Hari selasa pagi, hujan deras mengguyur seluruh kota. Tanu melaju dengan kecepatan penuh menuju ke sekolah. Dia khawatir akan terlambat. Beruntung dia sudah mengisi bensin hingga penuh pada motornya.Tidak ada kekhawatiran lagi jika dia kehabisan bensin.
Sampai di gerbang sekolah, suasana masih sepi. Terlihat hanya ada satpam di Pos yang sedang menonton TV. Selebihnya tak ada satupun yang berkeliaran di area sekolah. Di karenakan hujan deras yang masih belum reda, membuat banyak warga sekolah terlambat datang ke sekolah. Namun di saat Tanu sampai di sekolah, murid dan para guru berangsur-angsur datang.
Tanu menyapa Satpam lalu bergegas memarkirkan motornya di tempat parkir.
Tiba di parkiran sekolah, Vina yang telah sampai sekolah lebih dahulu menghampirinya.
" Selamat pagi Pak Tanu." Sapa vina dengan nada lembut dan menggemaskan.
Siapa yang menyangka, Vina seorang siswi kelas xi IPA, begitu tergila - gila kepada Tanu, Gurunya sendiri. Padahal dia tahu, usianya yang terpaut sangat jauh dengan Tanu seharusnya tidak mungkin untuk di satukan. Namun sekalipun Vina tahu akan hal itu, dia tetap menginginkan Tanu menjadi pendamping hidupnya.
" Eh..Vina. pagi juga vin. Bapak kira siapa, ternyata Vina. Baru sampai sekolah atau malah sudah dari tadi?" jawab Tanu kaget.
" Emmh .. Sudah dari tadi Pak." Vina menjawab dengan nada manja.
" Wah.. rajin sekali. Anak yang lain saja belum pada datang. Kamu malah sudah terlebih dahulu datang sampai sekolah. Padahal hari ini hujan deras. Pasti banyak teman-teman kamu yang datang terlambat. Bapak bangga, punya siswa ataupun siswi yang rajin." Tanu menyanjung Vina sambil menepuk pundaknya.
Betapa bahagianya Vina mendengar Tanu menyanjungya. Hati layaknya bunga yang sedang mekar. Berpuluh angan-angan bermekaran didalam pikirannya. Membuatnya tersenyum dan menundukkan kepalanya. Dia termenung membayangkan, saat hujan, bisa berjalan bersama Tanu dan berpeluk mesra di sepanjang perjalanan. Tapi tiba-tiba dia terbangun dari lamunannya ketika Tanu memanggilnya.
" Vin... Vina, Kamu kenapa? Kok jadi diam begitu. Bapak malah jadi bingung sendiri."
" Eh.. Emh, tidak Pak. Vina nggak apa-apa."
Vina menjadi gugup, suaranya terbata-bata. Dia kehabisan kata karena di selimuti rasa malu. Tetapi dalam hatinya ,dia berharap Tanu mengerti isi hatinya.
" Oh, Bapak pikir ada yang kamu rahasiakan, ya sudah kamu segera masuk kelas. ini sudah hampir masuk jam pelajaran. Bapak juga akan ke ruang Guru dulu untuk menyiapkan materi. " Ucap Tanu dan segera meninggalkan Vina yang masih terdiam di depan parkiran motor.
Vina hanya terdiam, dia belum beranjak dari tempatnya berdiri. Tak di sangka Tanu benar - benar tidak mengerti isi hatinya. Tanpa di sadari , dia meneteskan air mata yang lembut di sudut matanya. Hatinya berkata,"apa mungkin aku yang seperti bocah ini bisa mendapatkan tempat dihati Pak Tanu? Apakah aku layak jika menjadi istri keduanya? Apa yang aku lakukan? Kenapa juga aku harus mencintai pak Tanu."
Saat tersadar Tanu sudah menjauh lima belasan meter darinya, Vina mengejarnya, dan memanggilnya.
"Pak, Pak Tanu tunggu sebentar. "
Tanu menghentikan langkahnya , dan berbalik ke arah Vina.
" Iya Vin. Ada apa? Bapak kira kita sudah menyudahi obrolan kita. Makanya bapak meninggalkan kamu. Lagi pula ini sudah waktunya jam pelajaran. Nanti kamu kena hukum lho. Jam pelajaran pertama bukankah Pak Sastro yang mengajar?"
Vina terdiam sebentar, dia lupa ingin berkata apa. Tanu menjadi heran dan berpikir apakah Vina sedang ada masalah. Pertanyaannya pun, Vina entah mendengarkan atau tidak.
Sembari menunggu Vina bicara, Tanu melihat jam ditangannya.
"Ayoo lah Vina.. jangan diam saja. Jika ada masalah, atau ada yang mau Vina sampaikan, nanti bisa ketemu bapak di ruang Guru."
" Emhh.. Pak Tanu, nanti mengajar di kelas Vina kan ?" Ucap Vina lirih.
" Iya, Nanti jam pelajaran ke tiga, bapak mengajar di kelas kamu. Apa kamu melupakan PR kamu?"
" Emhh.. tidak Pak. Vina sudah menyelesaikan tugas yang bapak berikan. Vina yakin pasti jawabannya tak ada yang salah."
" Owh ya sudah. Bagus kalau begitu. Nanti akan bapak nilai saat jam pelajaran bapak."
" Baik Pak." Ucap Vina kemudian bergegas berlari masuk ke ruang kelasnya.
Di dalam ruang kelas, Pak Sastro sudah duduk di kursinya. Dia sudah masuk kelas lima menit sebelum Vina tiba di ruang kelasnya. Saat mulai mengabsen para siswa, Vina mengetok pintu.
"Tok tok tok..."
" Masukk.." Sastro mempersilahkan Vina masuk ke dalam kelas.
" Maaf Pak, saya terlambat."
" Vina.. kamu siswi terbaik di sekolah ini. Jangan mengajarkan hal yang buruk pada teman - temanmu...
kenapa kamu terlambat? Ini sudah jam berapa? Anak yang lain sudah dari tadi masuk, kamu kemana saja?" Ucap Sastro penuh dengan pertanyaan.
Saat vina akan menjawab, salah seorang siswi berkata.. " Dia sedang menemui Pak Tanu Pak.. "
" Iya Pak, saya tadi juga lihat dia bersama Pak Tanu di parkiran sekolah." Ucap siswa yang lain.
" Apa benar yang mereka katakan Vina?!" Tanya sastro dengan nada agak keras.
" Be..benar Pak.. saya menghampirinya saat beliau tiba. Dan kami pun berbicara sebentar. " jawab Vina dengan rasa ketakutan.
" Apa yang kalian bicarakan? Apakah kalian tidak tahu waktu. Sampai melupakan jam pelajaran sekolah? ujar Sastro dengan nada yang lebih keras.
" Maaf Pak, saya yang salah. Saya siap menerima hukuman apa saja. Jika harus dikeluarkan dari sekolah ini Vina siap Pak." Sambil menangis vina meminta maaf kepada Sastro. Air matanya mengalir perlahan. Dia tak tahu apa yang membuatnya menangis. Tubuhnya yang molek merasakan lemas. Jika dia berdiri di depan kelas sepuluh menit kemudian, pasti akan jatuh pingsan.
Dia tidak tahu harus melakukan apa, Seluruh tubuhnya lemas, pikirannya kacau. Dia hanya berharap, ada Malaikat yang menolongnya dan membawanya pergi dari tempat dia berdiri.
Melihat Vina menangis, Sastro menjadi tak tega. Dia lalu menyuruhnya untuk segera duduk.
" Ya sudah.. silahkan duduk." Sastro menyuruh Vina duduk. Dia tahu wajah Vina sudah mulai pucat.
" Terima kasih Pak." Ucap vina lalu bergegas menuju ke tempat duduknya.
" Sama-sama Vin. Tetapi cukup sekali ini saja kamu terlambat. Lain kali Bapak tidak akan pernah memaafkanmu."
" Vina mengerti Pak, Vina berjanji tidak akan mengulanginya lagi."
" Bagus kalau begitu. Bapak tidak akan mempermasalahkan lagi."
Perasaan lega muncul di dada Vina. Pikirannya yang semula kacau, kembali lega. "Akhirnya ada Malaikat yang menolongku, terima kasih Tuhan ." Gumam Vina dalam hati.
Sastro melihat Vina yang sedang duduk di samping temannya. Dia terus memandanginya. Lalu dalam hati dia berkata," memang Vina itu cantik, manis, tubuhnya molek. Tetapi sayang sekali usiaku jauh diatasnya. Aku tak mungkin bisa mendapatkannya."
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments