Rani mengelus lembut rambut putrinya, perlahan menggeliat karena merasa terganggu, samar samar dia membuka matanya dan melihat Mommy nya sedang duduk tepat di sampingnya.
Matanya yang bengkak menatap wanita di depannya, wanita yang telah melahirkannya ke dunia ini.
"Mom, maaf aku bangunnya kesiangan."
Ucapnya parau.
"Ya sudah sekarang kamu mandi sayang, bukankah hari ini hari kelulusanku, kamu kan sebentar lagi di wisuda sayang?"
"Iya Mom!"
Mila berjalan gontai menuju ke kamar mandi, perasaannya belum bisa dibilang baik saat ini, dia mengguyur tubuhnya dengan shower, mengharap semua kekalutannya akan ikut hanyut bersama air yang mengalir.
Tak perlu menunggu lama akhirnya ia mengakhiri ritual mandinya.
setelah berpakaian rapi dia turun ke bawah, di meja makan orang tuanya telah menunggu, mereka ingin mengantar putri semata wayangnya itu.
Dan menyaksikan secara langsung proses wisuda putrinya.
Selesai sarapan Mila dan kedua orang tuanya berangkat menuju kampus tempatnya selama ini menimba ilmu.
Tak ada percakapan, hanya Rani yang sekali kali memegang tangan putrinya, berusaha memberi kekuatan pada putri kesayangannya.
Akhirnya mobil mereka memasuki Area kampus.
Mila melihat dua orang yang sangat di kenalnya, sahabatnya bersama dengan suami nya.
Mata Mila perih, perlahan bulir bulir keluar tanpa permisi dari pelupuk matanya.
Mila beranjak pergi dari tempat itu, tak sanggup menyaksikan kemesraan dua orang itu.
"Ya Allah, aku tidak sanggup ya Allah!!!"
perlahan Mila menyetop taksi saat dia keluar ke jalanan.
Di dalam taksi Mila terus menangis terisak, dia benar benar tak sanggup melihat pemandangan barusan.
Hari hari Mila dilaluinya dengan berdiam diri di kamar, dia sudah tidak memiliki gairah hidup, pernikahan Sofi dan Aldo benar benar menorehkan luka yang cukup dalam di hati Mila.
Tak ada lagi Mila yang ceria, yang lembut, dan penuh semangat 45.
Kini sosoknya terganti bagaikan mayat hidup, tubuh yang kurus, rambut berantakan, mata panda yang menghitam, menambah buruknya penampilannya saat ini.
Setiap hari Rani selalu menyempatkan diri untuk sekedar menghibur dan memberi semangat untuk putri satu satunya, walaupun itu sudah tidak ada artinya, toh kenyataannya sekarang putrinya bagai sebatang pohon yang tak ada suara atau pergerakan sama sekali.
Kamar yang dulunya bersih dan harum, kini berantakan layaknya gudang, pecahan berserakan di sana sini.
"Sayang, bangun hari ini kita jalan jalan yuk!"
Rani menemui putrinya kembali, berharap ajakannya bisa membuatnya luluh, dan benar saja tiba tiba Mila mengangguk tanda setuju.
Dengan berderai air mata, Rani membawa putrinya ke kamar mandi, perasaannya hancur melihat anak yang dikandungnya dirawatnya dari bayi sampai sekarang, tiba tiba seperti zombie begini.
Setelah mengisi Bathtub dengan air hangat, ia menuangkan sabun dan sedikit aroma terapi ke dalam air.
Dengan penuh kelembutan dia membersihkan tubuh putrinya yang kurus, lalu memberikan shampo ke rambut Mila yang acak acakan.
Setelah selesai, dengan telaten dia kembali memakaikan pakaian ke tubuh Mila, sedikit make up untuk menutup wajah pucat putrinya, dan menyamarkan lingkaran hitam di matanya.
Mereka turun ke bawah, Mila masih bungkam terbiasa dengan diamnya, bahkan dia jarang merespon bila ada yang mengajaknya berbicara.
Rani membantu putrinya masuk ke dalam mobil, setelah itu juga masuk dan duduk di samping putrinya.
Supir melajukan mobil dengan kecepatan sedang, membawa Ibu dan anak itu ke tempat yang telah diberitahukan sebelumnya.
Mobil berhenti di parkiran sebuah Salon.
Rani kembali menuntun putrinya masuk ke bangunan yang ada di depannya, setelah menyelesaikan semua administrasi dan dan lain sebagainya, Rani kembali membawa putrinya masuk ke dalam ruangan, disana Mila hanya terdiam pasrah saat dua orang wanita cantik datang dan melayani semua yang diinginkan pelanggannya.
Rani sengaja membawa putrinya ke salon untuk perawatan, dia tidak ingin Mila menyia nyiakan hidupnya untuk menangisi dan meratapi pria yang telah menjadi milik orang lain.
Mila menjalani semua perawatan, dari rambut sampai ujung kaki.
Setengah hari Rani menunggui putrinya menjalani semua perawatan demi perawatan, sampai akhirnya semua selesai sesuai dengan keinginan sang Mommy.
Kini penampilan Mila sudah seperti sebelumnya, rambut lurus kecoklatannya, rambut yang dia dapat dari sang Daddy yang masih memiliki darah keturunan Australia.
Kulitnya yang putih sudah tidak kusam dan Kumal lagi, wajahnya pun sudah kelihatan lebih segar sekarang.
Sekarang mereka menuju ke sebuah butik langganan Rani selama ini, dia ingin memanjakan putrinya khusus hari ini.
Dia memilihkan beberapa pakaian untuk Mila, yang pastinya semuanya adalah brand brand ternama.
Tak lupa dia memakaikan salah satu pakaian yang dipilihnya, sebuah dress mini berwarna lemon, sangat pas di badan Mila yang tinggi langsing.
Walaupun dengan tubuh kurus, tapi tak mengurangi aura kecantikannya.
"Aku harus bisa membuat putriku bangkit, aku tidak mau dia terus seperti ini, baiklah setelah ini kita ke psikolog, semangat Rani demi putrimu!"
Rani terus berbicara dalam hati, dia benar benar sudah tidak tahan melihat putrinya menderita sepeti ini.
"Sayang, bagaimana kalau kita makan dulu?"
Rani menoleh ke arah Mila.
Mila hanya mengangguk dengan pandangan kosong.
Mereka masuk ke sebuah restoran, kebetulan restoran sudah agak sepi, jadi mereka bebas memilih tempat duduk.
Rani memilih tempat duduk di pojok ruangan, dari sana mereka bisa melihat dengan jelas siapa saja yang masuk ke dalam restoran.
"Sayang kamu mau makan apa?"
Rani bertanya sambil melihat lihat menu makanan yang dibawa seorang pelayan.
Sedangkan yang ditanya hanya diam membisu, tak ada jawaban.
Rani menatap putrinya sesaat, lalu memesan makanan seafood, makanan favorit putrinya.
Ada rasa sakit menusuk dadanya, tak rela melihat gadis kecilnya yang dulu selalu ceria, tapi sekarang seperti mayat hidup yang berjalan.
Mila sudah tidak bisa lagi menangis, dia hanya terdiam dengan pandangan kosong, tapi itu lebih menyakitkan.
Pesanan mereka akhirnya datang, Rani antusias menyambut makanan yang dipesannya tadi, semua makanan pedas itu siap di eksekusi.
"Sayang ayo makan, kamu harus makan banyak, kalau kamu tidak makan, bagaimana bisa kamu membalas sakit hatimu pada Edo!"
Rani berusaha membujuk putrinya walau dengan cara yang tidak benar, yang penting untuk saat ini putrinya makan dulu, urusan yang lain nantilah saja akan dipikirkan.
"Mommy mau kamu bisa sehat kembali, buat Edo bertekuk lutut sama kamu, buat dia menyesal telah menyia-nyiakan kamu, buat dia gila karena tak bisa memilikimu!"
Perlahan tapi pasti, Mila mengangkat wajahnya dan menatap wanita yang selama ini telah melahirkan dan merawatnya sepenuh jiwa.
Dengan mata berkaca kaca, bibirnya bergetar air matanya sudah tak bisa dibendung lagi, dia terisak dan masuk ke dalam pelukan Mommynya.
"Mommy......!!!"
Suara pertama yang di dengar Rani, setelah sekian lama putrinya terpuruk seperti sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments