"Makasih pa, kalau gitu aku hubungi anak kita dulu. Dan papa urus semua yang dibutuhkan dalam waktu 20 menit! Papa bisa kan?" tanya Willna.
"Baiklah, sesuai permintaanmu." Ucap Wilson yang berlalu pergi untuk menghubungi orang kepercayaannya, dia akan menyuruh orang itu untuk menyiapkan semua dalam waktu yang diberikan istrinya tadi.
Sedangkan Willna sendiri langsung mengambil ponselnya yang ada di dalam tas, saat sudah mendapatkan ponselnya, dia bergegas menghubungi sang anak.
tutt... tutt... tutt...
"Halo ma, ada apa?" tanya anak dari Willna yang bernama Varo saat telepon sudah tersambung.
"Halo sayang, apa kamu bisa datang ke rumah sakit sekarang juga?" tanya Willna.
"Mama kenapa? Ada di rumah sakit mana? Aku akan ke sana sekarang juga!" ucap Varo yang terlihat panik saat mamanya meminta dia datang ke rumah sakit.
"Mama akan kirimkan alamatnya sekarang juga, kamu cepatlah kemari," ucap Willna dengan suara yang dibuat seolah-olah dia sangat panik.
"Aku akan sampai sana dalam waktu 15 menit, mama tenangla." Ucap Varo yang langsung memutuskan sambungan telepon.
"Pasti dia pikir aku yang kenapa-napa. Tapi, yaudah biarkan saja." Ucap Willna sambil tersenyum saat sambungan telepon sudah berakhir.
15 menit kemudian.
Tampaklah seorang laki-laki muda, bertubuh tinggi dan berwajah tampan. Dia berjalan cepat menuju ke depan ruangan ICU dengan raut wajah khawatir. Ya dialah Alvaro Giovanno, anak pertama dari Willna dan Wilson.
"Kenapa mama dan papa ada di luar? jadi yang sakit Vika?" tanyanya saat sudah berada di depan kedua orang tuanya.
"Kalau tau yang sakit dia, mending lanjutin kuliah saja." Sambungnya yang akan pergi dari sana.
Tapi sebelum dia benar-benar melangkahkan kakinya, Wilson lebih dulu menghentikannya.
"Bukan adik kamu yang sakit," ucap Wilson sambil memegang tangan anaknya agar tidak pergi.
"Lalu kenapa kalian ada di sini? Dan kenapa mama nyuruh aku datang ke sini? Ada apa sebenarnya?" tanya Varo secara beruntun.
Akhirnya Wilson pun berdiri dan menghadap ke Varo. Dia menegang kedua pundak anaknya itu.
"Nak, kamu mau kan turuti satu permintaan dari kami?" tanya Wilson.
Varo mengernyitkan alisnya. Dia bingung kenapa tiba-tiba saja papanya meminta sebuah permintaan. Tapi dia juga sangat penasaran apa yang akan diminta papanya itu.
"Papa mau apa?" tanya Varo.
"Papa minta kamu menikah dengan anak dari orang yang telah papa tabrak." Ucap Wilson tanpa ragu.
"Apa? Menikah?" tanya Varo yang kaget dengan permintaan dari papanya.
Wilson hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Heh, permintaan konyol macam apa itu?" Varo tersenyum smirk.
"Aku tidak mau! Aku sudah memiliki kekasihku sendiri. Dan satu lagi, aku masih kuliah!" tegas Varo yang melepasnya tangan Wilson dari pundaknya.
Willna yang sedari tadi duduk dan diam pun akhirnya ikut berdiri, "Apakah mama perlu bersujud di hadapan kamu, agar kamu mau menuruti permintaan dari kami ini sayang?" tanya Willna dengan nada bicara yang menyedihkan.
"Jangan lakukan itu ma, aku tidak akan pernah mau menikah dengan orang lain selain pacarku sendiri!" Varo tetap kukuh dengan ucapannya.
"Baiklah kalo itu maumu," sahut Wilson.
"Pa..." Willna memegang tangan Wilson.
Wilson pun mencoba menenangkan Willna dengan cara memegang kembali tangan Willna yang memegangnya.
"Akhirnya papa mau ngertiin aku," ucap Varo dengan tersenyum penuh dengan kemenangan.
"Papa akan menarik semua fasilitas yang papa berikan padamu!" ucap Wilson yang berhasil membuat Varo membelalakkan matanya. Dia tidak menyangka papanya akan berbicara seperti itu.
Sedangkan Willna, dia tersenyum meremehkan sang anak. Dia tau kalau Varo tidak mungkin bisa bertahan tanpa fasilitas dari papanya. Karena memang Varo masih belum mau bekerja di perusahaan sang papa. Jadi dia masih mengandalkan uang dari papanya.
"Emang papa tega, liat anak sendiri jadi gelandangan?" tanya Varo dengan setenang mungkin. Dia berpikir papanya tidak akan tega melihat dia menjadi seorang gelandangan.
"Jika kamu tega melihat papa di penjara, kenapa papa tidak tega melihat kamu jadi gelandangan?"
Berakhir sudah harapan Varo untuk menolak permintaan orang tuanya. Dia tidak menyangka papanya akan mengatakan itu semua. Dia tidak mau menjadi gelandangan. Jika dia jadi gelandangan, bukankah pacarnya akan meninggalkan dia? Oh tidak, lebih baik dia menerima permintaan papanya itu.
"Tuan, ini barang yang anda minta, dan ini penghulunya." ucap Oscar orang kepercayaan Wilson, dia menyerahkan sebuah kotak cincin. Wilson pun menerima kotak cincin itu dan meminta Oscar memanggil beberapa dokter untuk menjadi saksi pernikahan ini.
"Panggillah beberapa dokter!" perintah Wilson.
"Baik tuan," jawab Oscar yang berlalu pergi.
"Varo, jangan bikin malu papa." Bisik Wilson tepat di telinga Varo.
"Baiklah, mari kita masuk." Ucap Wilson yang diangguki Willna dan penghulu, kecuali Varo.
Mereka pun masuk ke dalam dengan Varo yang mau tidak mau harus tetap menuruti permintaan sang papa.
"Jika saja bukan ancaman dari papa, gue kagak mau," gerutu Varo
yang berjalan mengikuti kedua orang tuanya.
Sesampainya di dalam, terlihatlah Elvina yang menundukkan kepalanya di samping sang ibu. Sedangkan Risa, dia masih setia mengusap kepala Elvina dengan sangat lembut.
"Permisi," ucap Wilson saat sudah berada di samping Risa.
Elvina yang mendengar jika ada yang datang pun langsung mengangkat kepalanya. Begitu juga dengan Risa yang langsung menoleh ke samping. Mereka berdua terkejut saat melihat banyak orang yang masuk.
"Tuan, ada apa ini?" tanya Elvina yang bingung.
"Mama dan papa apa-apaan sih, kenapa mereka menyuruhku menikahi wanita jelek seperti itu." gerutu Varo dalam hati setelah melihat penampilan Elvina.
Yah, penampilan Elvina sangat acak-acakan. Masih berpakaian sekolah, mata yang sembab dan rambut yang sudah sedikit berantakan juga.
"Jadi gini, tadi kan saya tidak sengaja mendengar ucapan anda. Saya bermaksud untuk mengabulkan salah satu dari ucapan anda tadi. Saya berniat untuk menikahkan anak saya dengan anak anda sekarang juga." Jelas Willna dengan terus tersenyum.
"Nyonya, anda tidak perlu melakukan semua itu. Jika semua ini karena anda merasa bersalah, sungguh tidak perlu nyonya. Saya dan Elvina sudah memaafkan anda dan suami anda." ujar Risa dengan lemah.
"Tidak, ini tidak seperti apa yang anda pikirkan," ucap Willna.
"Kita ini sama-sama perempuan, sama-sama seorang ibu, dan saya juga memiliki seseorang anak perempuan. Untuk sekarang ini, saya bisa merasa apa yang anda rasakan. Jadi saya mohon, terima anak laki-laki saya ini menjadi menantu anda." jelas Willna panjang lebar dan dia pun sudah memegang tangan Risa.
Risa terdiam sesaat, dia memikirkan perkataan dari Willna. Perkataan yang tidak langsung, tapi Risa paham maksud dari Willna. Risa menatap Elvina, rasa khawatirnya semakin besar. Dia tidak mau jika dia pergi nanti Elvina sendirian. Mungkin ini yang terbaik.
"Baiklah, saya setuju." Ucap Risa dengan tersenyum masih dengan melihat ke arah Elvina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Ida Rubaedah
gimana ya menikah sama sama tdk mengenal nya... 🤦♀️🤦♀️
heuhh abong novel... lanjut author💪💪💪
2022-09-05
0