Seperti biasa, aktivitas di hari senin pagi yang membuat malas bergerak. Setelah libur hari minggu yang terasa sebentar, Riko, Raka dan Bulan masih terpaku di kamarnya masing - masing.
" Anak - anak ... ayo lekas keluar dari kamar. Kita sarapan dahulu, tinggalkan hp nya." Rani memanggil anak - anaknya dari ruang makan.
Mereka pun keluar dari kamarnya , tiba- tiba Bulan berkata. " Iya bu, aduh Bulan masih ngantuk bu.. hoamm..."
" Eeh.. anak ibu jangan malas - malasan begitu ya. Nanti jadi kebiasaan saat udah dewasa . " Rani menasehati Bulan yang masih tampak lemas duduk di kursi makan.
" Maklum bu, Bulan punya cita-cita jadi anak manja, hahaha." Raka meledek Bulan sambil tertawa.
" Ihh.. apaan kak Raka ini, siapa yang mau jadi anak manja? kakak itu yang manja. Kemana - mana selalu berdua sama kak Riko. "
...Riko dan Raka saling bertatapan dan mereka tertawa bersama, Riko menyela " Kami sering bersama karena kita kembar, dari dulu kita tujuannya sama. Sekolah, kuliah juga sama. hobi pun juga sama. Makanya jangan heran kalau kami ini selalu bersama. Bukan karena manja, tapi karena tujuan kami yang sama. "...
" Hemhh... Bulan tidak mau tahu." ketus Bulan dan memalingkan wajahnya dari kakak-kakaknya.
" Ssstttts... kalian ini jangan ribut. Ayo kita lekas sarapan. Nanti keburu terlambat." ujar Tanu pada anak- anaknya.
Mereka pun menuruti kata Ayahnya, dan bergegas mengambil makanan dan segera memulai untuk menyantap.
Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 , Tanu sudah sampai di tempat dia mengajar. Keinginannya untuk menjadi seorang guru sejak kecil, kini telah tercapai. Benar saja, dia kini mengajar di sekolah predikat terbaik di kota. Kepala sekolah menganugerahkan Tanu sebagai Guru teladan yang baik. Tidak hanya mendapatkan predikat Guru teladan, tetapi kepala sekolah juga memberikanya fasilitas. Berupa motor dan menaikkan gajinya.
Seperti biasa, hari senin sekolah mengadakan upacara bendera, Tanu di tunjuk sebagai pembina upacara.
Murid - murid senang, dan bahagia ketika Tanu yang menjadi pembina upacara. Sosoknya yang kharismatik dan berwibawa membuatnya di senangi banyak orang. Tak jarang banyak siswi yang diam-diam suka dan menaruh hati kepadanya. Meskipun usia Tanu sudah berkepala empat, tetapi jiwa dan raganya masih terlihat seperti orang yang masih duduk di bangku kuliah.
" Ehemm... Lihat itu Pak guru Tanu , ganteng banget, bicaranya juga adem. Hatiku jadi meleleh. Seandainya saja Pak Tanu mau menjadi suamiku, meskipun Beliau sudah tak muda lagi. Yang penting aku tetap menyukainya. Aku yakin, di dunia ini tak ada yang bisa menjadi seperti Pak Tanu. Ucap salah satu siswi saat mendengar Tanu mengisi pidato upacara.
" Seandainya Pak Tanu mencari istri lagi, aku pun juga mau menjadi istri keduanya. " celetuk siswi yang lain, dan menekan pipinya dengan kedua tangannya sambil membayangkan jika itu terjadi.
Disaat mereka sedang membicarakan Tanu, seorang guru mendatangi mereka. " Sttttts... jangan bersuara, saat pidato upacara. Pastikan kalian mengikuti upacara ini dengan tertib. Kalau masih bicara, saya akan suruh kalian berdiri di depan barisan para Guru."
" Ehh jangan pak.. Iya kami akan berhenti bicara pak. Maafkan kami." Ujar Vina, siswi berprestasi yang paling terang - terangan menyukai Tanu.
" Ya sudah... jangan bicara lagi. " Ucap Sastro , Guru yang paling galak diantara guru galak yang lain. Kemudian meninggalkan vina yang berdiri di barisan depan bersama teman sekelasnya.
Tak lama kemudian, upacara bendera pun selesai. Semua murid memasuki ruang kelas masing - masing.
Para guru pun kembali ke ruang guru untuk menyiapkan materi yang akan di ajarkan saat jam pelajaran di mulai.
Sastro mendatangi Tanu dan berkata," Wahh.. Pak Tan makin hari , banyak anak perempuan yang terang - terangan menyukai Anda. Tidak hanya satu, tapi lebih dari puluhan siswi mengidolakan Anda Pak."
" Ahh.. Pak sastro ini bisa saja. Mana mungkin anak kemarin sore menyukai gurunya sendiri, yang jelas saya ini seumuran dengan orang tua mereka. Tidak mungkin mereka menyukai saya Pak." ucap Tanu sembari menata buku yang sudah dia siapkan untuk mengajar.
" Ucapan saya ini benar lho Pak Tan... tadi saja, saya memergoki siswi anak kelas IPA sedang membicarakan Anda. Mereka bilang seandainya Pak Tanu mencari istri lagi, mereka siap menjadi istri keduanya. "
Tanu berdiri dari duduknya, dan meninggalkan Sastro yang duduk di kursi sebelahnya dan berkata. " Sudah lah Pak Sastro, biarkan saja mereka . Saya tidak akan memikirkan hal ini. Lagipula mereka kan masih ABG. Cara berfikirnya masih labil. Jika saya terpengaruh dengan hal seperti itu, Mungkin karirku akan hancur.
Sastro tersenyum saat Tanu meninggalkannya. Dia berfikir, betapa beruntungnya Pak Tanu. " Saya saja yang lima tahun lebih tua darinya belum mendapatkan seorang istri. " Gumamnya dalam hati.
Berbeda dengan Tanu, Sastro tidak memiliki daya tarik yang menonjol. Dirinya hanya dikenal sebagai Guru yang galak. Sehingga banyak murid-muridnya yang tidak menyukainya.
Dan dengan sifatnya yang seperti itu, Sastro sulit mendapatkan jodoh. Seorang Guru Kaya, mempunyai banyak harta namun hidup seorang diri. Sifat sombongnya pun selalu ia tampilkan di depan umum untuk mencari perhatian.
Alhasil, bukannya mendapat perhatian, Sastro malah sering mendapatkan kata - kata yang tak pantas. Di hina, di caci, di bully itu sudah makanan sehari-hari Sastro. Tetapi Sastro bisa lebih sabar menghadapinya.
Dia tak ingin jika dia marah saat dihina, malah akan memperburuk suasana. Untuk itu Sastro lebih memilih diam dan menghindar saat di hina teman - temannya.
" Aku akui, Pak Tanu memang hebat. Aku mengaguminya. Sudah berkepala empat, tetapi wajahnya seperti usia dua puluhan tahun." ucap Sastro dalam hati.
Kemudian Sastro termenung. Dia duduk di atas meja Gurunya sambil berandai-andai. Tak sadar, di ruang Guru hanya tertinggal Sastro sendiri. Sementara Guru yang lain sudah memasuki ruang kelas dan sudah mulai mengajar.
" Pak Sastro..." Kepala sekolah memanggilnya.
" Iya , saya Pak." Jawab Sastro dengan gemetaran.
" Pak Sastro belum mengajar? Ataukah hari ini libur? Tanya kepala sekolah pada Sastro.
" Maaf, Saya nanti mengajar di jam ke tiga dan empat Pak. Jadi pagi ini Saya belum mengajar."
" Oh jadi begitu, baiklah saya tinggal dulu ya Pak Sastro...! Masih ada urusan yang segera akan saya kerjakan." Ucap kepala sekolah lalu pergi meninggalkan Sastro.
" Baik Pak." ucap Sastro.
" Sejak kapan kepala Sekolah sampai ruang Guru? Hingga aku bisa terkejut mendengar panggilannya. Kenapa juga aku duduk di atas meja. Untung saja Kepala sekolah tidak menegurku.
Kalau sampai menegurku, betapa besar malu yang ku dapatkan. Aku mencontohkan sesuatu yang tak baik di lingkungan sekolah." Gumam Sastro dalam hati.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments