Pertemuan

Tubuh Radja masih 15 tahun, Sutri penasaran dengan sekolahnya. Mereka tidak mempunyai anak, jadi langsung menganggap Radja sebagai anaknya.

"Radja, apa kamu punya tempat tinggal?" tanya Sutri dengan ekspresi berharap.

"Aku punya tapi aku sedang kabur. Banyak pelayan yang menyebalkan, makanya aku ingin mengalami kehidupan yang biasa saja dan menyenangkan."

Ekspresi Sutri langsung suram, dia mengira Radja adalah anak yang terlantar. Namun siapa sangka dia mempunyai tempat tinggi.

"Tunggu, bukankah dia tidak mempunyai rumah?"

Sutri menghibur dirinya dan mencoba membujuk Radja untuk tinggal bersama mereka. "Radja apa kamu tidak berniat tinggal bersama kami?" tanyanya.

Dengan wajah polos Radja mengatakan, "Baiklah. Aku juga tidak mempunyai tempat tujuan," sahutnya dengan cepat sambil membawa sapu di tangannya.

Senyumnya yang manis sambil membawa sapu membuat Sutri merasa kasian sekaligus bahagia. Entah dia sedang menculik anak orang atau sedang menemukan keberuntungan.

"Dengan syarat, berikan aku nasi goreng setiap hari!" kata Radja dengan penuh percaya diri dan menempatkan tangan kirinya di pinggang.

Tingginya 160 centimeter tidak terlalu tinggi serta wajahnya biasa saja. Ini adalah tubuh yang diinginkan oleh Radja, dia akan menjelajahi dunia dengan caranya sendiri.

Sutri menutup mulutnya, dia tidak tahu harus tertawa atau sedih. Ekspresinya jadi sangat aneh untuk dipandang.

Berhubung Radja itu terlalu peka, dia hanya menganggukkan kepala.

"Ini gunanya untuk apa?" tanya Radja memegang kemoceng bulu ayam.

"Itu namanya kemoceng, kamu bisa membersihkan bagian atas yang sulit dijangkau dengan sapu."

Radja dengan polosnya langsung memanjat kursi dan melihat di atas almari, dia membersihkannya tanpa terlihat keberatan sedikitpun.

"Sial, menjadi manusia benar-benar menyenangkan. Aku bisa melakukan apapun yang menarik!" gumam Radja bahagia.

Hari sudah mulai malam, penjualan nasi goreng hari ini benar-benar buruk. Hanya ada 5 pembeli termasuk Radja yang tidak membayar.

"Sayang, jangan patah semangat. Kita sudah sering melalui hari seperti ini." Sutri memberikan semangat pada suaminya, Hadi.

"Ya, kita berdua memang terbiasa dengan keadaan seperti ini. Namun sekarang ada Radja yang tinggal bersama, bagaimana mungkin aku hanya bekerja seperti ini setiap hari?" tanya Hadi pelan. Dia benar-benar sedih karena tidak bisa membahagiakan Sutri.

Walaupun kekuatan Radja sudah ditekan sedemikian rupa. Pendengarannya masih sangat tajam, dia bisa mendengar semuanya dengan sangat jelas.

"Memangnya aku beban, Ya?" tanya Radja dengan wajah polos melihat Hadi dan Sutri yang tampak bersedih.

"Tidak, tidak, bukan seperti itu. Maksud kami keadaan miskin membuat kamu harus hidup sederhana." Sutri mencoba menjelaskan.

"Baiklah, aku juga tidak peduli dengan kehidupan fana ini. Yang terpenting ada nasi goreng setiap hari sudah cukup untukku," katanya pergi ke rumah.

Dengan wajah polos Radja tidur di kasur tempat Hadi dan Sutri biasanya. Karena rumahnya tidak terlalu besar, hanya ada satu kamar tidur. Jadi Radja menggunakan kamar tersebut, sedangkan Hadi dan Sutri akan tidur di lantai.

Pengetahuan Radja tentang dunia manusia sangat rendah, jadi dia mengira tidur di kamar mereka berdua adalah sebuah kehormatan.

Dini hari sebelum matahari terbenam, Radja bangun sambil mengusap matanya. "Mengapa masih malam, matahari kamu bolos lagi ya?" tanyanya.

Tidak ada yang membalas pertanyaan Radja, karena sekarang dia bukan Sang Dewa. "Oh, aku lupa. Sekarang aku hanyalah bocah bau kencur yang tidak tahu apa-apa," katanya sambil berdiri di atas kasur.

Dengan sedikit lompatan, Radja turun dari kasurnya. Dia keluar dari kamar mendapati Hadi dan Sutri sedang mempersiapkan sayuran serta memotong ketimun.

"Sedang apa kalian?" tanya Radja dengan santainya.

"Kami sedang memasak. Ayo bantu aku memotong sayuran," kata Hadi menyodorkan pisau dan sayur bayam.

Keterampilan pedang Radja tidak dapat dipungkiri sangat mengesankan. Dia membayangkan pisau tersebut sebagai sebuah pedang, ayunannya yang lembut dan pelan membuat Hadi dan Sutri menepuk jidat.

Setelah potongan pertama, Radja meningkatkan kecepatannya dua kali lipat. Kemudian dia meningkatkan kecepatan memotongnya hingga sangat cepat.

Pada awalnya Sutri dan Hadi tidak percaya dengan penglihatannya, dia mengusap matanya dan melihat semua sayur bayam dan ketimun sudah dipotong dengan ketebalan yang sempurna.

"Apa ada sesuatu yang perlu dipotong. Entah mengapa aku merasa sangat pandai dalam memotong, padahal tidak pernah memegang pedang sekecil ini," kata Radja dengan santainya.

"Benda itu bukan pedang. Alat untuk memotong sayuran dan daging biasa di sebut pisau," kata Sutri.

"Oh, pisau. Menarik benda kecil ini bisa sangat nyaman di tangan. Aku akan menggunakannya terus, ayo tunjukkan aku sayuran yang perlu dipotong."

Hadi menyodorkan 10 kilogram wortel, dia memberikan contoh untuk cara memotongnya. "Hati-hati dengan tanganmu, pisau memang tidak terlalu berbahaya. Namun jika lengah jarimu akan dalam masalah besar," katanya.

Radja menganggukkan kepala, dia mengetahui hal tersebut sejak lama. Dengan kelihaiannya memakai pedang, Radja memotong wortel dengan sangat cepat dan presisi.

Matahari mulai menampakkan wujudnya, semua sayuran dan persiapan pembukaan warung sudah siap. Biasanya mereka baru menyelesaikan persiapan setelah jam 9 pagi, tetapi karena adanya Radja mereka bisa menyediakan pukul 6 pagi.

"Wah akhirnya selesai juga. Rasanya sangat nyaman ketika menggunakan pedang setelah waktu yang lama."

Hadi dan Sutri tidak mau menanggapi. Selama Radja senang, keduanya juga akan merasa senang.

Seorang gadis berumur 13 tahun berparas cantik membuka jendela mobilnya. "Pak. Aku beli nasi goreng satu bungkus," katanya dengan tergesa.

Hadi dangan cekatan langsung menyiapkan wajan dan sudip dan langsung menuangkan minyak. Kecepatannya memasak sungguh ideal untuk penjual nasi goreng.

Namun tiba-tiba, Nona cantik di dalam mobil langsung menutup kacanya dan sopir menancap gas. "Maaf, Pak. Aku sudah kehabisan waktu!" teriaknya.

Radja melihat kejadian itu dengan kedua matanya langsung teringat ketika Hadi menghentikannya.

"Hah, orang kaya memang semuanya sendiri. Padahal aku tinggal memasukkannya dalam wadah dan nasi goreng siap dimakan." Hadi mengeluh sambil menghembuskan napasnya.

Radja yang mendengarnya langsung mengambil bungkus nasi goreng dan menutupnya. "Biarkan aku yang memberikannya!" katanya penuh semangat.

"Kamu mau kemana?" tanya Sutri.

"Mengejar orang itu!"

"Tidak akan sempat, mereka menggunakan mobil," kata Hadi sambil menggelengkan kepala.

"Aku tidak akan menyerah." Radja membungkus nasi goreng seadanya dan langsung menaruhnya di kresek berwarna hitam.

Dia bersiap berlari, tetapi Sutri menghentikannya. "Gunakan sepeda ini. Mungkin kamu butuh suasana baru."

Radja yang tidak tahu cara menggunakan sepeda langsung melompat dan mengayunkan pedal secara otomatis. Kecepatannya mengendarai sepeda bukan main, dia melaju sampai 40 kilometer / jam.

Jelas untuk ukuran anak kecil itu bukan sesuatu yang mungkin.

Radja mengayuh pedal sepedanya dengan niat mengejar mobil. Usahanya tidak sia-sia, ternyata mobil tersebut berhenti di lampu merah.

Dengan ayunan kaki yang penuh semangat, Radja menggunakan seluruh tenaganya. Dia lupa cara berhenti menggunakan sepeda bagaimana, akhirnya memilih untuk menabrakkan dirinya ke tiang lampu lalu litas.

"Jedeng..." Suara benturan antara sepeda dan tiang lampu. Kepala Radja membentur tiang lampu dengan keras.

"Aduh aduh, sakitnya!" kata Radja sambil memegang kepalanya. Setelah beberapa detik dia berdiri seperti tidak terjadi apa-apa.

Kedua kakinya langsung melangkah ke mobil mewah yang dikendarai Nona muda.

"Buka pintunya, Paman sudah membuatkan nasi goreng. BAYAR!" kata Radja dengan nada tinggi.

Nona muda membuka kaca mobilnya dengan ekspresi datar, dia langsung memberikan uang lembaran 100 ribu rupiah.

"Apa kamu mau menipu, bayar aku dengan 10 ribu langsung!" teriak Radja yang tidak mengetahui nilai tukar sebuah barang.

Kresek ditangannya disodorkan dengan kasar kedalam mobil. "Cepat!"

"Paman, apa kamu memiliki uang 10 ribu?" tanya Nona muda dengan ekspresi datar.

Sopir di kemudi langsung memberikan 10 ribu. "Ambil saja nasi goreng busuk itu!" katanya mencibir.

Radja melepaskan pegangannya di Kresek dan langsung mengambil sepedanya yang rodanya sudah tidak bulat lagi.

Terpopuler

Comments

Trisnajati Nuswantoro

Trisnajati Nuswantoro

lintas*

2022-05-30

0

kerehore

kerehore

lanjut....

2022-03-18

0

Noname

Noname

awokawokawok kocak 😂🤣

2022-02-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!