LIMA

Mila tersenyum sumringah saat Mommy Rani membuka semua makanan yang dia simpan di boks khusus, agar tetap hangat dan pastinya masih tetap segar.

Dia buru buru menuju ke wastafel dan mencuci tangannya.

Tanpa menunggu sang Mommy lagi untuk menyuruhnya makan, dia langsung mengambil nasi putih yang masih mengepulkan asap dari dalam boks, setelah itu yang menjadi pilihan pertamanya adalah kepiting goreng asam manis.

Dengan lahap disantapnya makanan tersebut, sekarang tangannya menuju ke boks berikutnya yang berisi lobster yang juga telah diolah oleh Mommynya menjadi makanan lezat.

Rasa pedas yang menyengat pada lobster, membuatnya semakin bersemangat, sekarang tangannya berpindah ke boks yang isinya kuah berwarna hitam, sudah dipastikan itu adalah cumi-cumi yang dimasak Mommy Rani dengan tintanya, lezat hanya kata itu yang berputar di otak Mila.

Tangannya meraih sendok, dan menyendok kuah hitam beserta isinya ke dalam piringnya.

Daddy dan Mommynya hanya tersenyum melihat putrinya yang sudah kembali seperti semula.

Mereka juga makan makanan yang menjadi favorit putrinya.

Setelah selesai Mila, membersihkan semua sisa sisa makanan, dan merapikan boks boks yang berisi makanan.

Tapi dia berpikir sejenak lalu melangkah menuju pintu, membuka sedikit daun pintu dan mengintip keluar.

Emir menautkan kedua alisnya, melihat kelakuan putrinya, putri yang baru berusia 21 tahun, tapi harus mengemban tugas berat, yaitu CEO di perusahaan yang dibangunnya dengan susah payah dari nol.

Mila kemudian memanggil sekertaris di depan ruangannya, melalui panggilan telepon.

"Mbak, tolong ke ruangan saya sebentar!"

Ucapnya lalu menutup kembali teleponnya, tidak lama seorang gadis masuk ke ruangan itu, tubuhnya gemetar ketakutan, baru tiga hari kerja, sepertinya dia sudah akan dipecat, begitulah kira kira pemikirannya.

Umurnya mungkin sekitar 25 tahun, tidak terlalu jauh terpaut dengan Mila.

"Mbak namanya siapa?"

Ucap Mila yang masih duduk di sofa bersama kedua orang tuanya, membuat gadis itu semakin ketakutan, karena Bos besar pendiri perusahaan juga berada di ruangan ini bersama istrinya.

"Tamatlah riwayatku, ya Allah kesalahan apa yang telah aku perbuat sehingga kau berikan cobaan seberat ini!!"😰

Dia berasumsi sendiri, tangannya mengepal menahan rasa takutnya, Emir yang terkenal kejam membuatnya seperti menginjak bara api di tengah salju, hawa yang dingin, tapi dia berkeringat karena kepanasan.

"Na nama saya Azzahra Bu, tapi biasa dipanggil Zahra aja!"

Kata katanya terputus putus, membuat Mila tertegun, kenapa gadis itu kelihatan ketakutan.

"Mbak kenapa, apa sakit, kok gemetaran?"

Mila meraih tangan gadis itu yang gemetar kedinginan, tapi sang gadis menggeleng dengan cepat.

"Bu, jangan pecat saya, saya sangat butuh pekerjaan ini Bu!"

Ucapnya pilu, dengan tetesan air mata yang sudah membanjiri kedua pipinya.

"Aish Mbak, siapa yang mau pecat Mbak?

saya memanggil Mbak Zahra ke sini, mau ngasih ini, isinya masih ada lumayan buat makan siang, sekalian Mbak Zahra panggil juga Asisten pribadi aku ya, makan bersama gihh!"

Plong sudah perasaan Zahra, yang mengira bakalan dipecat, tak taunya malah dikasih rezeki nomplok, dapat jatah makan siang dari bosnya.

Setelah berterimakasih dia pamit keluar, lalu memanggil Asisten pribadi yang juga direkrut pak Emir 3 hari yang lalu, bersamaan dengan dirinya.

Asisten pribadi Mila bernama Arung, pria tampan yang memiliki tampan di atas rata rata, tubuhnya sangat atletis dengan dada bidang yang kelihatan dari balik kemeja yang dipakainya.

Saat selesai sesi perkenalan dengan bosnya yang ternyata wanita yang masih muda dan cantik, dia pamit untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Mereka makan bersama menghabiskan makanan pemberian sang bos cantik.

Hari pertama Mila bekerja, tidak terlalu banyak masalah, seharian Emir berada di sisi putrinya, membimbing dan mengajari semua yang harus dikerjakan Mila.

Karena selama ini Mila kuliah mengambil jurusan Manajemen bisnis, jadi tidak terlalu sulit baginya untuk memahami semuanya.

Apalagi pekerjaannya dibantu oleh sekertaris dan seorang asisten.

Tok tok tok......

Suara ketukan pintu dari luar mengalihkan pandangan Mila ke arah pintu, setelah menyuruh orang di balik pintu itu untuk masuk, Mila kembali menatap layar laptopnya, dia kelihatan sangat cantik dengan kacamata anti radiasi bertengger di hidungnya yang mancung.

Arung masuk dan berdiri, sejenak menunduk memberi hormat kepada bosnya.

"Ada apa Rung???"

Ucap Mila tanpa memandang ke arah Asistennya.

"Maaf Bu,

Besok jam 9 kita ada meeting di luar kantor dengan perusahaan, Angkasa Jaya Group, lalu makan siang dengan perusahaan Adiperkasa group!"

Arung membeberkan satu persatu nama nama perusahaan yang berhasil membuat janji dengan perusahaan milik Mila.

Mila mengangguk, setelah mendengar penjelasan panjang lebar dari sang Asisten.

"Ok, kamu urus segala keperluan kita, dan besok pagi pagi kau antar aku Rung."

"Dan satu lagi jangan panggil aku Ibu, kelihatan aku tua banget!"

"Saya memanggil nama anda saat di luar kantor saja, kalau disini saya tetap memanggil Ibu, karena takutnya mengundang sorotan dari karyawan yang lain!"

Ucap Arung, lalu diangguki oleh Mila.

karena alasannya memang benar, di tidak ingin mereka mendapat masalah karena dirinya.

Setelah Arung keluar dari ruangannya, Mila sejenak berpikir, bukankah perusahaan Angkasa jaya group adalah perusahaan milik keluarga Edo?"

Mila tertegun, "untuk apa mereka ingin mengajukan kerjasama dengan perusahaan Daddy, apa mereka tahu kalau sekarang ini aku yang memimpin perusahaan?"

Mila terus termangu di kursi kerjanya, sampai tak menyadari Zahra yang masuk ke ruangannya.

"Bu, permisi.....

ini ada yang harus Ibu tanda tangani!"

Ucapnya sambil menyodorkan beberapa map di tangannya.

Mila menatap dan membaca setiap lembar isi map tersebut, sebelum membubuhkan tanda tangan.

Karena pesan dari Daddy-nya, lebih baik menunda lalu istirahat, daripada menandatangani lalu istirahat, agar kita tak dirugikan dan tak merugikan orang lain.

Mila pulang dengan diantar oleh sopir pribadi Daddy-nya, karena tak ingin mengambil resiko, menyetir dalam keadaan capek seperti sekarang.

Mila sampai di depan rumahnya dengan selamat, disana Arung sedang duduk di kursi teras bersama Daddy Emir.

"Rung kok kamu di sini, kenapa nggak pulang, emang nggak capek?"

"Hai tanyanya, satu satu Mil!"

Ucap Arung sambil memutar bola matanya malas.

Arung adalah sepupu Mila dari Daddy Emir, tapi selama ini keluarga Arung tinggal di luar negeri, tepatnya di London.

Kedatangan Arung kesini, bukan karena Arung butuh pekerjaan tapi untuk menggembleng adik sepupunya yang manja itu, menjadi wanita mandiri yang kuat, dan pastinya menjadikannya Bisnis woman yang tangguh.

Mila berlari kecil menghampiri Arung, dipeluknya pria yang 4 tahun lebih tua darinya itu, sebenarnya saat masih di kantor Mila sudah sangat ingin memeluk dan meninju perut pria itu, tapi ditahannya, karena image.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!