menatap kearahnya.
"Wow, murid baru yang sangat sopan. Mari melakukan sambutan hangat."
Cat air yang dibungkus dengan plastik langsung dilemparkan. Radja hanya diam tapi Lisa dengan sangat cepat menghancurkan pastik berisi cat air.
Semua orang langsung bisa mengenalinya, dia adalah murid termuda di sekolah sekaligus paling dihormati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Don T
dewa pa robot? 🤔
2022-12-23
0
Trisnajati Nuswantoro
plastik*
2022-05-30
0
Trisnajati Nuswantoro
sahut* radja
2022-05-30
1