"Sayang, berhenti! Pliss. Kumohon dengarkan aku."seru Dimas terus mengejar Salsa yang sudah berada
diambang pintu, dengan membawa koper.
Dimas mencekal tangan Salsa,
"Sa, kumohon jangan pergi!" mohon nya dengan bersujud di kaki Salsa sambil menangis.
"Mas! Kamu apa apaan sih, berdiri gak.
Kalok kamu gak mau berdiri, aku enggak bakalan pulang ke Mansion kamu untuk selama-lamanya." ancam Salsa yang sangat risih, melihat Dimas bersujud di kakinya.
"Aku mohon kamu jangan pergi! Aku enggak mau kamu pergi. Kembalilah!" mohon Dimas memelas.
"Aku pergi hanya untuk sementara Mas, Kamu itu egois!"
'ucapan Salsa terhenti sejenak' Salsa menarik nafas dalam-dalam, Dan langsung berjongkok.
Ia menggenggam tangan Sang Suami yang sedang menangis, lalu berkata.
"Plis, Mas! Izinin aku buat menenangkan pikiran aku, aku stres Mas. Aku setres gara-gara kamu.
Aku mohon! Beri aku waktu, aku enggak mau jika nanti semuanya akan berdampak pada Shireen.
Kamu lupa, kalok aku baru aja ngelahirin Mas. Aku enggak mau jika nanti aku mengalami Baby Blues, dan itu semua berbahaya buat Putri kita."
"Tapi...,"
"Mas!" bentak Salsa.
"Kamu egois tau gak, kamu mau menang nya sendiri. Aku minta cerai sama kamu, tapi kamu bahkan enggak mau menceraikan aku. Dan sekarang aku hanya minta waktu, tapi kamu malah egois." 'ucapan Salsa terhenti'
"Kamu itu. Kamu itu...Sebenarnya mau kamu itu. Apa aaaaaaaa... " jerit Salsa histeris karena prustasi.
Salsa menyandarkan tubuhnya di dinding, Ia tak sanggup untuk berdiri lagi. Sekujur tubuhnya, kini telah lemas seakan tak memiliki tulang.
"Semuanya hancur, hancur. Kamu tau itu! "
lirih Salsa.
"Maafkan aku," lirih Dimas.
"Non! Non kenapa? Ya Allah.
Non, Non Bella bantuin Bibi, ambilin air putih!" ucap Bik Sum.
"Iya, iya Bik." Bella langsung bergegas mengambil air putih di dapur, dan langsung memberikan nya kepada Salsa.
"Den!" seru Bik Sum, kepada Dimas yang kini sedang berjongkok. Di samping Salsa, dan menutup wajah nya dengan kedua tangannya.
Dimas langsung mendongak, namun tidak sanggup untuk berbicara.
"Biarkan Salsa menenangkan pikiran nya sementara" ujar Bik Sum.
"Tapi Bik!..." Dimas tidak melanjutkan perkataan nya, kala melihat Bik Sum menggelengkan kepalanya.
"Apa kau mau Salsa menjadi stres?"
"Tidak." Dimas menggeleng,
"Maka dari itu, izinkan lah dia!"
Dimas langsung beralih menatap wajah istrinya itu, Salsa. Wajah sang istri yang sudah sangat tidak berdaya, Dimas mengelus pipi Salsa yang lengket, akibat bekas cucuran air mata yang mengering. Dan Salsa hanya bisa memejamkan matanya kala merasakan sentuhan dari Suaminya, dan secara perlahan Salsa membuka kembali matanya.
Tatapan keduanya beradu, Salsa meraih tangan Dimas dan langsung menyingkirkan tangan Dimas dari pipinya.
Dada Dimas terasa sesak, "Maafkan aku"
lirih Dimas, Salsa langsung membuang muka.
"Pergilah! jika itu keinginan mu, dan bisa membuat mu tenang. Maka lakukan lah! Tapi ku mohon, setelah kau pulih. Jangan lupa untuk kembali lagi!" ucap Dimas dengan nada lembut.
Salsa tidak menjawab. " Sayang!" panggil Dimas yang tidak mendapat respon apapun.
Dimas meraih dagu Salsa, dan mengarahkan wajah Salsa kehadapan nya.
"Kau menangis!" lirih Dimas, Dimas langsung menghapus air mata istrinya itu.
Tidak ada penolakan dari Salsa, dan itu semua membuat Dimas bingung.
"Ada apa? Hemm!" tanya Dimas,
Salsa hanya menggeleng.
Dimas tidak sanggup dengan semua situasi ini, Ia harus menyaksikan wanita yang dicintai nya harus larut dalam kesedihan yang sangat mendalam.
"Kau menyuruhku pergi, lalu bagai mana dengan Putriku. Apa kau pikir Seorang Ibu bisa tenang, saat meninggalkan Putrinya? Tidak Dimas." ucap Salsa,
Dimas sudah kehabisan kata-kata, dan tidak tau harus menjawab apa.
"Ndok!" seru Bik Sum,
"Pergilah! Biar Bibi yang jagain Shireen." ucap Bik Sum lagi.
"Aku tidak ingin Bibi kecapean." balas Salsa ragu,
"Tidak akan sama sekali." Bik Sum mengangguk, "Pergilah!" ucapnya lagi.
Salsa tersenyum, dan mengangguk.
Salsa langsung bangkit dari duduk nya,
Ia mengambil koper dan langsung menarik nya keluar.
Dimas langsung bangkit, saat melihat Istrinya pergi keluar. Dan mengejar Salsa yang sudah sampai di depan pagar Mansion.
"Salsa!" panggil Dimas.
Salsa tak menghiraukan panggilan Dimas, dan malah memberhentikan Taksi yang kebetulan sedang lewat.
Salsa langsung bergegas hendak masuk, namun langkah nya kalah telak oleh Dimas.
Dimas langsung menarik tangan Salsa, dan memeluknya.
"Mas ini jadi gak, naik Taksinya?" seru Sang Sopir Taksi, yang bingung melihat kedua insan ini malah beradegan seperti yang ada di drama-drama Korea.
"Maafin saya, Ya pak!" jawab Dimas, Dimas langsung merogoh saku, dan mengambil dompet kulit miliknya.
Dimas mengambil beberapa lembar uang kertas. "Nih! Maafin saya sekali lagi ya Pak." ucap Dimas dan langsung menyerahkan uang lembaran itu kepada Pak Sopir Taksi.
"Waduh bus*t, aduh kagak perlu minta maaf Den. Ini juga uang nya buat apa? Nona nya kan enggak jadi naik, kok saya dibayar?" tanya Pak Sopir Taksi.
"Gak apa-apa kok Pak, udah ambil aja. Anggap aja itu rejeki Bapak dari Tuhan." Jawab Dimas,
"Wah! Makasi banyak ya Den."
"Sama-sama Pak."
Dimas langsung masuk dengan Salsa yang kini masih terus Ia rangkul dari tadi.
Salsa hanya bisa membenamkan wajah nya di dada bidang Dimas.
"Wah! Sultan nih. Bebas dong," ucap Sang Sopir Taksi, bermonolog sendiri.
"Bus*t dah, ini duit atau apaan. Wangi bener kayak belahan gunung J*nda," kata Sang sopir lagi sambil cekikikan.
"Lepas!" bentak Salsa saat keduanya kini tengah berada di halaman Mansion.
Dimas tak menghiraukan teriakan Salsa yang terus saja memberontak, Dimas terus saja membawa Salsa menuju parkiran Mobil di dekat Mansion, dan masih
di sekitaran Halaman.
"Pak, ambil koper yang ada di depan gerbang!" perintah Dimas kepada salah satu penjaga Mansion.
Sang penjaga langsung melaksanakan perintah Majikan nya itu.
"Mas lepas!" bentak Salsa memberontak.
Dimas melepaskan rangkulan nya, dan langsung memegang kedua pundak Salsa.
Lalu berucap. " Mas mau antar kamu!" ucapnya,
"Aku bisa sendiri." ketus Salsa.
Dimas langsung mencium bibir Salsa, dan melum*tnya secara perlahan.
Salsa mencoba untuk memberontak, namun tenaga nya kalah jauh dengan tenaga Dimas.
Salsa akhirnya hanya bisa pasrah, dan mulai menikmati ciuman lembut dari Dimas. Keduanya sama-sama mulai terbawa suasana, hingga tanpa sadar tangan Dimas menyelusup masuk kedalam baju Salsa.
Para penjaga yang berada di sana hanya bisa membuang muka, saat melihat kedua majikan nya itu sedang bermesraan, di tempat umum.
"Mas!" panggil Salsa lirih, dengan nafas yang tersengal senggal.
Dimas langsung tersadar, dan menghentikan aksinya itu. Dengan mata yang berat, serta nafas yang sudah memburu, akibat menahan hasrat yang sudah memuncak.
"I Love You" ungkap Dimas dan langsung menyatukan keningnya dan juga kening Salsa.
keduanya sama-sama saling menetralkan hasrat yang sudah membara. Salsa dapat merasakan terpaan nafas Dimas tepat diwajah nya, dan begitu pun juga dengan Dimas yang dapat merasakan nafas Salsa tepat di wajahnya.
"Hufft" 'suara hembusan nafas' yang berasal dari Bella, yang ternyata tidak sengaja melihat adegan itu dari jendela kaca Mansion.
"Apakah ini adalah jalan takdir ku!
Ya Tuhan." ucap Bella didalam hati.
Bella langsung beranjak dari sana, dengan wajah yang lesu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Adinda
salsa tolol bnget udh disakitin msh bertahan
2023-10-25
0
ririn
salsa ngk konsisten udah dikhianati masih mau gituan ma suami
2022-12-17
1
Anonymous
gak jelas ceritanya
2022-03-04
0