"Baiklah, saya setuju." Ucap Risa dengan tersenyum masih dengan melihat ke arah Elvina.
"Bu, aku nggak mau," protes Elvina.
"Kamu mau ibu bahagia kan?" tanya Risa yang hanya dijawab anggukan oleh Elvina.
"Maka menikahlah dengan dia nak. Anggap saja ini permintaan terakhir dari ibu," ucap Risa.
"Bu, aku bisa bikin ibu bahagia tanpa harus menikah dengan dia bu. Aku nggak kenal dengan dia, aku nggak mau nikah sama dia. Aku juga masih sekolah bu. Pokoknya aku nggak mau nikah sama dia." Protes Elvina yang masih tetap tidak mau.
"Siapa juga yang mau nikah sama lo kalo bukan karena dipaksa." Batin Varo tanpa berani berbicara langsung.
"Sayang, ibu mohon. Kamu jangan keras kepala gini sayang. Ibu akan sedih jika kamu tidak mau memenuhi permintaan ibu yang terakhir, sebelum ibu pergi selamanya." Jelas Risa sambil memegang tangan anaknya.
"Bu, stop katakan kata-kata itu padaku!" tegas Elvina.
"Ibu akan terus mengatakannya samapai kamu mau menuruti permintaan ibu." Ucap Risa tak mau kalah dari sang anak.
"Oke... oke aku mau, tapi ibu janji jangan katakan kata-kata itu lagi," ucap Elvina dan Risa pun tersenyum bahagia mendengar jawaban dari anaknya.
Tak lama kemudian, Oscar dan beberapa dokter masuk ke dalam ruangan itu.
"Semua sudah siap tuan," ucap Oscar.
"Baik, pak penghulu kita bisa mulai sekarang." Ucap Wilson.
Sebelum melakukan ijab kabul, pak penghulu lebih dulu menyuruh Varo duduk di kursi yang sudah disiapkan di samping Elvina. Sedangkan pak penghulu itu, ada di sisi lain Risa atau lebih tepatnya di depan Varo.
Pak penghulu mengulurkan tangannya dan Varo pun menjabat tangan pak penghulu itu.
"Saudara Alvaro Giovanno bin Alvin Virendra Wilson saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Elvina Clarissa binti Almarhum Bagas Syahreza dengan maskawin berupa uang sebesar satu juta rupiah tunai." Ucap pak penghulu.
"Saya terima nikahnya dan kawinnya Elvina Clarissa binti Almarhum Bagas Syahreza dengan maskawin tersebut tunai." Sahut Varo tanpa kesulitan atau kesalahan sedikitpun.
"Bagaimana para saksi, sah?" tanya pak penghulu itu kepada semua orang yang ada di sana.
"Sah," jawab semua orang yang ada di sana.
Setelah itu, pak penghulu langsung membacakan doa.
"Bukan pernikahan seperti ini yang gue inginkan, tapi demi ibu! gue nggak mau ibu sedih," batin Elvina.
"Jangan harap gue akan anggap lo sebagai istri gue." Batin Varo dengan ekspresi wajah kesal.
"Akhirnya aku bisa pergi dengan tenang sekarang. Maafin ibu nak, ibu tidak bisa bersama kamu lebih lama lagi. Dan biarkan saja rahasia itu hilang bersama dengan kepergian ibu dan ayah." Batin Risa dengan terus tersenyum bahagia.
"Aku janji akan menyayangi anakmu seperti anakku sendiri," batin Willna yang melihat Risa tersenyum bahagia.
"Maafkan papa Varo, ini semua gara-gara papa. Semoga saja kamu bisa menerima semua ini dan melupakan kekasihmu itu." Batin Wilson.
Setelah pak penghulu selesai membacakan doa, mereka yang sudah tidak ada kepentingan pun pergi dari sana. Tetapi sebelum pergi, mereka mengucapkan selamat kepada Varo dan Elvina.
Kini tinggal mereka berenam.
"Oscar, kembalilah ke perusahaan." Perintah Wilson.
"Baik tuan." Ucap Oscar yang berlalu pergi dari ruangan itu.
"Pakailah ini," ucap Wilson memberikan sebuah kotak cincin yang dia pegang sedari tadi kepada Varo.
Varo pun menerima dan membuka kotak itu. Saat sudah mengetahui isi dari kotak tadi, Varo mengernyitkan alisnya, "Ini untuk apa?" tanyanya.
"Cincin pernikahan kalian," jawab Wilson.
"Ayo cepat pakaikan ke tangan Elvina," sahut Willna antusias.
"Tapi ma-" belum sempat menyelesaikan bicaranya, Varo sudah melihat tatapan tajam dari sang papa.
"Sini tangan lo," ucap Varo dengan ketus.
Elvina melirik sang ibu, Risa pun mengangguk. Setelah mendapat anggukan dari Risa, Elvina pun mengulurkan tangannya.
Varo langsung memakaikan cincin itu di jari manis Elvina, begitu juga sebaliknya. Elvina langsung memakaikan cincin di jari manis Varo setelah Varo selesai memakaikan cincin pada Elvina.
Risa yang melihat itu pun tersenyum, dia tidak menyangka kalau keinginannya untuk melihat Elvina menikah terkabul. Ternyata Tuhan masih mengizinkan dia untuk merasakan kebahagiaan di waktu terakhirnya.
"Nak, ibu lelah, ibu mau tidur dulu," ucap Risa.
"Tidak bu, aku masih mau mengobrol dengan ibu." Sahut Elvina yang sepertinya tau apa yang dimaksud tidur oleh sang ibu. Tanpa dia sadari, air matanya sudah kembali menetes.
"Ibu tidur dulu." Ucap Risa tersenyum dengan perlahan-lahan menutup matanya. Dan saat itu pula Risa menghembuskan nafas terakhirnya.
"Tidak bu, ibu bangun," ucap Elvina yang sudah menangis.
"Ibu bangun, El janji akan turuti semua permintaan ibu nanti," Elvina terus menggoyangkan tubuh Risa dengan air mata yang terus menetes tiada henti.
Willna yang melihat Elvina seperti itu pun menjadi tak tega, dia langsung berjalan ke samping Elvina dan langsung memeluknya. Kini Elvina semakin menangis histeris di pelukan Willna.
"El, tenanglah nak. Sekarang kamu sudah mempunyai mama dan papa, kamu ikhlasin ibu ya? Biar ibu bahagia di sana sayang." Ucap Willna yang juga ikut meneteskan air matanya.
.
Waktu pun cepat berlalu, kini hari sudah semakin sore. Pemakaman Risa baru saja selesai, dan orang-orang yang menghadiri pemakaman tersebut mulai pergi. Kini tinggallah Elvina, keluarga Varo dan juga kedua sahabat Elvina yang bernama Kania dan Friska.
Elvina sendiri terus menangis tanpa henti di samping makam kedua orang tuanya.
"Kenapa ayah mengajak ibu pergi secepat ini yah," ucap Elvina dengan sesenggukan.
"Kalian jahat ninggalin El secepat ini," sambungnya lagi.
"Lo harus ikhlas Vin, biarkan ibu Lo tenang di sana," ucap Kania sambil mengusap pundak Elvina.
"Iya Vin, lo nggak sendirian kok, masih ada kita di sini," sahut Friska yang langsung memeluk Elvina dari samping.
"Hari sudah semakin gelap. Lebih baik kita pulang sekarang." Ucap Wilson yang disetujui semua orang yang ada di sana, termasuk dengan Elvina.
Kini mereka semua dalam perjalanan ke rumah Elvina, dengan Elvina yang satu mobil dengan Kania dan Friska, Varo dengan Willna dan Wilson seorang diri.
Tadinya Willna menyuruh Elvina satu mobil dengan Varo, tapi teman-teman dari Elvina menolaknya dan langsung membawa Elvina pergi. Karena Willna takut hubungan Varo dan Elvina ketahuan, jadi dia membiarkan Elvina pergi bersama dengan teman-temannya. Sedangkan Willna sendiri lebih memilih pergi bersama dengan Varo, dia takut jika Varo sendirian dia akan kabur.
Saat di dalam mobil, tak lupa Kania dan Friska terus menghibur Elvina agar tidak terus bersedih.
Sekitar 15 menit mereka sudah sampai di rumah Elvina.
"Kalian berdua bisa pulang. El sudah sampai di rumah," ucap Willna pada Kania dan Friska.
"Tidak tante, kita berdua akan menginap di sini untuk menemani Vina." Jawab Kania dan diangguki oleh Friska.
"Kalian berdua masuk aja dulu," ucap Elvina.
Kania dan Friska pun langsung masuk ke dalam rumah tanpa berbicara apa pun lagi.
"Om, tante-" belum menyelesaikan ucapannya, Willna memotong pembicaraan Elvina terlebih dahulu.
"Jangan panggil gitu dong. Kita sekarang sudah menjadi orang tua kamu, jadi panggil kita mama dan papa ya?" ucap Willna lembut dengan terus tersenyum tentunya.
"Ini akan terasa sangat canggung." Batin Elvina.
"Papa dan mama akan menginap di sini juga?" tanya Elvina.
Belum sempat Willna ataupun Wilson menjawab, sebuah mobil sport berwarna putih datang dan berhenti tepat di depan rumah Elvina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments