SEMUA TENTANG DENDAM
Pagi hari yang cerah. Suara burung berkicau bersahutan. Basah dedaunan oleh embun pagi. Dan udara yang berhembus menyejukkan seluruh tubuh. Di bukit indah di desa terpencil yang masih asri. Tinggalah sebuah keluarga yang harmonis.
" Ayo semuanya kita akan pergi jalan-jalan ! Seru Tanu kepada keluarganya.
" Ayoo ! Kemana kita akan jalan - jalan Ayah? " Ucap Bulan bersemangat.
" Minggu ini kita akan pergi mengitari bukit ini, Kita akan lewat jalan yang sudah Ayah buat seminggu ini. " Jawab Tanu dengan rasa bangga.
" Yang benar saja... Ibu nggak mau Ayah, Capek nanti " ujar Rani pada suaminya.
Saat bersamaan, si kembar anak pertama dan kedua Tanu, turun dari lantai atas. Dia adalah Riko dan Raka.
Riko menggendong adik kecilnya, yang masih berumur satu tahun lebih dua bulan.
Tanu dan Rani adalah teman sekelas pada saat duduk di bangku SMA. Dua-duanya murid terbaik di kelasnya. mereka berdua bersaing dalam memperebutkan rangking kelas.
Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menjalin cinta, karena diantara mereka merasa memiliki perasaan yang sama. Hingga sampai mereka lulus kuliah, hubungan mereka baik - baik saja. Jarang sekali ada keributan.
Setelah mendapatkan restu kedua orang tua mereka , akhirnya mereka menikah. Sekarang Tanu dan Rani memiliki 4 orang anak. Si kembar Riko dan Raka, Bulan, dan yang paling kecil Tama.
" Ibu itu harus sekali-kali refreshing, jangan mengurusi pekerjaan rumah saja bu" sahut Riko sambil menyerahkan Tama pada Bulan yang sejak tadi pagi sudah ingin menggendong Tama.
" Benar kata Riko bu, Ibu itu harus melihat pemandangan di luar sana yang lebih indah daripada di sekitar rumah ini " ucap Raka membenarkan kata saudara kembarnya.
" Iya bu, Ibu ikut ya.. kan enak kalau jalan ramai-ramai." pinta bulan merengek.
" Iya deh Ibu ikut.. " jawab Rani dengan senyum tumpul.
" Baiklah.. kita akan jalan sekarang juga!Siapkan bekal untuk perjalanan nanti agar tidak kelaparan saat nanti sampai di tujuan." suruh Tanu lalu bergegas pergi ke dapur untuk membantu Rani menyiapkan perbekalan.
Pukul 05.30 mereka bersiap dan bergegas. Mereka penasaran kemana Ayahnya mengajak mereka jalan. Dengan melewati jalan yang baru kemarin selesai di buat Tanu, tak bosan mereka melihat di sekeliling. banyak tanaman ,dan bunga- bunga indah liar yang tumbuh di sepanjang jalan.
Ini pertama kalinya mereka melakukan perjalanan yang sangat mengesankan. Tama bersorak sorai, mengisyaratkan kegembiraanya..
"Uuuwaaaaaahhhh..bahh.. bahhhh.. " celoteh Tama.
" Ehhh anak Ayah rupanya suka sekali ya di ajak jalan. " ucap Tanu sambil mencium pipi Tama.
" Memangnya cuma Tama yang suka Yah? Bulan juga suka lho" sahut Bulan dengan wajah berseri - seri.
" Iya Ayah juga senang kalau kalian menyukai tempat ini. Memang pemandangan ini sangat luar biasa. Ayah baru menyadarinya kemarin setelah Ayah selesai membangun jalan ini. "
Rani yang dari rumah tadi berjalan menyendiri, kemudian tersenyum sendiri. Memang pemandangan di sini jauh lebih indah daripada di rumah. Meskipun rumah mereka masih terbilang satu barisan dengan bukit itu. Tapi tak sedikitpun Rani berpikir bahwa di sekitar bukit di atas pun dia akan menemukan keindahan.
" Ehhh lihat Ibu tersenyum sendiri... hahaha..." ujar Raka sambil tertawa meledek.
" Memangnya kenapa? Ibu nggak senyum kok. Ibu itu karena matanya kena cahaya matahari. jadi ya seperti ini. Coba kalau kamu kesinaran cahaya , bagaimana ekspresi wajahnya? " jawab Rani dengan muka merah, menyembunyikan perasaannya.
" Ahh, Ibu bilang aja kalau senang. Jangan di tahan - tahan kalau senang. Kalau di tahan, wajah ibu kaya badut. Hihihi.." sentil bulan menyeringai.
" Sudahh lah, kalian ini asyik ngeledekin ibu terus. Hemhh... Ibu memang senang, juga bahagia bisa merasakan kebahagiaan bersama keluarga. Ini adalah momen yang belum pernah ibu rasakan sebelumnya."
Sambil tertawa mereka melanjutkan perjalanan. Walaupun baru seperempat perjalanan, tak ada sedikitpun kata lelah di pikiran mereka. Yang saat ini mereka rasakan adalah kebahagiaan bisa melakukan aktivitas bersama.
" Bulan, kalau lelah biarkan Tama berjalan sendiri.Jangan di gendong terus." Ucap Tanu saat melihat Bulan sudah terlihat kelelahan.
" Bulan belum lelah kok Ayah. Tenang saja, Bulan masih kuat." Ucap Bulan menolak teguran Ayahnya.
" Turuti saja kata Ayahmu, Bulan. Lagipula Tama sudah bisa jalan sendiri. Biarkan dia belajar berjalan menaiki bukit ini. Yang penting tetap di jaga agar tidak jatuh." Ucap Rani menyela.
" Baiklah Ibu. Padahal Bulan lagi ingin menggendong Tama lebih lama. Lagipula Bulan bisa main sama Tama pas hari libur saja kan." Ucap Bulan lemas, lalu menurunkan Tama dari gendongannya.
" **Ibu tidak melarangmu, kamu boleh mengajaknya bermain kapan saja. Tapi jangan sering digendong. Biar dia berjalan sendiri, supaya kakinya kuat."
" Iya Bulan mengerti Bu**." ucap Bulan pasrah.
" Ya sudah, kalau begitu kita jalan lagi. Ibu minta kamu j****aga Tama jangan sampai jatuh ya."
" Iya Ibu, Bulan pasti akan menjaganya. Tenang saja, serahkan saja semuanya pada Bulan."
" Ibu biar Tama bersama kami saja. Kami mau foto foto dulu di sekitar sini sebelum sampai di tempat tujuan. Di sini kebetulan tempatnya cocok untuk berfoto." Ucap Raka sembari menyiapkan kameranya untuk mulai berfoto bersama Riko.
" Kalau begitu kita istirahat sebentar saja disini. sekalian menunggu kalian. Bagaimanapun perjalanan ini menyenangkan jika tetap bersama. Jangan sampai setelah di tengah perjalanan malah memisahkan diri masing - masing."
" Tidak Bu, kalian bisa jalan lebih dulu. Nanti saya dan Riko menyusul." Raka menolak saran Rani.
" Kalau kalian tidak mau naik bersama Ibu, ya tidak apa-apa. Tapi nanti kalian tidak dapat jatah makan di sana lho."
" Ha... Makanan sebanyak itu tapi kami tidak dapat jatah makan?" Raka protes dengan Ibunya.
"Iya." jawab Rani singkat.
" Baiklah kalau begitu, kami akan naik bersama kalian. Daripada tak dapat jatah makan lebih baik ikut kalian." Ucap Riko lemas karena tak bisa menyempatkan waktu untuk berfoto.
" Kakak itu jangan seperti itu. Lain waktu kan bisa kesini lagi untuk berfoto. Ibu sudah meluangkan waktunya menemani kita jalan lho, masa kalian malah mau main sendiri. Padahal sebelumnya Ibu tidak mau karena capek. Tapi akhirnya Ibu mau ikut kan. Hargai lah usaha Ibu." Ucap Bulan membela Ibunya.
" Ih bawel...Iya Kakak mengerti. Sudah jangan dibahas lagi, aku tak mau Ibu jadi salah paham."
" Kalau begitu kita teruskan jalannya sekarang juga." Ucap Riko kesal.
Dia berjalan lebih cepat dari biasanya hingga meninggalkan orang tua dan adik - adiknya.
Tanu hanya bisa menggelengkan kepalanya, melihat tingkah salah satu anak kembarnya.
" Riko, jangan berjalan terlalu cepat. Nikmati dulu pemandangan di sini." Pinta Rani kepada anak - anaknya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments