Sang Dewa mencoba mengingat siapa Aldi, tetapi dia tetap tidak bisa mengingatnya. "Terserahlah, penting aku sudah bebas dari rutinitas aneh!"
Dengan penuh percaya diri Sang Dewa berjalan menyusuri hutan dengan tubuh seorang anak berusia 15 tahun.
Ketika melihat air terjun, dia menengok kebawah. "Sepertinya menyenangkan melompat dari sini, air ini juga lumayan deras."
Tanpa berpikir panjang, Sang Dewa melompat dari atas air terjun. Dia tidak tahu bahwa tubuhnya sudah bukan dewa tak terkalahkan.
"Woh, inilah namanya hidup!" teriaknya dengan penuh semangat.
Wajahnya langsung mengenai air di kolam. Untungnya kolam air terjun cukup dalam sehingga Sang Dewa hanya merasakan panas di seluruh mukanya.
Setelah beberapa saat Sang Dewa baru menyadari wajahnya terasa sangat panas. Dia keluar dari air dan langsung menggeliat seperti seekor ulat.
"Apa yang terjadi mengapa wajahku panas sekali!" kata Sang Dewa sambil berguling-guling.
Beberapa saat kemudian, Tubuh Penguasa Segalanya aktif. Sakitnya langsung hilang dan wajah Sang Dewa kembali datar.
"Oh, jadi itu yang namanya sakit. Tubuh Penguasa Segalanya sedikit terlambat menyembuhkan diri, jadi ini yang dikatakan author selama tiga hari lamanya."
Sang Dewa bangkit dari tanah, dia berdiri seperti tidak terjadi apapun. Kemudian mencoba melakukan beberapa eksperimen.
"Batu ini cukup keras. Aku akan coba memukulnya!" katanya dengan senyum jahat.
Tangannya di kepalkan erat, fokusnya tertuju pada batu yang sedikit berkilau. Tinjunya langsung melesat dengan kecepatan terbaiknya.
Karena batu yang dia incar sangat licin, tinjunya meleset kesamping. Hingga tangannya keseleo sangat parah.
Sang Dewa melihat tangannya yang tampak patah tak berdaya. "Tubuh ini sangat lemah, sungguh sempurna, Thor!" teriaknya.
Setelah beberapa saat, dia merasakan sakit yang bersumber dari tangannya yang keseleo. "Aduh, sakit sekali!" sekali lagi Sang Dewa berguling-guling kesakitan.
Tanpa berpikir panjang dia menarik tangannya supaya berada pada posisi yang sebelumnya l. Suara tulang terdengar, "Kluk!"
"Sialan, sakitnya benar-benar membuatku gila!" teriak Sang Dewa yang masih menggeliat di tanah. Tubuh Penguasa Segalanya aktif kembali, tangannya langsung sembuh tanpa luka sedikitpun.
"Oh sudah sembuh lagi. Sedikit lebih lama dari sebelumnya, baiklah ayo cari tahu dunia apa ini," kata Sang Dewa penuh semangat.
Setelah berjalan beberapa jam, Sang Dewa tidak menemukan sedikitpun petunjuk. Hingga perutnya keroncongan.
"Sejak kapan aku menjadi selemah ini. Sialan apa ada makanan!" katanya dengan suara keras. Dia berlari ke sebuah desa terdekat.
Anehnya dia baru menyadari sesuatu. "Sejak kapan aku menemui desa, bukankah sebelumnya aku masih tersesat di dalam hutan?" gumamnya kebingungan.
"Terserahlah, yang terpenting sekarang makan."
Dia mencium sebuah bau yang cukup harum. Tanpa menunggu lama dia mendekati sumbernya dan duduk di meja tanpa mengatakan apapun.
"Berapa, Nak?" tanya penjual nasi goreng.
Tanpa mengatakan apapun, Sang Dewa mengacungkan jari telunjuknya menyatakan satu porsi.
"Ok, tunggu sebentar!"
Penjual nasi goreng mengaduk wajannya dengan penuh semangat, dia meletakkan nasi goreng di atas piring putih bergambar ayam jago.
Bau yang semerbak harum kas nasi goreng terhirup hidung Sang Dewa. Seporsi nasi goreng disajikan di mejanya.
"Silahkan nikmati hidangannya." Penjual nasi goreng belum menyadari Sang Dewa tidak mempunyai uang sepeserpun.
Tanpa rasa malu, Sang Dewa mengambil sendok dan garpu di piringnya. Karena dia tidak tahu cara menggunakan, tangan menjadi cara yang dia pilih.
Lima jarinya langsung mencengkram nasi goreng yang masih panas. Cengkeramannya langsung masuk kedalam mulutnya.
Kunyahan pertama, Sang Dewa merasa bahwa kombinasi nasi dan minyak tidak ada tandingnya. Kunyahan kedua dia merasakan telur yang dipadukan dengan sayur membuat rasa nasi goreng semakin terdepan.
Kelakuannya yang nyleneh membuat penjual menjadi bingung harus berbuat apa.
Tidak lebih dari 2 menit makanan di atas piring sudah berhasil digiling habis. Sang Dewa sendawa dengan keras tanpa rasa malu sedikitpun.
"Sungguh masakan yang menggugah selera. Sudah waktunya aku melanjutkan perjalanan," kata Sang Dewa dengan percaya diri.
Dia keluar dari kedai kecil tanpa membayar. Tentu saja penjual nasi goreng meneriakinya.
"Nak, tunggu. Kamu belum membayarnya!" kata penjual dengan suara lantang.
"Membayar? Apa itu?" tanya Sang Dewa dengan polosnya.
"Bayar aku menggunakan uang. Siapapun yang makan harus membayar," kata Si Penjual dengan ekspresi wajah serius. Dia bisa mengendalikan emosinya dengan sangat baik.
"Aku tidak punya uang, memangnya membayar itu perlu?" tanya Sang Dewa dengan polosnya.
Tidak kehabisan akal, Si Penjual langsung mencengkram lengan Sang Dewa dengan erat. Dia tidak ingin anak di depannya lari.
"Aku tidak akan membiarkanmu lari. Jadi cepat bayar!" kata Si Penjual.
"Aku tidak mempunyai uang, Paman. Itu hanya sebuah makanan fana, mengapa aku harus membayarnya."
Mereka berdua terus berada mulut seperti anak kecil, yang satu meminta bayaran dan lainnya bersikeras tidak membayar. Sampai akhirnya seorang wanita paruh baya berusia 40 tahun muncul di belakang Si Penjual.
"Pah, lepaskan anak itu. Biarkan aku yang berbicara," kata wanita tersebut.
Sang Dewa juga tidak akan pergi hanya karena menghadapai orang fana seperti mereka. Jadi setelah dilepaskan cengkeramannya dia berdiri santai.
"Nak, siapa namamu?"
"Aku tidak ingat siapa aku. Orang-orang memanggilku Yang Mulia Agung Maha Kuasa Raja Segalanya. Seorang teman juga memanggilku Biawak, mungkin itu nama yang bagus." Wajah Sang Dewa penuh percaya diri ketika menyebutkan namanya.
Sepasang suami istri paruh baya itu menutup mulut mereka menahan tawa yang mungkin keluar dari mulutnya.
"Apa kalian tidak percaya. Aku menjadi penguasa sementara dan memandang manusia dengan rendah di atas sana." Sang Dewa berdiri tegap sambil membusungkan dadanya dan menempatkan kedua telapak tangannya di pinggang.
"Baiklah, aku akan memanggil namamu yang paling mudah saja. Radja, kamu berasal dari mana?" tanya wanita paruh baya.
"Sudah aku bilang, aku berasal dari alam tinggi dan memimpin banyak galaksi!" jawab Sang Dewa dengan ketus.
"Dimana orang tuamu?" tanya Si Penjual.
"Orang tua? aku tidak pernah memilikinya."
Si Penjual dan wanita paruh baya tersebut langsung menutup mulutnya karena terharu. Mereka menduga bahwa anak didepannya baru saja mengalami kecelakaan karena pakaiannya terlihat lusuh, mungkin sudah beberapa hari di dalam hutan.
"Radja, ayo ikuti aku. Karena kamu tidak bisa membayar. Maka kamu harus membayar kami dengan bersih - bersih."
Wanita paruh baya dan Si Penjual nasi goreng adalah sepasang kekasih yang belum memiliki keturunan. Doanya terkabul tepat setelah mereka menginginkan seorang keturunan.
Ada anak kecil yang tidak mengetahui asal usulnya muncul di depan lapak jualan mereka berdua.
Sepasang kekasih itu adalah Hadi dan Sutri, keduanya sudah menikah selama 20 tahun. Namun belum memiliki keturunan.
Sang Dewa yang menganggap nama Radja lebih bagus dari Biawak langsung mengikuti keduanya dengan langkah kaki santai.
Mereka menuju sebuah rumah berukuran 4 kali 6, penataan yang sangat bagus membuat ruangan terlihat luas.
"Ayo, bantu aku membersihkan kamar ini," kata Sutri memberikan perintah.
Radja tidak pernah membersihkan kamar karena dia bisa menggunakan sihir. Situasinya sekarang berbeda, dia tidak bisa mengeluarkan sedikitpun aura yang berpengaruh pada udara.
Dia diberikan sapu, Radja menerimanya. "Memangnya benda ini digunakan untuk apa?" tanyanya dengan wajah polos tanpa dosa.
"Heh, kamu tidak mengetahui fungsi sapu?"
"Di istanaku tidak ada namanya sapu. Kami menggunakan sihir untuk merubah seluruh warna istana dengan sekejap mata." Radja menyombongkan dirinya lagi.
"Ya, ya, ya aku percaya. Sekarang berikan sapunya dan akan aku tunjukkan cara menggunakannya."
Sutri mengambil sapu dan membersihkan kamar dengan senyum manis di wajahnya. Radja menirunya dengan sempurna, bahkan dia meniru ekspresi wajah senang wanita paruh baya tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Sak. Lim
ini cerita nya dewa idioooooot
2024-02-17
1
SweetiePancake
pola pikirnya udh lenyap ditelan black holenya
2024-02-09
0
DewaSistem05
tolol
2023-03-07
0