Mila, mengambil makanan yang ada didepannya, dalam sekejap dia menghabiskan semua makanan yang telah dipesan oleh sang Mommy.
Mila memakan makanannya seperti orang kerasukan, semua piring yang ada di hadapannya bersih tak tersisa.
Setelah membayar makanannya Mommy Rani mengajak putrinya untuk pulang, saat melangkah keluar tanpa sengaja mereka berpapasan dengan orang yang selama ini Mila hindari.
Sofi dan Aldo melangkah memasuki restauran, melihat Mila di depannya Sofi tersenyum sumringah, senyuman tulus seorang sahabat terpampang di bibirnya yang tipis.
"Hai Mil.....
kamu kemana aja selama ini, aku telpon terus aku chat tapi nomor kamu nggak pernah aktif?"
Ucap Sofi sendu sambil memeluk erat sahabatnya.
Mila tersenyum tipis, bukan senyuman tapi seperti seringai, dia berusaha kuat di depan sahabatnya itu.
"Maafkan aku Sofi, selama beberapa bulan ini aku sakit, ini juga Mommy mau membawa aku ke dokter!"
Mila berusaha setenang mungkin saat berbicara dengan Sofi, walau bagaimanapun Sofi tidak tahu apa apa, jadi dia tidak pantas untuk menerima perlakuan buruk dari Mila.
Sedangkan Aldo melihat Mila seperti melihat tumpukan sampah saja, pandangannya begitu sinis seakan jijik melihat wanita yang sangat memujanya itu.
"Sayang maaf ya, Mommy harus membawa Mila ke dokter dulu, tadi Mommy sudah buat janji, jadi lain kali aja kalian kangen kangenannya."
"Iya Mommy, lain kali aku dan Mila bakal buat janji untuk bermain.
Mommy Rani segera menarik lengan Mila meninggalkan tempat itu segera, sebelum sesuatu yang buruk terjadi pada putrinya.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam lebih, mereka sampai di sebuah klinik dokter spesialis.
Setelah menelpon dokter sekaligus sahabat Mommy Rani, seorang perawat memanggil dan mempersilahkan mereka untuk masuk.
Mommy Rani menceritakan semua yang dialami oleh putrinya, tak satupun yang terlewatkan.
Dokter cantik yang seumuran dengan Mommy Rani, memintanya untuk meninggalkan ia dan Mila, awalnya Rani menolak, tapi setelah dokter Tika menjelaskan akhirnya Mommy Rani bisa mengerti, dan keluar dari tempat itu.
Tiga jam berlalu, pintu ruang tempat Mila ditangani akhirnya terbuka, dengan cepat Mommy Rani berdiri dan langsung masuk untuk melihat keadaan putrinya.
"Sayang, kamu baik baik ajakan?"
Rani memeriksa seluruh tubuh putrinya, dokter Tika menggelengkan kepalanya melihat Rani seperti itu.
"Putrimu tidak apa apa Ran, kau pikir aku ini kanibal yang bisa memakan manusia?"
Mommy Rani cuma nyengir kuda, mendengar Dokter Tika mengomel.
Setelah membuatkan resep obat, Rani bersama putrinya pamit untuk pulang, sebelumnya dia menebus resep tersebut, karena kebetulan klinik itu juga memiliki apotik, jadi mereka tidak perlu jauh jauh mencari apotik.
Hari sudah mulai gelap saat Ibu dan Anak itu sampai di rumah.
Di ruang keluarga tampak pak Emir Daddynya Mila sedang duduk menunggu kedatangan istri dan anaknya.
Saat melihat mereka datang dia langsung berdiri menyambut kedatangan sang putri satu satunya.
"Bagaimana jalan jalannya sayang, kamu senang????"
Ucap pria paruh baya itu, sambil mengelus puncak kepala putri kecilnya, walau sudah dewasa tapi Emir selalu menganggap Mila tetap putri kecilnya yang lucu dan manis.
"Iya Dad, Mila senang kok, sekarang Mila mau mandi dulu, setelah itu kita makan bareng, tadi Mila beli bebek goreng kesukaan Daddy!"
Mila berbicara setengah berteriak ke arah Daddy-nya, karena sudah menaiki anak tangga.
Tanpa sadar Emir meneteskan air mata melihat putrinya yang kurus kering, tampak tonjolan tonjolan tulangnya di beberapa bagian tubuhnya.
Hatinya tercabik cabik, dia memegang dadanya yang terasa panas, panas menahan amarah tapi tidak bisa berbuat apa apa.
"Mom......
Aku akan membuat perhitungan dengan anak itu, dia berani beraninya bermain main dengan keluarga kita, apa dia tidak sadar dia berhadapan dengan siapa!"
"Sabar Dad, jangan gegabah, aku yakin putrimu gadis yang kuat, dia pasti bisa melewati semua ini, saat dia pulih nanti baru kita bicarakan bersama!"
Kalau hanya untuk menghancurkan perusahaan orang tua Sofi dan perusahaan Aldo, bukanlah hal yang sulit bagi Emir, hanya menjentikkan jarinya semuanya akan beres, tapi dia masih berusaha untuk menahan emosinya.
Dia ingin melihat sejauh mana Aldo menghina putri kesayangannya.
Rani memegang tangan suaminya, berharap bisa menyalurkan hawa positif ke tubuh suaminya.
"Ya sudah aku suruh si Mbok menyiapkan makanan ini dulu!"
Rani melangkah ke dapur, menyuruh Art untuk menyiapkan makan malam yang telah Mila beli saat di jalan ulang tadi.
Mila memakai baju tidur stelan berwarna maroon dengan celana pendek, membuatnya kelihatan manis, kulit putihnya semakin terpancar dengan balutan warna tersebut.
Mila turun dan melihat Daddy dan Mommynya telah duduk menunggu di meja makan, dia berjalan mendekat sambil tersenyum manis pada si Mbok yang tengah menyiapkan peralatan makan untuk mereka bertiga.
Mereka makan malam, sambil sesekali mengobrol ringan, candaan candaan kecil berusaha mereka luncurkan agar putrinya bisa terhibur.
Dan benar saja, saran dari Tika sungguh bermanfaat, tadi dia sempat berpesan agar jangan membiarkan Mila termenung sendiri.
"Hibur dia, buat dia merasa dibutuhkan, dihargai, dan disayangi,
saat ini dia sangat membutuhkan dukungan kalian sebagai orang tuanya!"
Rani masih mengingat pesan Tika, saat dia akan meninggalkan Klinik.
"Sayang kamu makan yang banyak, biar cepat sehat, Daddy sama Mommy kan bekerja selama ini agar kamu bisa makan sayang!"
"Aish Mommy, Mila bukan anak kecil lagi!"
Mila protes sambil mengerucutkan bibirnya.
"Ya sudah, sekarang minum obatnya sayang, biar cepat sembuh, sehat, cantik seperti dulu lagi!"
Mila menurut, menerima obat dan gelas berisi air minum dari Mommy Rani.
Setelah meminum obatnya mereka kembali ke ruang keluarga, seorang pelayan datang membawa teh hangat dan dan beberapa cake coklat kesukaan Mila.
"Daddy......
Mila mau ngomong sesuatu, penting!"
Ucapnya di sela sela makannya, membuat kedua orangtuanya saling berpandangan.
"Memang ada hem???"
Emir kembali mengelus kepala putrinya, berharap anak gadisnya tidak meminta yang aneh aneh.
"Daddy,
Mila mau bekerja di kantor Daddy, Mila pengen belajar bisnis,
Cita cita Mila jadi Desainer Mila tunda dulu Dad!"
Ucapnya lugu, sejak kapan juga cita cita pakai ditunda segala?
ada ada saja.
"Ya sudah kamu boleh bekerja kapan saja di perusahaan Daddy, tapi dengan syarat kamu sehat dulu, sembuh dulu, dan kuat dulu sayang!"
Emir terus menyemangati putrinya, dan dia sangat bersyukur kalau Mila sekarang ingin belajar berbisnis, karena memang hanya Mila satu satunya penerusnya kelak.
"Ternyata ada sisi baiknya juga, Aldo menikah dengan Sofi, tapi tunggu dulu, pasti putriku punya maksud tertentu, tapi sudahlah nanti saja aku pikirkan, yang terpenting sekarang dia sudah mau melakukan sesuatu yang bermanfaat, dan bisa melupakan segala kesedihannya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments