Cerita Tentang Masa SMA

Setelah kurang lebih tiga puluh menit perjalanan, akhirnya sampailah juga Tanu sekeluarga di puncak bukit. Hamparan tumbuhan hijau terlihat jelas di sejauh mata mereka memandang.

" Nah kita sudah sampai. Di sini lah tempat yang ayah maksudkan." Ucap Tanu sembari menurunkan Tama dari gendongannya.

" Ayah memang hebat, jadi berhari - hari kerja itu untuk ini ya." Ucap Rani kagum.

" Hehe.. iya Ibu. Ayah tidak tahu kenapa sampai berpikiran begitu. Mungkin karena Ayah dahulu pecinta alam, begini lah jadinya. " jawab Tanu bangga.

" Ya.. Ayah memang hebat, Ibu juga luar biasa hebatnya. Jadi kami merasa bangga dan bersyukur memiliki orang tua seperti kalian." ucap Raka dengan penuh keyakinan.

Sorot cahaya matahari pagi berwarna jingga menambahkan keindahan di bukit itu. Suara alam memanjakan mata mereka yang melihatnya.

Rani dan bulan menghamparkan tikar. menyiapkan bekal untuk segera makan. Sementara itu Raka dan Riko masih terlihat asyik berfoto ria. Tama yang dari tadi nggak bisa jauh dari Ayahnya, menarik tangan Ayahnya untuk mengajak bermain.

Saat semua perbekalan telah selesai di sajikan, Rani mengundang anak- anak dan suaminya untuk segera berkumpul.

" Ayah, Tama, Riko, Raka, ayo semuanya kita makan. Mumpung makanannya masih terasa hangat."

" Iya bu..." jawab Tanu, Riko, dan Raka bersamaan.

" Ayah seberapa nasinya ? Segini kurang tidak ? tanya Rani pada Tanu .

" Sudah Ibu, segitu saja sudah cukup. Ayah tidak bisa makan banyak sekarang."

" Kenapa Ayah ? Ayah lagi mau diet, kok makannya sedikit. Biasanya kan sepiring penuh. Nanti Bulan lho yang menjadi gendut karena makan sebagian jatahnya Ayah." Ucap bulan keheranan.

" Ayah tidak apa - apa. Hanya mengurangi makan saja. Kan Ayah sudah tua, jadi kalau makan seperlunya saja. Sudah, ayo kita lekas sarapan.. mumpung masakannya masih hangat. "

Masakan Rani memang sangat lezat, terlihat dari keluarganya yang lahap saat makan. Tak heran kalau Rani dulu jadi idaman banyak pria. Pastinya semua pria menginginkan wanita yang sempurna. Cantik, sopan, pandai, apalagi pandai dalam memasak.

Begitupun dengan Tanu. Tanu adalah salah seorang pengagum Rani. Ketampanan, keluguan, kepandaian yang dia miliki mampu membuat pujaan hatinya bertekuk lutut di hadapannya. Karena kedekatannya, Tanu hampir tidak pernah sedikitpun keluar untuk membeli makanan. Bagaimana tidak, Rani hampir setiap hari mengirimkan makanan khusus untuk dirinya. Dan juga saat Tanu bertamu ke rumah Rani, dia selalu dibuatkan makanan kesukaanya.

Rani selalu berpesan pada Tanu, jangan suka jajan di masa muda. Ingat menabung. Sisihkan uang untuk masa depan kita. Kata itu, yang selalu terngiang di telinga Tanu. Dia menuruti apa yang dikatakan kekasihnya. Alhasil saat pernikahan tiba, pernikahan yang mereka idamkan, tanpa bantuan finansial dari orang tuanya terlaksana.

Matahari pagi yang semakin meninggi, membuat suasana menjadi hangat. Di tengah makan bersama Bulan iseng menyikut lengan kakaknya, Raka.

" Kamu kenapa sih Bulan ? Jangan usil deh." ketus Raka memandang Bulan dengan kesal.

Melihat kakaknya kesal, Bulan segera meminta maaf. "Maaf kak, Bulan itu bukan usil. Tapi mau memberitahu. Orang tua kita dari dulu selalu terlihat romantis banget. Aku jadi bangga punya orang tua seperti mereka. Lihat saja setiap mereka makan, pasti selalu suap - suapan. "

" Owh begitu, kirain mau usil. Kakak jadi salah paham jadinya. Habisnya kamu selalu usil sama kakak sih." Sambil garuk kepala Raka menyadari kesalahpahamanya. Lalu melanjutkan kata - katanya." Dari dulu mereka selalu begitu, bahkan saat di tempat umum pun. Saat makan tidak lupa mereka lakukan."

Riko yang sejak tadi lahap makan, menyela pembicaraan mereka. "Kalian tahu kan orang tua kita itu idola kita . Kasih sayangnya, kebaikannya, kesabarannya dalam mendidik dan merawat kita patut kita acungkan jempol."

Tanu dan Rani yang mendengar pembicaraan anak - anaknya tersenyum malu. Tanu pun berkata, " Kalian ini mengingatkan kami saat masih SMA. Kebiasaan kami yang seperti ini, sudah dari SMA kami lakukan. Tentunya saat kami sudah menjalin kasih. Ayah ingat saat mengutarakan perasaan Ayah pada Ibu kalian, sebelum menerima cinta Ayah, dia meminta satu persyaratan. "

Riko, Raka, dan Bulan saling bertatapan. Lalu Bulan bertanya pada Ayahnya. " Apa itu Ayah persyaratannya? Susah tidak?"

Tanu pun menjawab dengan senyum manisnya. " Mudah sekali. Ayah pun sampai kapanpun sanggup."

" Terus apa itu Ayah persyaratannya?" Bulan kembali mengulang pertanyaannya.

Tanu pun menjawab, dan menatap wajah istrinya yang merah merona karena mengingat masa pacaran mereka. " Syaratnya Ayah kalau makan sama ibu kalian, dimanapun berada harus selalu suap - suapan. Agar kami terlihat sudah saling memiliki."

Rani tak bisa menahan rasa malunya, dia pun menepuk lengan suamiya dan berkata. " Sudah lah Ayah, itu cukup jadi pengetahuan kita aja, jangan di ceritakan secara detail. Ibu kan jadi malu."

Dan waktu pun sudah mendekati pukul sembilan lebih tiga puluh menit. Tanu dan keluarganya segera membereskan tempat mereka makan dan berkemas untuk pulang.

Tama yang sejak berangkat tadi bersorak sorai terus kegirangan, dan akhirnya ikut pulang dengan wajah cemberut.

" Tama, besok lagi kita ke tempat ini. Masih ada banyak waktu untuk kita bisa ke tempat ini." Ucap Bulan menghibur

Tama, yang masih belum bisa bicara lancar.

" Bagaimana kalau setiap hari minggu, kita kembali kesini lagi." Tanu memberikan usulan.

" Kami juga inginnya begitu Ayah. Tapi Kami kan tidak mempunyai banyak waktu. Minggu depan kami tidak bisa pulang, Ayah." ucap Raka sedih.

" Benar juga ya, Ayah sampai lupa kalau kalian tinggal di asrama. Kalau begitu menunggu kalian pulang saja, biar seru."

" Iya Ayah, Ibu juga sependapat dengan Ayah. Tanpa mereka, suasananya pasti akan berbeda. Ibu tidak mau kalau tak ada mereka."

" Jadi begitu ya, tanpa mereka Ibu tidak mau ikut jalan - jalan? Kalau begitu besok minggu Bulan mau mengajak Tama bermain kesini lagi sama teman-teman Bulan Bu."

" Eittt.. tidak boleh. Ibu tidak menyarankan kamu bermain kesini membawa Tama. Nanti kalau dia menangis kamu tidak bisa menenangkannya." Rani melarang Bulan membawa Tama pergi.

" Bulan bisa kok menjaga Tama agar tidak sampai menangis. Ingat, Bulan itu sudah bukan anak kecil lagi." Ucap Bulan membela diri.

" Iya Ibu tahu kamu sudah bukan anak kecil lagi. Tapi kalau kesini tanpa pengawasan Ibu, kamu tidak boleh membawa Tama pergi. Ibu pasti akan mengkhawatirkannya."

" Baiklah Ibu. Kalau Ibu sudah melarang, Bulan tak bisa membantah. Takut kena apes." Bulan pun menuruti kata Ibunya, meskipun sebenarnya ia sangat berat mengabaikan keinginannya sendiri.

" Maafkan Ibu ya Bulan, bukannya Ibu tidak percaya kamu bisa menjaga Tama. Tapi Ibu khawatir kalau Tama jauh dari Ibu. Beberapa hari ini sebenarnya Ibu mimpi buruk. Tama memanggil kita, dia menangis seorang diri. Ibu tak bisa menenangkan Tama. Berkali kali Ibu mencoba menghiburnya pun, Tama tetap tak mau berhenti menangis." Ucap Rani sembari mengingat apa saja yang dia impikan.

" Ayah kan sudah bilang sama Ibu, mimpi Ibu itu hanya bunga tidur saja. Jangan sampai membuat beban di pikiran Ibu. Lupakan saja, dan sebaiknya kita berdoa saja semoga keluarga kita terhindar dari sesuatu yang buruk." Ucap Tanu pada Istrinya yang masih saja gelisah memikirkan mimpinya.

......................

Terpopuler

Comments

Kuda Kencana

Kuda Kencana

Halo juga kak, salam kenal... terima kasih sudah berkunjung. Aku kunjung balik kak.🙏

2022-05-01

0

Duyung kesayangan

Duyung kesayangan

Hallo kak.
Salam kenal dari cinta berbeda keyakinan

2022-05-01

1

lihat semua
Episodes
1 Bukit Yang Indah
2 Cerita Tentang Masa SMA
3 Guru Teladan Yang Baik
4 Di Parkiran Sekolah
5 DI KELAS XI IPA
6 BUNGA UNTUK PAK GURU
7 PINGSAN DI PARKIRAN
8 KEPERGOK SATPAM
9 TIDAK ADA KATA TAPI
10 LELAH BERHARAP
11 KEHILANGAN SEMANGAT HIDUP
12 JANGAN HALANGI AKU
13 HAMIL LAGI
14 MENGANTARKAN ISTRI KE DOKTER
15 DI KLINIK YANG SAMA
16 BERTEMU DI KLINIK
17 KE RUMAH SAKIT BESAR
18 INGIN MENIKAH DENGAN BAPAK
19 BERUBAH PIKIRAN
20 BUKAN PESAN TERAKHIR
21 CERITA PILU VINA
22 WIJAYA PAPA VINA
23 JANJI WIJAYA KEPADA VINA
24 KEBAHAGIAAN BERUBAH JADI TANGISAN
25 GAGAL MENGAKHIRI HIDUPNYA
26 SAMPAI KAPAN MENYIKSA VINA
27 TIDAK BERMAKSUD MEMBUAT PAPA KECEWA
28 RESTORAN TEMAN WIJAYA
29 MANAJER RESTO MENANTANG WIJAYA
30 KISAH TRAGIS KELUARGA NOVI, SI MANAJER
31 IKRAR WIJAYA
32 AMARAH NOVI
33 APAKAH KAMU MAU MENJADI ISTRIKU?
34 Izinkan Aku Bertemu Mereka
35 BELUM TERLALU TUA UNTUK MENIKAH LAGI
36 PATAH HATI
37 WIJAYA MENGINCAR PUNCAK BUKIT
38 WARGA MENYERANG BONO
39 PERTARUNGAN ANTAR ORANG KEJAM
40 BERMEDITASI DI PUNCAK BUKIT
41 PANGGILAN DARI BOS BESAR
42 MENCARI MAKAN
43 KAMU TAK MENJADI DIRIKU
44 DI RESTORAN WIRA
45 KEMELUT DI DALAM RESTORAN
46 SENYUM KEBAHAGIAAN WIRA DAN NOVI
47 HIDUPKU SUDAH TAK SEPI LAGI
48 PERJALANAN KE RUMAH RANI
49 DI RUMAH RANI
50 RENCANA PERNIKAHAN
51 PESAN TERAKHIR UNTUK TANU
52 PESAN TERAKHIR UNTUK WIJAYA
53 KECELAKAAN TUNGGAL
54 KABAR DUKA
55 MENANTI KEPULANGAN WIJAYA
56 SELAMAT JALAN VINA
57 VINA, PAPA PULANG
58 PERJALANAN PULANG BERSAMA BONO
59 APA BENAR VINA MENINGGAL?
60 ZIARAH
61 DOA BERSAMA DI HARI YANG KETIGA
62 KEMBALI
63 PENYERANGAN
64 RACUN SERANGGA
65 DIHADANG PASUKAN POLISI
66 TIPU DAYA BONO
67 BERAKHIRNYA RIWAYAT KAPTEN POLISI
68 MENEMUKAN RENDRA
69 DUA GADIS YANG MALANG
70 MELARIKAN DIRI
71 CERITA PAK TUA
72 PERTARUNGAN DI TEPI DANAU
73 SIAPA YANG BISA KU PERCAYA?
74 KEMATIAN RENDRA DAN BERAKHIRNYA HUBUNGAN WIJAYA DENGAN BONO
75 MELAMAR RIKA
76 DI TOLAK
77 MENCARI CARA
78 MEMINTA BANTUAN BONO
79 MENYELAMATKAN RIKA
80 MAUKAH KAMU TINGGAL DISINI?
81 SENYUM KEBAHAGIAAN RIKA
82 REZA MENINGGALKAN DESA
83 SELAMAT TINGGAL KALIAN
84 BERJANJI UNTUK RIKA
85 MENINGGALKAN PERTARUNGAN
86 SEPAKAT MENIKAH BERSAMA
87 EMPAT BULAN BERLALU
88 JANJI KHALID
89 FIRASAT BURUK
90 KEDATANGAN TAMU
91 MULAI WASPADA
92 SULIT DI PERCAYA
93 PERTARUNGAN YANG BERAKHIR DAMAI
94 KAKAK ?
95 CERITA DI DALAM PERJALANAN
96 BERTEMU SAUDARA DARI JAUH
97 Berjuanglah Dengan Penuh Keyakinan
98 APAKAH INI SUATU PERTANDA?
99 MELARIKAN DIRI DARI SATYA
100 KELUAR ORGANISASI SAMA DENGAN MATI
101 HARI SPESIAL KELUARGA TANU
102 MALAM PESTA HARI BAHAGIA
103 KERESAHAN YANG MENDALAM
104 LAHIRNYA CALON -CALON ORANG HEBAT
105 KEDATANGAN DUA PENJAHAT
106 BERMALAM DI PUNCAK BUKIT
107 PERTEMUAN YANG MENEGANGKAN
108 TERIAKAN YANG SANGAT DAHSYAT
109 KEHILANGAN
110 RENCANA LICIK
111 SEKELEBAT BAYANGAN HITAM
112 KEMATIAN WIRA DAN KELAHIRAN SATRIA ACALA
113 TENTANG RAJAH DI DADA KANAN
114 TANDA AWAL KEHANCURAN
115 MEMBUNTUTI
116 BURUNG SIALAN
117 MAKNA DARI SEBUAH GAMBAR
118 MERINDUKAN PAPA
119 TEMPAT YANG PALING INDAH
120 KEMBALI KE PUNCAK BUKIT
121 TERNYATA BENAR
122 ATURAN YANG ANEH
123 TAKUT MELIHAT KEMATIAN
124 SENJATA RAHASIA
125 TEWASNYA PIMPINAN RAMPOK
126 STRATEGI PINTAR
127 KEMATIAN RIKO DAN RANI
128 MERAYU BULAN
129 MENYELAMATKAN BULAN
130 MEMBAWA BULAN KEMBALI KE RUMAH
131 KEMUNCULAN BAGUS
132 KEMATIAN BULAN
133 PENGORBANAN BAGUS
134 RAMA.. BANGUNLAH !
135 MEMENUHI JANJI
136 BERTEMU
137 EVAKUASI
138 BERKUMPUL
139 PILIHAN UNTUK MENYENDIRI
140 PEMBAKARAN RUMAH TANU
141 TAMA MENGHILANG
142 MENUNGGU DI RUMAH SAKIT
143 DERITA DAN KESENDIRIAN BAB 1
144 Derita Dan Kesendirian BAB 2
145 Derita Dan Kesendirian BAB 3
146 Berjuang Melewati Masa Kritis
147 Kabar Baik Dari Dokter
148 Merasa Menjadi Lemah
149 Saling Bercerita
150 Dukamu Adalah Duka Kita Semua
151 Melarikan Diri Untuk Kembali
152 Bertahan Sendirian di Dalam Rumah Rahasia
153 Luka Lamaku Kembali Terbuka
154 Selamat Tinggal, Tama
155 Semua Beban Di Pundaknya Terhempas
156 Aku Kesepian
157 Meninggalkan Desa
158 Keputusan Yang Sudah Bulat
159 Jangan Panggil Aku Bos Lagi
160 Masuk Desa
161 Berkumpul Di Pendopo
162 Kedatangan 3 Orang Kepercayaan Wijaya
163 Pertarungan Berdarah
164 Kekalahan Telak di Kubu Bary
165 Pecundang Tetaplah Pecundang
166 Ucapan Perpisahan
167 Menjelang Pesta Kembang Api
168 Kehancuran Desa
169 Lima Tahun Kemudian
170 Tawaran Sekolah
171 Menangis Di Pangkuan Kakek
172 Sarapan Pagi
173 Berdebat dengan Kepala Sekolah
174 Pesan Kakek
175 Sembilan Tahun
176 Bertarung di Hutan
177 Satria Kalah
178 Bertemu Di Batas Desa
179 Meminta Bantuan Novi
180 Rumahku Kembali
181 Xena si Cantik Judes
182 Murid Baru
183 Camping Bersama Ke Gunung
184 Teguran dari Kepala Sekolah
Episodes

Updated 184 Episodes

1
Bukit Yang Indah
2
Cerita Tentang Masa SMA
3
Guru Teladan Yang Baik
4
Di Parkiran Sekolah
5
DI KELAS XI IPA
6
BUNGA UNTUK PAK GURU
7
PINGSAN DI PARKIRAN
8
KEPERGOK SATPAM
9
TIDAK ADA KATA TAPI
10
LELAH BERHARAP
11
KEHILANGAN SEMANGAT HIDUP
12
JANGAN HALANGI AKU
13
HAMIL LAGI
14
MENGANTARKAN ISTRI KE DOKTER
15
DI KLINIK YANG SAMA
16
BERTEMU DI KLINIK
17
KE RUMAH SAKIT BESAR
18
INGIN MENIKAH DENGAN BAPAK
19
BERUBAH PIKIRAN
20
BUKAN PESAN TERAKHIR
21
CERITA PILU VINA
22
WIJAYA PAPA VINA
23
JANJI WIJAYA KEPADA VINA
24
KEBAHAGIAAN BERUBAH JADI TANGISAN
25
GAGAL MENGAKHIRI HIDUPNYA
26
SAMPAI KAPAN MENYIKSA VINA
27
TIDAK BERMAKSUD MEMBUAT PAPA KECEWA
28
RESTORAN TEMAN WIJAYA
29
MANAJER RESTO MENANTANG WIJAYA
30
KISAH TRAGIS KELUARGA NOVI, SI MANAJER
31
IKRAR WIJAYA
32
AMARAH NOVI
33
APAKAH KAMU MAU MENJADI ISTRIKU?
34
Izinkan Aku Bertemu Mereka
35
BELUM TERLALU TUA UNTUK MENIKAH LAGI
36
PATAH HATI
37
WIJAYA MENGINCAR PUNCAK BUKIT
38
WARGA MENYERANG BONO
39
PERTARUNGAN ANTAR ORANG KEJAM
40
BERMEDITASI DI PUNCAK BUKIT
41
PANGGILAN DARI BOS BESAR
42
MENCARI MAKAN
43
KAMU TAK MENJADI DIRIKU
44
DI RESTORAN WIRA
45
KEMELUT DI DALAM RESTORAN
46
SENYUM KEBAHAGIAAN WIRA DAN NOVI
47
HIDUPKU SUDAH TAK SEPI LAGI
48
PERJALANAN KE RUMAH RANI
49
DI RUMAH RANI
50
RENCANA PERNIKAHAN
51
PESAN TERAKHIR UNTUK TANU
52
PESAN TERAKHIR UNTUK WIJAYA
53
KECELAKAAN TUNGGAL
54
KABAR DUKA
55
MENANTI KEPULANGAN WIJAYA
56
SELAMAT JALAN VINA
57
VINA, PAPA PULANG
58
PERJALANAN PULANG BERSAMA BONO
59
APA BENAR VINA MENINGGAL?
60
ZIARAH
61
DOA BERSAMA DI HARI YANG KETIGA
62
KEMBALI
63
PENYERANGAN
64
RACUN SERANGGA
65
DIHADANG PASUKAN POLISI
66
TIPU DAYA BONO
67
BERAKHIRNYA RIWAYAT KAPTEN POLISI
68
MENEMUKAN RENDRA
69
DUA GADIS YANG MALANG
70
MELARIKAN DIRI
71
CERITA PAK TUA
72
PERTARUNGAN DI TEPI DANAU
73
SIAPA YANG BISA KU PERCAYA?
74
KEMATIAN RENDRA DAN BERAKHIRNYA HUBUNGAN WIJAYA DENGAN BONO
75
MELAMAR RIKA
76
DI TOLAK
77
MENCARI CARA
78
MEMINTA BANTUAN BONO
79
MENYELAMATKAN RIKA
80
MAUKAH KAMU TINGGAL DISINI?
81
SENYUM KEBAHAGIAAN RIKA
82
REZA MENINGGALKAN DESA
83
SELAMAT TINGGAL KALIAN
84
BERJANJI UNTUK RIKA
85
MENINGGALKAN PERTARUNGAN
86
SEPAKAT MENIKAH BERSAMA
87
EMPAT BULAN BERLALU
88
JANJI KHALID
89
FIRASAT BURUK
90
KEDATANGAN TAMU
91
MULAI WASPADA
92
SULIT DI PERCAYA
93
PERTARUNGAN YANG BERAKHIR DAMAI
94
KAKAK ?
95
CERITA DI DALAM PERJALANAN
96
BERTEMU SAUDARA DARI JAUH
97
Berjuanglah Dengan Penuh Keyakinan
98
APAKAH INI SUATU PERTANDA?
99
MELARIKAN DIRI DARI SATYA
100
KELUAR ORGANISASI SAMA DENGAN MATI
101
HARI SPESIAL KELUARGA TANU
102
MALAM PESTA HARI BAHAGIA
103
KERESAHAN YANG MENDALAM
104
LAHIRNYA CALON -CALON ORANG HEBAT
105
KEDATANGAN DUA PENJAHAT
106
BERMALAM DI PUNCAK BUKIT
107
PERTEMUAN YANG MENEGANGKAN
108
TERIAKAN YANG SANGAT DAHSYAT
109
KEHILANGAN
110
RENCANA LICIK
111
SEKELEBAT BAYANGAN HITAM
112
KEMATIAN WIRA DAN KELAHIRAN SATRIA ACALA
113
TENTANG RAJAH DI DADA KANAN
114
TANDA AWAL KEHANCURAN
115
MEMBUNTUTI
116
BURUNG SIALAN
117
MAKNA DARI SEBUAH GAMBAR
118
MERINDUKAN PAPA
119
TEMPAT YANG PALING INDAH
120
KEMBALI KE PUNCAK BUKIT
121
TERNYATA BENAR
122
ATURAN YANG ANEH
123
TAKUT MELIHAT KEMATIAN
124
SENJATA RAHASIA
125
TEWASNYA PIMPINAN RAMPOK
126
STRATEGI PINTAR
127
KEMATIAN RIKO DAN RANI
128
MERAYU BULAN
129
MENYELAMATKAN BULAN
130
MEMBAWA BULAN KEMBALI KE RUMAH
131
KEMUNCULAN BAGUS
132
KEMATIAN BULAN
133
PENGORBANAN BAGUS
134
RAMA.. BANGUNLAH !
135
MEMENUHI JANJI
136
BERTEMU
137
EVAKUASI
138
BERKUMPUL
139
PILIHAN UNTUK MENYENDIRI
140
PEMBAKARAN RUMAH TANU
141
TAMA MENGHILANG
142
MENUNGGU DI RUMAH SAKIT
143
DERITA DAN KESENDIRIAN BAB 1
144
Derita Dan Kesendirian BAB 2
145
Derita Dan Kesendirian BAB 3
146
Berjuang Melewati Masa Kritis
147
Kabar Baik Dari Dokter
148
Merasa Menjadi Lemah
149
Saling Bercerita
150
Dukamu Adalah Duka Kita Semua
151
Melarikan Diri Untuk Kembali
152
Bertahan Sendirian di Dalam Rumah Rahasia
153
Luka Lamaku Kembali Terbuka
154
Selamat Tinggal, Tama
155
Semua Beban Di Pundaknya Terhempas
156
Aku Kesepian
157
Meninggalkan Desa
158
Keputusan Yang Sudah Bulat
159
Jangan Panggil Aku Bos Lagi
160
Masuk Desa
161
Berkumpul Di Pendopo
162
Kedatangan 3 Orang Kepercayaan Wijaya
163
Pertarungan Berdarah
164
Kekalahan Telak di Kubu Bary
165
Pecundang Tetaplah Pecundang
166
Ucapan Perpisahan
167
Menjelang Pesta Kembang Api
168
Kehancuran Desa
169
Lima Tahun Kemudian
170
Tawaran Sekolah
171
Menangis Di Pangkuan Kakek
172
Sarapan Pagi
173
Berdebat dengan Kepala Sekolah
174
Pesan Kakek
175
Sembilan Tahun
176
Bertarung di Hutan
177
Satria Kalah
178
Bertemu Di Batas Desa
179
Meminta Bantuan Novi
180
Rumahku Kembali
181
Xena si Cantik Judes
182
Murid Baru
183
Camping Bersama Ke Gunung
184
Teguran dari Kepala Sekolah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!