Belum sempat Willna ataupun Wilson menjawab, sebuah mobil sport berwarna putih datang dan berhenti tepat di depan rumah Elvina.
Saat pintu mobil terbuka, terlihatlah seorang gadis cantik yang usianya tak jauh beda dari Elvina. Gadis itu terus berjalan ke arah mereka dengan terus tersenyum.
"Ma, pa maafin Vika. Vika telat datangnya, karena tadi ada sedikit urusan." Ucap gadis itu yang bernama Vika.
Ya dialah Ravika, anak kedua dari Willna dan Wilson. Atau lebih tepatnya adik dari Varo
"Iya gapapa. Sekarang kamu kenalin diri kamu pada kakak kamu," ucap Willna.
Ravika pun mengangguk, "Hai kak, gue Ravika adik kak Varo. Kakak bisa panggil gue Vika." ucapnya seraya mengulurkan tangan dan terus tersenyum.
"Elvina." Jawab Elvina yang membalas uluran tangan dari Vika.
"Oh iya, El maafin mama dan papa ya. Kami berdua nggak bisa nemenin kamu di sini. Kami masih ada urusan," ucap Wilson.
"Iya, gapapa kok." Jawab Elvina dengan tersenyum.
"Varo, tolong kamu jaga kedua gadis cantik ini." Pinta Wilson pada Varo.
"Hmm," Varo hanya berdeham saja.
"Untuk El, besok kamu siap-siap ya nak. Mulai besok kamu akan tinggal bersama kami." Jelas Willna.
"Tidak perlu, aku bisa tinggal di sini sendirian." Tolak Elvina.
"Sayang, kamu ini sekarang sudah menjadi keluarga kami. Jadi kamu harus tinggal bersama kami, agar kami bisa menjaga kamu. Jangan khawatir, kamu masih boleh kok kalau mau menginap di sini. Kami tidak akan melarang kamu." Jelas Willna dengan lembut.
"Bagaimana bisa gue lupa kalo sekarang gue udah punya keluarga baru. Sial, semua ini seperti mimpi." Gerutu Elvina dalam hati.
"Baiklah, El akan tinggal bersama kalian," ucap Elvina dengan tersenyum.
Willna yang mendengar itu pun menjadi senang.
"Baiklah kita pergi dulu," ucap Wilson.
Tak lupa Elvina, Varo dan Vika mencium punggung tangan Wilson dan Willna sebelum mereka berdua pergi.
"Hati-hati ma, pa." Ucap Elvina dan Vika secara bersamaan.
Willna dan Wilson pun mengangguk dan tersenyum, setelah itu mereka langsung pergi.
Setelah mobil Wilson sudah tidak terlihat, Varo pun melangkahkan kakinya menuju ke mobilnya.
"Kak, lo mau ke mana?" tanya Vika yang melihat Varo akan pergi.
"Bukan urusan lo," jawab Varo tanpa menoleh.
"Gue akan bilang sama mama dan papa kalo lo pergi!" ancam Vika.
Varo tidak mempedulikan perkataan sang adik. Dia terus melangkah sampai berada di samping mobilnya. Setelah itu, dia langsung masuk ke dalam mobilnya dan langsung pergi dari rumah Elvina dengan kecepatan tinggi.
"Tunggu aja besok, akan gue pastikan lo dimarahi mama sama papa." Ucap Vika dengan kesal.
"Udah, biarin aja dia pergi." Ucap Elvina.
"Tapi kak-" ucapan Vika terhenti karena ada suara orang lain yang memanggil Elvina.
"Vin," panggil orang tersebut yang tak lain adalah Kania.
Elvina dan Vika pun menoleh secara bersamaan ke arah Kania.
"Vin, dia siapa? Dan kemana perginya om, tante dan cowok ganteng yang bersama lo tadi?" tanya Kania penasaran.
Belum sempat Elvina menjawab, Vika lebih dulu memperkenalkan dirinya.
"Kenalin, gue Ravika. Adik kak Elvina." Ucap Vika seraya mengulurkan tangannya.
Kania mengernyitkan alisnya, tapi dia tetap membalas uluran tangan dari Vika, "Kania," ucapnya dan langsung menarik tangannya kembali.
"Vin, sejak kapan lo punya adik? Kenapa hari ini aneh banget ya? Tiba-tiba aja ada orang-orang asing di samping lo." Ucap Kania yang semakin penasaran dengan apa yang telah terjadi.
"Udahlah, lebih baik kita masuk. Ini sudah semakin malam dan gue juga sangat lelah." Ucap Elvina sambil mendorong tubuh Kania agar masuk ke dalam rumah. Sedangkan Vika mengikutinya dari belakang.
Sesampainya di dalam, Elvina langsung menyuruh Kania untuk menyusul Friska yang sudah beristirahat terlebih dahulu, dan Elvina sendiri pun langsung pergi ke kamarnya dengan diikuti oleh Vika.
Sebenarnya dia belum ingin beristirahat, tapi dia takut terlalu lama bersama dengan Kania. Karena dia tau, Kania pasti akan terus bertanya tentang Varo dan keluarganya. Elvina masih belum bisa memberi tau apa yang sebenarnya telah terjadi padanya, kepada kedua sahabatnya itu.
Elvina lebih memutuskan menyiapkan barang-barang yang akan dia bawa besok.
"Kak, lo kagak mau bawa semua baju lo?" tanya Vika yang membantu Elvina beres-beres.
"Ga usah, cukup bawa beberapa aja. Tapi untuk buku sekolah, gue akan bawa semua." Jawab Elvina yang menata buku-bukunya ke dalam tas sekolahnya.
"Oh iya, gue panggil lo Kak El atau Kak Vina?" tanyanya lagi.
"Dulu keluarga gue panggil gue El, dan teman-teman gue panggil gue Vina." Jelas Elvina yang masih dalam posisinya tadi.
"Baiklah kalo gitu gue panggil Kak El aja," ucap Vika seraya tersenyum.
"Oh iya kak, umur lo berapa?" sungguh Vika ini terlalu banyak bertanya.
"18." Jawab Elvina singkat.
"Ternyata kita seumuran ya kak. Tapi kata mama waktu di telepon tadi, usia kakak lebih tua satu bulan dari gue." Jelas Vika.
"Yaudah, kalo gitu jangan panggil gue kakak." Ucap Elvina.
"Tidak, lo itu sudah jadi kakak gue. Jadi mau tidak mau lo tetap gue panggil kakak." Ucapnya seraya tersenyum.
"Serah lo deh." Sahut Elvina.
Dan setelah itu tidak ada percakapan lagi antara mereka. Bukan karena apa-apa, tetapi Vika sudah bingung mau bertanya apa lagi. Elvina pun enggan untuk terlalu banyak berbicara. Dia masih sedih atas apa yang telah terjadi padanya hari ini.
.
Varo sedang mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Tadi saat sudah jauh dari rumah Elvina, dia menurunkan kecepatannya.
"Kenapa sih mereka maksa gue buat nikahin tuh anak." Ucap Varo kesal.
"Mereka kan tau kalo gue sudah punya pacar. Dan pacar gue juga anak dari rekan bisnisnya papa." Sambungnya lagi.
"Apa papa nggak mikirin hubungannya dengan papanya Agnes akan rusak jika tau gue telah membuat Agnes sakit hati."
"Kalo mereka mau tanggung jawab kan bisa adopsi dia, bukan maksa gue nikah sama dia."
"Arghhhh!" kesal Varo yang memukul kemudi dengan penuh amarahnya.
Varo menghentikan mobilnya di tepi jalan. Dia mengambil ponselnya yang ada di sakunya.
Setelah mendapatkan ponselnya, dia langsung mencari nomor telepon temannya. Setelah menemukannya, dia langsung memencet nomor tersebut.
Tak butuh waktu lama, telepon sudah tersambung.
"Halo bro, ada apa malam-malam begini telepon gue?" tanya orang itu dari seberang telepon.
"Gue mau nginep di rumah lo." ucap Varo to the point.
"Wih tumben-tumbenan lo mau nginep di rumah gue. Ada masalah apa lo?" tanyanya lagi.
"Intinya boleh kagak? Kalo kagak gue mau ke rumah Raihan aja." Ketus Varo.
"Hahaha santai bro santai, yaudah lo langsung ke sini aja." Ucap pria itu yang ternyata bernama Gavin.
Tanpa menjawab, Varo langsung memutuskan sambungan telepon begitu saja. Dia langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke rumah Gavin temannya itu.
"Pokoknya gue nggak mau Gavin dan Raihan tau kalo gue sudah menikah. Terutama Agnes." Gumam Varo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Ida Rubaedah
kasihan juga elvina ya... takut disakiti vero.. 🙈🙈🙈
2022-09-05
0