"Anda siapa?" tanya Risa masih dengan suara lemas.
"Oh iya, saya belum memperkenalkan diri saya ya," jawab Willna dengan tersenyum ramah.
"Saya Willna, saya istri dari orang yang telah menabrak anda," jelas Willna memperkenalkan diri.
"Kalo begitu saya panggil dokter dulu." sambungnya lagi dan Willna pun langsung berbalik untuk meninggalkan ruangan itu.
"Tidak perlu,"
Mendengar ucapan Risa, Willna pun mengurungkan niatnya terlebih dahulu. Dia pun berbalik menghadap lagi ke Risa.
"Kenapa? Biarkan dokter memeriksa anda." Ucap Willna.
"Saya tidak perlu dokter memeriksa saya. Saya hanya ingin berpamitan saja pada putri saya ini, dan setelah itu saya akan pergi lagi." Jelas Risa dengan tersenyum melihat Elvina.
Elvina yang mendengar itu pun langsung meneteskan air matanya lagi, sedangkan Willna terdiam mendengar kata-kata dari Risa.
"Bu, jangan bicara seperti itu. Kita akan pergi sama-sama dari sini, tapi setelah ibu benar-benar sehat!" ucap Elvina sambil menghapus air matanya.
"Tidak nak, ayahmu sudah menungguku."
Deg
Ucapan Risa bagaikan petir yang menyambar. Dada Elvina terasa semakin sakit saat mendengar ucapan ibunya itu. Bagaimana tidak sakit, jelas-jelas ayah Elvina sudah tidak ada. Dan sekarang ibunya malah mengatakan jika dia sudah ditunggu ayahnya.
"Bu-" sebelum menyelesaikan ucapannya, Risa memotongnya terlebih dahulu.
"Sebenarnya aku masih ingin melihatmu menjadi orang sukses, lalu setelah itu melihat kamu menikah, dan aku juga sangat ingin bermain dengan cucuku kelak. Tapi, ibu benar-benar tidak bisa nak. Tuhan tidak mengizinkan ibu melihat semua itu." Jelasnya panjang lebar dengan tersenyum membayangkan semua yang dia katakan tadi.
Sedangkan Elvina, dia sudah tidak mampu berkata-kata lagi. Dia semakin sakit saat mendengar ucapan sang ibu.
"Sukses? Menikah? Cucu? Sepertinya aku bisa mengabulkan salah satu apa yang dia ucapkan itu sekarang. Semoga saja dengan ini dia bisa sembuh," batin Willna yang masih berdiri di samping Risa.
"Saya keluar sebentar ya, nanti saya kembali lagi." Pamit Willna yang berlalu pergi meninggalkan ruangan itu.
"Nak, kamu harus ingat kata-kata ibu. Jangan bersedih terlalu lama, jika kamu terus bersedih seperti ini, ibu dan ayah juga akan sedih nak. Kamu harus bahagia, ibu tau kamu anak gadis ibu yang sangat kuat." Ucap Risa.
Ucapan Risa benar-benar sudah membuat Elvina tidak tahan lagi, "Bu, ibu akan bisa melihat El sukses, melihat El menikah, dan ibu juga bisa bermain dengan cucu ibu. El mohon jangan katakan kata-kata yang membuat El semakin sedih bu." Ucap Elvina dengan terisak.
Risa yang melihat anaknya terus menangis itu pun tersenyum. Dia mengangkat tangannya perlahan untuk menghapus air mata Elvina, "Jangan menangis lagi sayang," ucap Risa sambil menghapus air mata Elvina.
"A... aku tidak akan menangis lagi, t... tapi ibu juga tidak boleh mengatakan hal itu padaku." Ucap Elvina dengan sesenggukan dan Risa pun hanya mengangguk pelan dan tersenyum.
"Aku sayang ibu, jangan pernah tinggalkan aku bu." Ucap Elvina yang langsung memeluk sang ibu yang masih terbaring lemah.
"Maafkan ibu nak," batin Risa sambil mengusap pundak Elvina.
.
.
"Pa, dia sudah sadar." Ucap Willna saat sudah duduk di samping Wilson.
"Apa? Dia sudah sadar? Syukurlah," ucap Wilson yang merasa sedikit tenang karena orang yang sudah dia tabrak tidak apa.
"Papa jangan senang dulu, aku belum memberi tau apa yang dikatakan dokter tadi." ucap Willna yang seketika membuat Wilson tegang kembali.
"Memangnya dokter mengatakan apa? Bukankah katamu dia sudah sadar? Berarti dia baik-baik saja kan?" tanya Wilson yang memang tidak tau kondisi dari Risa.
"Tidak, dia tidak baik-baik saja." ucap Willna.
"Kecelakaan itu sangat parah, kamu tau sendiri kan?" tanya Willna dan hanya dijawab anggukan oleh Wilson.
"Tadi dokter bilang sama aku jika keadaannya sangat kritis, beberapa organ dalamnya mengalami kerusakan, sangat sulit untuk dia bertahan." Jelas Willna dengan raut wajah yang sedih.
"Katamu dia sudah sadar, berarti dia akan baik-baik saja!" ucap Wilson.
"Tidak, kamu tidak tau, dia sadar hanya untuk berpamitan pada anaknya." Ucap Willna yang membuat Wilson bingung.
"Berpamitan? Apa maksudmu?" tanya Wilson yang memang tidak mengerti.
"Dia pamit pada putrinya untuk pergi selamanya. Dia bilang jika suaminya sudah menunggunya, jadi kamu pasti tau kan maksudnya apa?" Jelas Willna yang membuat Wilson mengangguk paham.
"Lalu selanjutnya kita yang akan membiayai sekolahnya sampai lulus kuliah." ucap Wilson.
"Aku tidak hanya berpikir seperti itu." jawab Willna. Wilson pun menatap Willna dengan tatapan bingung.
"Apa kau ingin mengadopsi dia? Baiklah aku setuju." Ucap Wilson yang mencoba menebak isi pikiran dari istrinya itu.
"Tidak!" jawab Willna singkat.
"Lalu apa? Katakan padaku, aku tidak tau apa yang ada dipikiranmu saat ini," Keluh Wilson yang memang tidak tau apa yang sebenarnya istrinya itu inginkan.
"Aku berpikir untuk menikahkan putrinya dengan putra kita." Ucap Willna yang berhasil membuat Wilson kaget.
"Apa? Coba kamu pikirkan lagi, kita baru saja kenal dengan mereka beberapa jam yang lalu. Bagaimana bisa kamu berpikir untuk menikahkan mereka? Lagian anak itu juga masih sekolah." ucap Wilson yang tidak terima dengan ucapan istrinya.
Willna pun bangun dari duduknya, "Aku sudah pikiran itu dengan baik, aku hanya ingin membuat dia bahagia disisa hidupnya. Anggap saja ini sebagai pertanggungjawabanmu karena telah membuat dia seperti itu." Jelas Willna yang mengucapkan niat baiknya itu.
"Aku bisa tanggung jawab dengan membiayai seluruh kebutuhan dia, bahkan aku bisa sekolahkan dia sampai lulus kuliah. Atau jika tidak aku juga bisa mengadopsi dia." Jelas Wilson yang sudah berdiri di samping Willna.
"Lagipula anak kita sudah punya kekasihnya sendiri." Sambungnya lagi.
Willna berbalik menghadap suaminya, "Apa kau lupa siapa yang membuat dia terbaring lemah di ruangan itu?" tanya Willna sambil menunjuk ruangan tempat Risa dirawat.
"Tidak, aku tidak lupa." Jawab Wilson.
"Yaudah, kalau gitu buat dia bahagia disisa umurnya itu," pinta Willna.
"Sepertinya anak itu juga anak baik-baik." Sambungnya lagi.
"Tapi ma-" belum sempat Wilson menyelesaikan perkataannya, Willna buru-buru memotong pembicaraan tersebut.
"Pa, bayangkan saja bagaimana kalau itu terjadi pada kita. Kita semua mengalami kecelakaan dan yang selamat hanya anak perempuan kita saja. Apa papa yakin akan merasa tenang di alam lain, ketika melihat anak perempuan papa sendirian di sini tanpa satu orangpun keluarga?" ucap Willna panjang lebar dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Akhirnya Wilson luluh saat melihat mata istrinya sudah berkaca-kaca seperti itu.
"Baiklah-baiklah, aku kalah dari mama. Aku akan turuti permintaan mama, tapi mama harus ingat. Jika dia bukan wanita baik-baik, papa tidak segan-segan untuk memaksa mereka bercerai." Jelas Wilson.
Willna pun merasa sangat bahagia karena dia bisa membuat bahagia orang lain dalam saat-saat terakhirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
lovely
seperti biasa nikah pksa yg jadi korban ceweknya 🥺
2022-07-04
1
Gahara Rara
sedihnya 😭😭😭😭😭😭😭
2022-06-02
1
Bundha Shantie
mampir thor
2022-04-08
1